Semarak perayaan Hari Kemerdekaan RI sudah mulai terasa tak terkecuali di Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel). Dari Seberang Ulu ke Ilir, penjual pernak-pernik Agustusan seperti bendera dan umbul-umbul terlihat telah mulai menggelar lapaknya demi menarik perhatian masyarakat.
Salah satu penjual bendera, Dadang menyebut dia membuka lapak di depan Gedung DPRD Sumsel, Jalan POM IX, Kelurahan Lorok Pakjo, Kecamatan Ilir Barat I itu sejak Senin (28/7/2025) lalu.
"Ini sudah hari keempat berjualan di sini. Lumayan sudah ada yang beli, walaupun hanya 1 (per hari). Nanti ramainya menjelang 17 Agustus," ungkapnya saat ditemui, Kamis (31/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dadang mengatakan, ada berbagai jenis bendera berbagai ukuran dan harga yang ia jajakan. Dari bendera segitiga, umbul-umbul, bendera merah-putih berbagai ukuran, hingga untuk background.
"Untuk bendera standar, harganya dari Rp 20-75 ribu tergantung ukurannya. Umbul-umbul di harga Rp 24 ribu," rincinya.
Tahun ini, ia kembali menggantungkan harapannya pada masyarakat. Pasalnya, tahun lalu ia harus membawa pulang kembali 3 dari 7 karung bendera yang dibawa dari Garut, Jawa Barat. Itu menjadi catatan terburuknya di luar pandemi sejak 2007 berjualan di lokasi tersebut.
"Tahun ini kan sudah ada instruksi dari pemerintah untuk sekarang diimbau (memasang bendera), mudah-mudahan warga mengikuti imbauan tersebut. Tahun kemarin itu parah sekali, (nyaris) tidak ada pelanggan yang beli padahal biasanya selalu habis," ujarnya.
"Biasanya ramai pembeli dari instansi, untuk kantor-kantor. Jadi mungkin mereka baru mulai mencari bendera, Senin depan (4/8) karena sudah gajian," sambung dia.
Dari jajaran bendera yang dijajakan Dadang, terlihat dua buah bendera Palestina terpajang di ujung benang. Pria tersebut mengatakan, penjualan bendera itu sebagai bentuk solidaritas terhadap negara yang kini sedang berada dalam kondisi jauh dari kata baik.
"Bendera ini memang bukan bendera kebangsaan kita. Saya pajang (dan jual) itu sebagai bentuk dukungan sebagai sesama muslim. Untuk saudara-saudara kita yang kena musibah di sana, sebagai bentuk solidaritas," tuturnya.
Di Seberang Ulu, lapak yang dijaga Rahel (20) juga sudah terpampang di depan Kantor Badan Kepegawaian Negara (BKN), Jalan Gubernur H Bastari, Kelurahan 8 Ulu, Palembang.
Usaha turun temurun dari orang tuanya tersebut, kata Rahel, telah dibuka sejak Senin (28/7) lalu. Hingga kini, ia telah menjual kurang lebih 5 bendera berbagai jenis per hari.
"Dari tahun sebelumnya, pembeli ramai tanggal belasan (sebelum 17 Agustus). Yang paling banyak dibeli itu umbul-umbul dan panji, biasanya untuk di lingkungan RT," ujarnya kepada detikSumbagsel, Kamis (31/7).
Seperti penjual bendera pada umumnya, ia menjual bendera berbagai ukuran dan jenis. Ada umbul-umbul seharga Rp 25 ribu, panji seharga Rp 30 ribu, hingga bendera untuk background yang dibanderol dengan harga Rp 400 ribu.
"Ada juga bendera merah putih standar dari paling kecil sampai yang besar. Untuk yang ukuran rumahan dan truk, harganya Rp 20 ribu. Paling besar di ukuran 180x120 cm itu dijual Rp 80 ribu," rincinya.
Menanggapi terkait isu para pengemudi truk yang enggan mengibarkan bendera merah putih di kendaraan, para penjual tersebut mengaku tak terganggu. Baik Dadang maupun Rahel percaya bahwa rejeki tak akan pernah tertukar.
"Kami jual untuk yang biasa dibeli untuk truk juga, harganya Rp 20 ribu. (Tentang para sopir truk tak akan lagi mengibarkan bendera) tidak apa-apa. Insya Allah rejeki tidak tertukar," tutur Rahel.
(dai/dai)