Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq memimpin apel siaga pengendalian kebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan (Sumsel). Apel dilakukan jelang puncak musim kemarau yang diprediksi akan terjadi Agustus nanti.
Kehadirannya sekaligus meninjau kesiapsiagaan peralatan, perlengkapan, dan personel untuk menghadapi karhutla. Sumsel menjadi perhatiannya karena 23% lahan di wilayah ini merupakan gambut.
"Luas wilayah Sumsel 8,7 juta hektare dengan luas lahan gambut 2,1 juta hektar atau sekitar 23% dari total luasnya," ujar Hanif, Selasa (29/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menyebut lahan gambut apabila terbakar membutuhkan upaya luar biasa untuk mengendalikannya. Penanganannya harus dilakukan secara ekstra.
"Oleh karenanya, pencegahan akan jauh lebih efektif dibandingkan penanggulangan apabila sudah terjadi kebakaran. Tapi kondisi gambut saat ini relatif stabil, ini perlu kita jaga," katanya.
Menurutnya, inovasi peralatan dalam penanganan karhutla akan terus dilakukan. Termasuk dalam pelaksanaan operasi modifikasi cuaca (OMC) untuk menurunkan potensi karhutla di Sumsel.
"Kemudian untuk mencegah karhutla ada tiga helikopter water bombing yang kita siapkan untuk Sumsel, sehingga pemadaman tak hanya dari darat saja tapi juga ke wilayah-wilayah yang sulit dijangkau bisa teratasi," katanya.
Dia menyebut, Sumsel menjadi wilayah yang rawan terhadap karhutla bersama dengan 9 provinsi lain yang telah mengalami bencana ini di Indonesia. Total kejadian karhutla di wilayah ini sudah sebanyak 98 kejadian (update terbaru BPBD Sumsel 1 Januari-26 Juli) dengan luasan lebih dari 43 hektare.
"Kebakaran ini bisa terjadi jika ada upaya membakarnya. Kami juga meminta Panglima TNI dan Kapolda untuk melakukan tindakan terhadap pembakaran lahan, tidak segan-segan melakukan tindakan hukum yang diperlukan," katanya.
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto megatakan upaya pegendalian karhutla di Sumsel telah dilakukan melalui OMC dan perbantuan helikopter untuk water bombing dan patroli.
"Di samping karena kuasa Tuhan, OMC yang kita lakukan mudah-mudahan bisa ada hujan. Sore ini mudah-mudahan hujan dan titik api bisa padam," katanya.
Gubernur Sumsel H Herman Deru mengatakan target Sumsel tahun ini bisa zero asap. Dia berharap kejadian karhutla tahun-tahun sebelumnya tidak terjadi lagi pada tahun ini.
"Target kita zero asap, kita bukan takut terganggu aktivitas dan penerbangan karena ada asap ini. Proteksi kita paling penting adalah kesehatan masyarakat, kita punya layar ISPU di tengah kota. Dan alhamdulillah kita termasuk yang minim karena kemarau lembab," ungkapnya.
Dalam apel kesiapsiagaan, selain diikuti lintas instansi pemerintahan juga hadir APP Group melalui unit usahanya PT OKI Pulp & Paper Mills (OKI Pulp & Paper) dan tiga mitra pemasoknya yakni PT Bumi Mekar Hijau (BMH), PT Sebangun Bumi Andalas (SBA), dan PT Bumi Andalas Permai (BAP).
Partisipasi ini mencerminkan komitmen sektor industri dalam memperkuat kesiapsiagaan nasional menghadapi puncak musim kemarau 2025.
"Di tengah meningkatnya risiko karhutla, status siaga bukan hanya peringatan, melainkan panggilan untuk bertindak cepat dan terkoordinasi. Kami menyambut baik pelaksanaan apel siaga ini dan mendukung penuh Pemprov Sumsel dalam memperkuat kolaborasi lintas sektor. Melalui strategi Integrated Fire Management, kami konsisten menerapkan pencegahan, deteksi dini, dan respon cepat secara menyeluruh di wilayah operasional kami," ujar Direktur APP Group, Suhendra Wiriadinata.
Pada apel siaga ini, OKI Pulp & Paper bersama mitra pemasoknya menampilkan kesiapsiagaan sumber daya manusia dan teknologi pendukung, termasuk regu pemadam kebakaran (RPK), Tim Reaksi Cepat (TRC), kendaraan pemadam dan patroli, serta peralatan pemadam dan pemantau titik api (drone).
Seluruh kekuatan ini didukung oleh teknologi sistem pemantauan Situation Room berbasis data satelit yang aktif 24 jam secara real time.
GM Fire Management APP Group Sujica Lusaka menjelaskan bahwa tahun ini pihaknya memperkuat jalur distribusi air, konektivitas antardistrik, dan komando terpadu untuk meningkatkan efisiensi respon lapangan.
"Integrasi antara patroli udara, pemantauan darat, dan teknologi berbasis data kami jadikan fondasi untuk memastikan titik api dapat ditangani sebelum meluas," ungkapnya.
Pihaknya menyiagakan lebih dari 570 personel RPK dan 27 personel TRC, menyiagakan 4 helikopter untuk patroli dan waterbombing, 2 kendaraan amfibi Airboat, dan 77 kendaraan air untuk wilayah lahan basah. Kemudian 68 kendaraan darat yang meliputi mobil, motor, dan truck serta didukung ratusan peralatan pemadam.
Dalam memperkuat sistem deteksi dini, perusahaan telah membangun 65 menara api permanen dan portable, 68 pos pantau, dan 13 drone untuk menjangkau wilayah blank spot, serta mengaktifkan 18 situation room yang terintegrasi antar komando, distrik, dan pusat selama 24 jam non-stop secara real time.
(csb/csb)