Komnas Anak Babel Sebut Siswi MTs di Beltim Dibully Sejak Masuk Sekolah

Sumatera Selatan

Komnas Anak Babel Sebut Siswi MTs di Beltim Dibully Sejak Masuk Sekolah

Deni Wahyono - detikSumbagsel
Jumat, 31 Jan 2025 11:40 WIB
Ketua Komnas Perlindungan Anak Babel Imelda Handayani melihat korban di rumah sakit.
Foto: Ketua Komnas Perlindungan Anak Babel Imelda Handayani melihat korban di rumah sakit. (Dok. Istimewa)
Belitung Timur -

Siswi MTs Negeri di Manggar, Kabupaten Belitung Timur (Beltim) menjadi korban bullying rekan sekelasnya yang berinisial AS (12). Ternyata korban A (12) dibully oleh pelaku sejak awal masuk sekolah tersebut.

Cerita kerap dibully itu diceritakan korban kepada Ketua Komnas Perlindungan Anak Babel Imelda Handayani. Kejadian itu tak pernah diceritakan kepada kedua orang tuanya.

"Kalau dari cerita A sendiri itu kejadian (dibully sejak) masuk sekolah. Masuk sekolah dia sudah menjadi incaran pelaku ini. Dimulai dari bullying verbal, dikatain (diolok-olok) tapi sama korban hanya didiamkan," kata Imelda Handayani, Kamis (30/1/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tapi makin ke sini dia (pelaku) malah main fisik. Jadi korban sudah sering ditonjok, kepalanya ditoyor, itu pengakuan korban. Anak ini sempat melawan tapi tidak kuat (tidak berani) karena pelaku ini badannya besar. Terus kalau dia melawan, katanya pelaku akan membalas lebih lagi," timpalnya.

Pelaku membully korban pada Rabu (22/1) lalu di MTsN Manggar, Belitung Timur. Saat itu, A sedang memeriksa PR bersama temannya di kelas dan sudah ada guru yang akan mengajar.

ADVERTISEMENT

Namun, ketika akan duduk kursinya ditarik pelaku hingga membuat korban terjatuh dan tak sadarkan diri. Korban didiagnosa mengalami cedera serius pada tulang ekornya dan terancam lumpuh.

Menurut Imelda, satu minggu sebelum kejadian terjatuh dari kursi, korban juga telah menerima kekerasan fisik dari pelaku. Korban sempat ditinju di dadanya.

"Jadi kejadian hari Rabu itu puncaknya. Satu minggu sebelumnya, korban ditinju badannya. Di hari-hari sebelumnya juga diperlakukan seperti, dibully secara verbal diolok-olok, diejek dan sebagainya," jelasnya.

Kata dia, perundungan atau bullying itu sempat dilaporkan terhadap gurunya atau wali kelas. Namun, saat itu sang guru hanya memberikan teguran lisan tanpa menanyakan kejadian yang sebenarnya.

"Itu sempat dilaporkan beberapa kali ke guru. Tapi guru hanya menegur secara lisan kepada si pelaku. Karena bully tidak hanya sekali, dua kali dan pasti itu sudah beberapa kali kejadian. Dan ini yang kamu khawatirkan, sampai puncaknya anak harus menderita kayak gini," tegasnya.

Komnas Perlindungan Anak menyayangkan kejadian tersebut, baik korban maupun perbuatan pelaku. Menurut dia, seharusnya guru harus cepat meresepkan jika mendapat laporan-laporan siswanya itu.

"Kejadian ini kan di sekolah, terus guru ini sudah tau bahwa anak ini korban bully, tetapi tidak cepat merespons ketika ada laporan-laporan. Itu yang kami sayangkan," tambahnya.

Menurut pengakuan korban, setiap kali dilaporkan pelaku hanya ditegur secara lisan. Tapi tidak menanyakan langsung baik ke korban atau pelaku yang menjadi pokok masalah atau bullying itu sendiri.

"Ini untuk keseluruhan, ketika guru tau ada kejadian bully di sekolah, guru seharusnya cepat merespons, memanggil orang tua. Kemudian memberikan skorsing boleh ya, punishment untuk pelaku bullying. Tujuannya agar anak ini tahu bahwa yang dilakukan itu merugikan orang lain, itu salah," tambahnya.

Akibatnya kejadian yang dialaminya, hari ini korban akan di bawa ke rumah sakit Jakarta untuk mendapat perawatan lanjutan. Pihaknya mengkhawatirkan jika terus dibiarkan korban akan mengalami lumpuh permanen.




(dai/dai)


Hide Ads