Harga Cabai Rawit Merah di Palembang Tembus 95 Ribu per Kg

Sumatera Selatan

Harga Cabai Rawit Merah di Palembang Tembus 95 Ribu per Kg

Reiza Pahlevi - detikSumbagsel
Sabtu, 18 Jan 2025 22:30 WIB
Ilustrasi cabai rawit merah
Ilustrasi cabai rawit merah (Foto: Getty Images/iStockphoto/Jamaludin Yusup)
Palembang -

Harga cabai rawit merah mencapai nilai tertinggi di Palembang, Sumatera Selatan. Para pedagang di Pasar Plaju, menjual Rp 95 ribu per kilogram. Harga itu merupakan nilai tertinggi pada tahun ini.

"Di Pasar Plaju harga cabai rawit merah sudah Rp 95 ribu per kilogram. Berbeda dengan monitoring harga di pasar besar lainnya di Palembang yang masih di kisaran Rp 80 ribu per kilogram," ujar Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Sumsel, Ruzuan Effendi, Sabtu (18/1/2025).

Dari data harga bahan pangan yang disampaikan sebelum-sebelumnya, harga cabai rawit merah tertinggi hanya mencapai Rp 90 ribu per kilogram. Kenaikan harga cabai itu terjadi sejak momen Nataru 2024/2025 yang lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita berharap harganya tidak naik terus. Termasuk cabai merah keriting yang masih dijual Rp 60 ribu pwr kilogram," ungkapnya.

Kembali naiknya harga cabai itu, kata Ruzuan, disebabkan oleh produksi yang menurun di musim penghujan. Hujan yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir membuat panen cabai menurun.

ADVERTISEMENT

Selain mengandalkan hasil pertanian di wilayah Sumsel, cabai juga diambil dari sejumlah daerah melalui kerja sama antardaerah (KAD). Beberapa daerah yang mengirimkan hasil cabai ke Sumsel adalah Pasuruan, Bengkulu, Engrekang Sulawesi Selatan dan Bali.

"Untuk memenuhi kebutuhan Sumsel, cabai juga kita ambil dari beberapa daerah tersebut. Tapi biasanya cabai merah (bukan cabai rawit merah)," tambahnya.

Dia mengaku, koordinasi harga bahan pangan terus dilakukan setiap pekan bersama dinas atau instansi terkait se-Sumsel. Termasuk dengan biro perekonomian di tiap daerah.

Namun, pihaknya mengaku sulit untuk menurunkan harga jika produksi dari petani belum bisa maksimal. Terlebih pada kondisi cuaca saat ini.

"Iya karena kondisi cuaca memengaruhi hasil produksinya, sementara permintaan tetap tapi pasokan berkurang," ujarnya.




(csb/csb)


Hide Ads