BPS Klaim Angka Kemiskinan di Sumsel Turun

Sumatera Selatan

BPS Klaim Angka Kemiskinan di Sumsel Turun

Welly Jasrial Tanjung - detikSumbagsel
Kamis, 16 Jan 2025 22:40 WIB
Kepala BPS Sumsel Moh Wahyu Yulianto
Kepala BPS Sumsel Moh Wahyu Yulianto (Foto: Welly Jasrial Tanjung/detikcom)
Palembang -

Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Selatan (Sumsel) mencatat angka penduduk miskin di Sumsel turun signifikan sepanjang 2024. Penurunan warga miskin lebih dari satu persen atau lebih dari 100 ribu orang.

"Dari tahun 2023 ke 2024 kita mampu mengentaskan kemiskinan lebih dari 100 ribu orang," ujar Kepala Badan Pusat Statistik Sumsel, Moh Wahyu Yulianto," Rabu (15/1/2025).

Menurut Wahyu, pada September 2024 persentase penduduk miskin sebesar 10,51 persen atau mengalami penurunan sebesar 0,46 persen jika dibandingkan pada Maret 2024.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, kata dia, pihaknya telah menelaah jika dibandingkan 2023 penduduk miskin berada pada angka 11,54 persen.

"Atinya di tahun 2024 kita mampu menurunkan satu poin lebih tingkat kemiskinan. Secara absolut hampir 100 ribu lebih penduduk miskin kita entaskan," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Wahyu mengatakan untuk mengentaskan kemiskinan ini banyak program yang dilakukan pemerintah mulai dari program pendekatan konsumsi, infrastruktur dan kantong-kantong kemiskinan yang di Sumsel ini terus diperhatikan.

"Kemiskinan sangat kompleks bagaimana program-program pemerintah tepat sasaran karena pendekatannya konsumsi. Karena bisa menjaga tingkat konsumsi masyarakat maka angka kemiskinan bisa menurun. Artinya, jika tingkat konsumsi terjaga maka dari sisi pendapatan mereka bisa membeli pangan, dan harga pangan juga murah," ungkapnya.

Kata Wahyu, utamanya penduduk miskin ini banyak mengonsumi rokok. Rokok menjadi pengeluaran penduduk miskin yang mencapai 20 persen dari garis kemiskinan Rp 564.462 per kapita per bulan.

"Utamaya penduduk miskin ini konsumsinya yaitu rokok. Sudah pendapatan kurang tapi konsumsi rokok tetap tinggi. Jika masyarakat tidak banyak mengonsumsi rokok dan uangnya bisa dibeli dengan kebutuhan sehari-hari maka tingkat kemiskinan bisa turun dan terjaga," ujarnya.

Dijelaskan Wahyu, jika penurunan statistik kemiskinan ini menggunakan pendekatan moneter, berdasarkan kemampuan untuk mengonsumsi kebutuhan dasarnya, bisa disesuaikan dengan garis kemiskinannya.

"Garis Kemiskinan pada September 2024 tercatat sebesar Rp 564.462,-/kapita/bulan dengan komposisi garis kemiskinan makanan sebesar Rp 423.507,- (75,03persen) dan garis kemiskinan bukan makanan sebesar Rp 140.955,- (24,97 persen)," jelasnya.

Pada September 2024, kata dia, secara rata-rata rumah tangga miskin di Sumsel memiliki 5,04 orang anggota rumah tangga.

"Dengan demikian, besarnya garis kemiskinan per rumah tangga miskin secara rata-rata sebesar Rp 2.844.888,-/rumah tangga miskin/bulan," ujarnya.

Penduduk miskin 10,51 persen artinya ada 948,84 ribu orang harus dientaskan, yang paling tinggi di wilayah Sumsel penduduk miskinnya secara persentase ada di Kabupaten Musi Rawas Utara (Muaratara).

Secara jumlah, sambungnya, daerah yang memiliki angka penduduk paling banyak yang miskin, ada di Kota Palembang, dan Banyuasin.

"Jangan terkecoh dengan persentase, karena harus diperhatikan angka secara absolut," katanya.




(csb/csb)


Hide Ads