Saat ini banyak pria berusia 20-an yang mengalami impotensi atau disfungsi ereksi. Impotensi adalah kondisi pria yang tidak bisa mendapatkan atau mempertahankan ereksi.
Sebagai seorang pria, ereksi menjadi tanda bahwa fungsi seksual dalam keadaan normal dan aktif. Kondisi ereksi umumnya terjadi karena adanya rangsangan, tetapi bisa juga terjadi tanpa adanya rangsangan.
Oleh karena itu, impoten atau disfungsi ereksi ini dianggap tidak normal pada usia berapa pun. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai impotensi, simak penjelasan yang telah dirangkum oleh detikSumbagsel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa Itu Impotensi atau Disfungsi Ereksi pada Pria?
Dilansir dari laman Kemenkes, impotensi atau disfungsi ereksi adalah ketidakmampuan pria untuk mencapai dan mempertahankan ereksi penis yang cukup untuk mendapatkan kepuasan seksual. ketidakmampuan ini tetap dirasakan meskipun ada rangsangan seksual.
Kondisi ini tidak berbahaya, tetapi dapat mengganggu penderita dan pasangannya. Apalagi masalah ini dianggap masih tabu sehingga banyak pria yang segan untuk berkonsultasi.
Disfungsi ereksi bisa menjadi tanda masalah kesehatan lain, seperti risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Selain itu, impotensi juga mempengaruhi kualitas hidup, seperti stres, kurang percaya diri, hingga masalah dengan pasangan.
Umumnya impotensi ini terjadi pada pria yang memasuki usia tua, mulai 40 tahun atau lebih. Namun, studi pada 2019 menyebutkan bahwa prevalensi pria Indonesia yang disfungsi ereksi sekitar 35,6% terjadi pada pria berusia 20 hingga 80 tahun.
Penyebab dan Faktor Risiko Impotensi
Ereksi pada penis dipengaruhi oleh proses fisiologis yang cukup kompleks. selain itu, faktor psikologis seperti stress dan gangguan kecemasan juga memperburuk disfungsi ereksi.
Dilansir dari Mayo Clinic, berikut beberapa faktor risiko Impotensi:
- Penyakit lain, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, atau kondisi jantung.
- Penggunaan tembakau.
- Kelebihan berat badan atau obesitas.
- Perawatan medis tertentu seperti perawatan radiasi untuk kanker.
- Cedera yang merusak saraf atau arteri yang mengontrol ereksi.
- Obat-obatan seperti antidepresan.
- Komplikasi bedah.
- Kelainan struktural, seperti penyakit Peyronie.
- Pengguna narkoba jangka panjang atau peminum.
Sedangkan dilansir dari Kemenkes, ada juga faktor psikologis yang dapat menyebabkan terjadinya impotensi, antara lain:
- Merasa bersalah.
- Stres.
- Takut akan keintiman.
- Depresi.
- Kecemasan berat.
- Masalah hubungan dengan pasangan.
Tanda dan Gejala Impotensi
Gejala impotensi yang paling umum adalah kesulitan mendapatkan ereksi dan kesulitan mempertahankan ereksi. ketidakmampuan penis untuk mencapai ereksi ini terjadi walaupun sudah mendapatkan rangsangan saat akan melakukan hubungan seksual.
Meskipun demikian, terdapat gangguan seksual lain, seperti ejakulasi dini, ejakulasi tertunda atau anorgasmia (ketidakmampuan untuk orgasme setelah banyak rangsangan). Jika gejala ini berlangsung selama tiga bulan, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter.
Menurut National Institute of Health, impotensi dapat memberikan dampak jangka panjang. Berikut sejumlah kondisi yang mungkin dialami penderita impotensi.
- Mengalami ereksi kadang-kadang, tapi tidak setiap berhubungan seks.
- Bisa ereksi, tapi tidak bertahan cukup lama untuk mendapatkan kepuasan seks.
- Tidak bisa ereksi kapan saja.
Pengobatan dan Pencegahan Impotensi
Dilansir dari Cleveland Clinic, pengobatan impotensi adalah dengan mengonsumsi obat-obatan, terapi seks, terapi injeksi penis, obat intrauretra, hingga operasi. Alternatif lainnya juga dapat dilakukan dengan beberapa jenis olahraga, seperti kegel, aerobik, dan yoga.
Cara terbaik mencegah impotensi adalah dengan gaya hidup sehat, seperti:
- Mengelola diabetes, penyakit jantung, atau kondisi kesehatan kronis lainnya.
- Pemeriksaan rutin dan skrining medis.
- Berhenti merokok, menghindari alkohol, dan tidak menggunakan obat-obatan terlarang.
- Berolahraga.
- Melakukan kegiatan untuk mengurangi stres.
Nah, itulah penjelasan mengenai Impotensi atau disfungsi ereksi pada pria. Semoga bermanfaat ya detikers!
Artikel ini ditulis oleh Putri Fadyla, peserta Program Magang Merdeka Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(dai/dai)