Saat ini wabah African Swine Fever (ASF) sedang meningkat di Indonesia. Wabah yang dikenal juga dengan nama demam babi Afrika ini menyebar hampir di seluruh provinsi di Indonesia.
Meningkatnya wabah ini menjadi perhatian karena menjelang Natal, kebutuhan akan daging babi akan semakin banyak. Lantas, apa itu wabah ASF? Berikut detikSumbagsel rangkum penjelasannya.
Apa Itu ASF?
Dikutip dari buku Pedoman Kesiagaan Darurat Veteriner Indonesia ASF oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, ASF adalah penyakit yang menular bagi seluruh jenis babi. Wabah ini disebabkan oleh virus di beberapa negara dengan populasi babi yang tinggi, seperti Tiongkok.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Indonesia, wabah ASF pertama kali diumumkan pada Desember 2019 di Provinsi Sumatera Utara. Di penghujung 2024, kasus ASF kembali meningkat di Indonesia.
Penyebaran ASF terjadi melalui kontak langsung ataupun tidak langsung dengan babi yang terinfeksi. Penularan tidak langsung bisa melalui peralatan, pakan, atau air minum yang terkontaminasi virus.
Babi yang telah sembuh dari infeksi tidak bisa sepenuhnya terlepas dari virus itu. Virus itu akan tetap hidup dalam darah dan jaringan tubuh babi, sehingga dapat menyebarkan virus ke babi lain.
Gejala ASF
Gejala ASF bisa ringan hingga parah, tetapi umumnya dapat menyebabkan kematian yang cepat pada babi. Berikut gejalanya.
1. Demam tinggi
2. Lesu
3. Kehilangan nafsu makan
4. Kulit pucat atau kemerahan
5. Pendarahan pada kulit dan organ internal
Penyakit ini sangat serius karena sifatnya yang menular dan mematikan, bahkan bisa menyebabkan kematian massal pada populasi babi terinfeksi. Sedangkan untuk vaksin pencegahan virus ini masih belum ditemukan.
Dampak Wabah ASF
Dilansir dari detikHealth, Babi yang terkena wabah ASF ini masih aman dikonsumsi. Penyakit akibat virus ASF pada babi ini tidak bersifat zoonosis, artinya belum ditemukan potensi menular ke manusia.
Namun, babi yang mengalami sakit tidak boleh dijual di pasaran. Hal ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan terburuk dari konsumsi daging babi terkena ASF.
Walaupun tidak berdampak langsung pada manusia, wabah ASF akan mempengaruhi perekonomian negara. Hal ini karena wabah ASF dapat menyebabkan kerugian pada peternak dan berdampak pada pasokan daging babi di pasar.
Apalagi menjelang Natal saat ini yang membutuhkan banyak daging babi, hal ini dapat menyebabkan masyarakat kesulitan karena penurunan jumah daging babi di pasaran. Oleh karena itu, virus ini akan sangat berpengaruh pada harga daging babi di pasaran.
Pemerintah sendiri melarang masyarakat untuk menjual daging babi yang sedang demam atau terkena virus ASF. Selain untuk melindungi kesehatan masyarakat, tetapi juga sebagai tindakan pencegahan untuk menghindari penyebaran lebih lanjut.
Nah, itulah penjelasan mengenai wabah ASF dan dampaknya. Semoga bermanfaat ya, detikers!
Artikel ini ditulis oleh Putri Fadyla, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(des/des)