Penyakit Aneurisma Otak: Penyebab, Gejala, Cara Mencegah dan Mengobatinya

Penyakit Aneurisma Otak: Penyebab, Gejala, Cara Mencegah dan Mengobatinya

Muhammad Febrianputra Jastin - detikSumbagsel
Sabtu, 21 Des 2024 08:00 WIB
Ilustrasi sakit kepala
Ilustrasi penyakit aneurisma ootak (Foto: Shutterstock)
Palembang -

Otak merupakan merupakan pusat yang mengontrol semua alat tubuh. Organ otak merupakan organ yang sangat penting dalam tubuh dan harus selalu dijaga kesehatannya. Terdapat beberapa penyakit yang bisa menyerang otak, salah satunya aneurisma otak.

Tanda seseorang terkena aneurisma otak yang mungkin sering dianggap biasa saja adalah pusing kepala. Untuk mengetahui tentang penyakit aneurisma otak serta penyebab, gejala, cara mencegah dan mengobatinya, berikut detikSumbagsel sajikan informasinya.

Penyakit Aneurisma Otak

Dilansir Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, aneurisma adalah kondisi dinding pembuluh darah melemah dan menggelembung. Sementara itu, aneurisma otak adalah abnormal pembuluh darah yang terjadi di otak disebabkan kelemahan lapisan dinding pembuluh darah yang membesar dan menggelembung hingga akhirnya sewaktu-waktu pecah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Aneurisma otak merupakan aneurisma yang paling sering terjadi selain aneurisma pada aorta abdominal. Aneurisma terbagi dua ketika ditinjau dari pecah atau tidaknya, yaitu: unruptured aneurysm atau aneurima tidak pecah dan Ruptured aneurysm atau aneurisma pecah.

Penyebab Aneurisma Otak

Terdapat beberapa penyebab dan faktor risiko aneurisma otak yang perlu detikers ketahui, di antaranya:

ADVERTISEMENT
  • Berusia tua
  • Memiliki gangguan pembuluh darah sejak lahir
  • Memiliki hipertensi atau tekanan darah tinggi
  • Memiliki riwayat trauma kepala
  • Memiliki riwayat keluarga dengan aneurisma otak
  • Menkonsumsi alcohol
  • Merokok
  • Pernah ada riwayat mengalami pendarahan subarakhnoid

Gejala Aneurisma Otak

Pada umumnya apabila pembuluh darah yang mengalami pembengkakan tidak pecah, maka tidak akan menimbulkan gejala apapun. Ketika pecah, tim medis akan menemukan pendarahan subarakhnoid.

Aneurisma otak yang tidak pecah biasanya diketahui ketika melakukan pemeriksaan medis rutin. Namun, ada beberapa gejala yang akan dialami seseorang ketika pembengkakan yang terjadi cukup besar hingga menekan jaringan atau saraf sekitarnya, yaitu:

  • Nyeri pada bagian kepala
  • Pandangan buram atau ganda.
  • Nyeri di atas dan di belakang mata.
  • Mengalami gangguan komunikasi
  • Kelemahan dan baal pada sebagian wajah

Kemudian, apa gejala yang akan terjadi apabila aneurisma otak pecah? Berikut beberapa gejala yang akan dialami seseorang, yaitu:

  • Kondisi kritis dan memerlukan penanganan tim medis dengan segera
  • Nyeri kepala yang hebat
  • Kelumpuhan saraf kranialis
  • Muntah
  • Kejang
  • Kaku pada bagian leher
  • Penurunan kesadaran
  • Apabila tidak ada penanganan segera dapat menyebabkan kematian

Cara Mencegah Aneurisma Otak

Setelah mengetahui tentang gejala dan faktor risiko yang dialami seseorang ketika terkena aneurisma otak, bagaimana cara mencegahnya. Berikut beberapa cara untuk mencegahnya.

1. Melakukan Pemeriksaan Secara Rutin

Untuk mengetahui adanya aneurisma otak, perlu dilakukan pemeriksaan secara rutin ke dokter. Hal ini diperlukan karena aneurisma otak tidak pecah bisa terdeteksi oleh tim medis.

2. Menelusuri Keturunan Keluarga

Selain pemeriksaan secara rutin, perlu adanya pemeriksaan keturunan keluarga. Seseorang harus melakukan pemeriksaan ke dokter ketika terdapat dua anggota keluarga dengan aneurisma otak atau perdarahan sub arakhnoid.

3. Seseorang yang Mengalami KoartosIo Aorta (penyempitan pembuluh darah utama).

Seseorang yang mengalami penyempitan pembuluh darah utama, sebaiknya melakukan pemeriksaan ke dokter untuk dicek apakah terdapat aneurisma otak atau tidaknya.

Cara Mengobati Aneurisma Otak

Salah satu cara untuk mengobati aneurisma otak adalah melakukan terapi. Berdasarkan pecah atau tidaknya, terdapat dua jenis terapi yaitu:

Pada aneurisma yang berukuran kecil dan belum pecah serta tidak menimbulkan gejala, terapi yang dapat dilakukan adalah dengan pemeriksaan rutin. Selain itu juga melakukan tindakan pencegahan agar aneurisma tidak semakin membesar dan mudah pecah.

Sementara, kepada penderita aneurisma otak yang berisiko pecah, akan dilakukan tindakan pemeriksaan CTA atau MRA dan tindakan pembedahan. Selain itu, jika seseorang yang mengalami gejala-gejala di atas hendaknya melakukan pemeriksaan rutin agar terhindar dari kejadian yang tidak diinginkan. Semoga bermanfaat detikers.

Artikel ini ditulis oleh Muhammad Febrianputra Jastin, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(csb/csb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads