Helikopter bantuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) habis jam terbang untuk mengatasi karhutla pada Rabu (20/11). Total sepanjang musim karhutla, Sumsel mendapat bantuan 17 helikopter. Lahan rawan karhutla kini sudah basah karena hujan sudah merata.
"Iya hari ini terakhir operasional. Tak ada lagi penambahan jam operasional helikopter karena sudah hujan dan merata di Sumsel," ujar Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD Sumsel Sudirman saat dikonfirmasi, Rabu (20/11/2024).
Dari 17 helikopter itu, empat unit di antaranya untuk patroli udara atau memantau lokasi-lokasi terjadinya karhutla. Sedangkan sisanya, 13 unit helikopter untuk melakukan water bombing. Water bombing dilakukan setelah mengetahui lokasi lahan karhutla.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sudirman menyebut, perpanjangan kontrak operasional helikopter water bombing dan patroli dilakukan per 100 jam dengan waktu maksimal 300 jam terbang. Sehingga, helikopter yang sudah mencapai jumlah jam terbang itu tak dilakukan perpanjangan.
"Pekan ini tersisa satu helikopter yang operasional karena karhutla masih ada dan unitnya belum menyelesaikan jam terbang. Hari ini operasional terakhirnya," katanya.
Menurutnya, hujan yang terjadi membuat sejumlah lahan menjadi basah. Lahan-lahan itu tak lagi menjadi pemicu karhutla.
"Karena lahan sudah basah tidak akan lagi menjadi pemicu karhutla. Kalau kering, dia mudah terbakar," tambahnya.
Terkait kesiapsiagaan bencana hidrometeorologi, antisipasi dan mitigasi terus dilakukan. Apel siaga penanganannya juga telah dilakukan Pemprov Sumsel, termasuk beberapa daerah lainnya. Namun, hingga saat ini belum ada daerah yang menetapkan status siaga bencana tersebut.
"Hingga saat ini belum ada daerah yang menaikkan status siaga darurat bencana hidrometeorologi," ungkapnya.
Sebelumnya, BPBD Sumsel menyebut jika seluruh wilayah Sumsel rawan bencana banjir dan longsor. Namun, ada 10 daerah yang punya tingkat kerawanan lebih tinggi yakni, OKU Selatan, Empat Lawang, Muara Enim, Lahat, Ogan Ilir, OKI, Muratara, Muba, Prabumulih dan Banyuasin.
"Wilayah rawan bencana banjir dan longsor umumnya terjadi di dataran tinggi dan sungai," ujar Plt Kepala Pelaksana BPBD Sumsel Askoni saat apel siaga, Rabu (23/10/2024) lalu.
(des/des)