Debat kandidat Pemilihan Gubernur Bengkulu dan Wakil Gubernur Bengkulu menyinggung soal pelayanan rumah sakit. Calon Gubernur Bengkulu nomor urut 1 Helmi Hasan menyinggung utang Rumah Sakit M Yunus (RSMY) yang mencapai Rp 90 miliar. Utang puluhan miliar itu dibantah pihak manajemen RSMY Bengkulu.
Direktur RSMY Bengkulu dr Ari Mukti Wibowo mengatakan pihak RSMY Bengkulu tidak pernah berhutang sampai Rp 90 miliar. Utang itu hanya sekitar Rp 9 miliar.
"Sisa hutang kita sampai 31 Oktober 2024 itu hanya Rp 9 miliar," kata Ari, Jumat (8/11/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ari menjelaskan utang Rp 9 miliar itu bukan masuk hutang permanen, melainkan utang berjalan dari pembelian obat, jasa dan alat kesehatan lainnya.
"Bukan hutang permanen, tapi hutang berjalan. Karena sirkulasi perputaran pembelian obat dan lainnya," tuturnya.
Sampai tanggal 31 Oktober itu, jika dihitung keseluruhan utang mencapai Rp 20 miliar. Ari menjelaskan ada Rp 11 miliar aset obat yang telah dipesan tetapi belum dibayarkan.
"Jadi ada aset obat yang belum laku itu sekitar Rp 11 miliar," tambah Ari.
Sebelumnya, menurut Ari, RSMY Bengkulu diketahui memiliki utang cukup besar pada hasil audit bulan Desember 2023. Utang itu mencapai Rp 71 miliar. Namun seiring berjalannya waktu, proses pembayaran utang yang tidak tetap itu bisa diturunkan secara signifikan. Hingga akhir bulan Oktober 2024 hanya menyisakan Rp 9 miliar.
"Utang itu tetap ada. Jadi setiap hari bergerak rotasinya, pembelian maupun pembayaran. Kami tekankan, putaran utang itu tidak menetap," beber Ari.
Terkait isu utang tambahan penghasilan pegawai (TPP) tenaga kesehatan (nakes), Ari menegaskan tidak ada utang TPP. TPP itu dibayarkan setiap bulan, sesuai dengan TPP para ASN Pemprov Bengkulu. Sejauh ini, Ari mengklaim pembayaran TPP selalu tetap waktu.
"Nakes ini sensitif, kalau ada yang telat mereka (nakes) pasti demo. Nah, sekarang itu tidak terjadi. Karena kita selalu bayarkan hak nya itu sesuai dengan jadwalnya," tegasnya.
Sementara itu, Ketua Komisi IV DPRD Provinsi Bengkulu Usin Abdisyah Putra Sembiring SH mengungkapkan hasil dengar pendapat dengan manajemen RSMY Bengkulu. Usin menyatakan utang itu hanya tersisa Rp 9 miliar lagi.
"Itu jasa pelayanan yang belum dibayarkan," terang Usin.
(des/des)