Indonesia Negara Kedua di Dunia yang Paling Cepat Tenggelam

Indonesia Negara Kedua di Dunia yang Paling Cepat Tenggelam

Aisyah Kamaliah - detikSumbagsel
Jumat, 01 Nov 2024 20:40 WIB
Tanggul Laut tahap 5 di Cilincing, Jakarta Utara, telah lama selesai dibangun. Tanggul ini melindungi warga dari banjir rob.
Tanggul ini melindungi warga Cilincing dari banjir rob/Foto: Pradita Utama
Palembang -

Indonesia menempati urutan kedua soal tingkat penurunan tanah di dunia. Yang nomor wahid yakni China.

Dikutip detikInet berdasarkan data dari Geophysical Research Letters, lima negara yang memuncaki kategori ini berasal dari Asia. China sudah mengalami penurunan tanah dengan luas lebih dari 1.043 kmΒ², sementara Indonesia 844 kmΒ², Iran 791 kmΒ², India 672 kmΒ², dan Pakistan 374 kmΒ².

Negara dengan dampak populasi terbesar yakni India dengan jumlah lebih dari 633 juta orang. Lalu disusul China (368 juta orang), Indonesia (213 juta orang), Pakistan (145 juta orang), dan Bangladesh (137 juta orang).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari situs World Economic Forum, sudah hampir setengah dari kota besar di China mengalami penurunan tanah. Alasan terbesarnya karena penggunaan air tanah yang berlebihan.

Hasil penelitian terkini menunjukkan 45% dari 82 kota di Tiongkok mengalami penurunan tanah lebih dari 3 milimeter setiap tahunnya. Itu berdampak pada 29% populasi perkotaan di negara tersebut.

ADVERTISEMENT

Pada tahun 2120, antara 22% sampai 26% daratan pesisir di China dapat berada lebih rendah dari permukaan laut. Penduduk kota-kota yang tenggelam kemungkinan akan menghadapi kesulitan yang parah dan terus meningkat. Penurunan tanah dapat mengakibatkan hilangnya lahan secara signifikan, masalah air bersih, kerusakan infrastruktur, dan pemindahan penduduk.

"Di Indonesia, misalnya, pemerintah telah memindahkan ibu kotanya dari Jakarta ke Pulau Kalimantan karena kekhawatiran tersebut," tulis WEF.

Cara menyelamatkan kota-kota itu dari tenggelam akan memerlukan banyak evaluasi, termasuk dalam penggunaan air dan infrastruktur, serta upaya sadar dan cerdas untuk membangun ketahanan dalam perencanaan atau desain perkotaan.

Ekstraksi air tanah yang berlebihan merupakan penyebab utama penurunan tanah perkotaan. Diperkirakan akan berdampak pada 19% populasi global pada tahun 2040. Seiring pertumbuhan kota, permintaan air tawar untuk keperluan rumah tangga dan industri meningkat. Di daerah dengan sumber daya air permukaan terbatas atau tercemar, air tanah menjadi sumber air utama dan pemompaan akuifer yang berlebihan dapat menyebabkan tanah di atasnya memadat dan tenggelam.

Berat infrastruktur kota dalam kaitannya dengan jenis tanahnya juga dapat menyebabkan penurunan tanah. Seiring daerah perkotaan menjadi lebih padat dan lebih banyak bangunan dibangun, berat kumulatif dapat secara bertahap meningkatkan laju penurunan tanah.

Proses geologi alami seperti pergerakan tektonik atau aktivitas seismik pun dapat mempengaruhi pemadatan sedimen, yang berkontribusi terhadap penurunan tanah. Meskipun perubahan iklim bukan penyebab langsung penurunan tanah, masalah terkait seperti naiknya permukaan air laut dapat memperburuk dengan meningkatkan risiko banjir di daerah dataran rendah.

Selain itu, peristiwa cuaca ekstrem juga dapat mempercepat erosi dan perpindahan sedimen. Ini kemudian mengganggu kestabilan tanah dan menciptakan penurunan tanah dan masuknya air.

Artikel ini sebelumnya telah tayang di detikInet dengan judul Indonesia Masuk Tiga Besar Negara Paling Cepat Tenggelam di Dunia
Aisyah Kamaliah.




(sun/des)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads