Pemadaman lanjutan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih dilakukan di wilayah Tulung Selapan, Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan. Tiga helikopter dikerahkan melakukan penyiraman di lahan yang terbakar yang memasuki area permukiman warga.
"Pemadaman lanjutan karhutla masih dilakukan di Tulung Selapan, OKI. Pemadaman kemarin (24/10) dilakukan oleh tiga helikopter yang melakukan 85 kali water bombing," ujar Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD Sumsel, Sudirman, Jumat (25/10/2024).
Pemadaman di Tulung Selapan, dioptimalkan karena karhutla sudah mengarah ke wilayah permukiman warga. Namun, dalam pemadaman yang dilakukan Kamis (24/10) terlihat jika lahan yang terbakar menjauh dari area permukiman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tampak pula lahan yang terbakar yang mengarah permukiman berhasil dipadamkan. Namun di sisi lain asap masih terlihat mengepul di sekitaran dekat permukiman warga, membakar titik lahan lain yang belum terbakar.
"Hingga akhir pemadaman, kondisi di Tulung Selapan masih berasap. Pemadaman lanjutan di wilayah itu akan dilakukan kembali hari ini," terangnya.
Selain di OKI, pemadaman lanjutan di wilayah yang masih terjadi karhutla juga dilakukan di Gelumbang, Muara Enim. Satu helikopter dikerahkan melakukan 25 kali water bombing ke titik-titik yang terbakar.
"Karhutla juga masih terjadi di Gelumbang, Muara Enim, pemadaman lanjutan masih akan dilakukan karena hingga akhir pemadaman kemarin kondisinya masih berasap," ungkapnya.
Dalam upaya pemadaman kemarin, secara keseluruhan empat helikopter melakukan 110 kali water bombing di Muara Enim dan OKI. Sementara dua helikopter di standby-kan dan dua lainnya alami trouble shoot dan perbaikan bambi.
Sementara Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Sumsel Wandayantolis mengatakan, 50% wilayah Sumsel telah memasuki musim hujan sejak awal Oktober. Sementara wilayah lainnya dalam periode masa peralihan kemarau ke hujan.
Dia mengimbau masyarakat waspada terjadinya potensi bencana hidrometeorologi karena akan terjadi peningkatan curah hujan. Pada periode transisi juga terjadi peningkatan potensi terjadinya angin kencang, puting beliung dan hujan meski cukup jarang.
"Terjadinya curah hujan intensitas sedang hingga lebat dapat memicu terjadinya genangan pada wilayah perkotaan terkait kemampuan drainase yang ada. Pada wilayah dengan topografi lereng dan bukit perlu mewaspadai potensi longsor. Adapun pada DAS, diharapkan dapat memantau kenaikan muka air sungai pada saat terjadi hujan dengan durasi lebih dari 1 jam,"ujarnya.
(csb/csb)