Wasiat Pelajar Mura yang Akhiri Hidup gegara Dipaksa Masuk Pesantren

Sumatera Selatan

Wasiat Pelajar Mura yang Akhiri Hidup gegara Dipaksa Masuk Pesantren

Muhammad Rizky Pratama - detikSumbagsel
Jumat, 04 Okt 2024 08:31 WIB
Lokasi lapak pasar tempat pelajar ditemukan tewas tergantung di Musi Rawas.
Lokasi lapak pasar tempat pelajar ditemukan tewas tergantung di Musi Rawas. Foto: Dok. Polres Musi Rawas
Musi Rawas -

Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi kepada siapapun untuk melakukan tindakan serupa. Bagi Anda pembaca yang merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.

Pelajar di Musi Rawas (Mura) berinisial GD ditemukan tergantung tak bernyawa di pasar. Remaja usia 13 tahun itu diduga depresi karena dipaksa masuk pondok pesantren. Sebelum memutuskan mengakhiri hidup, GD menulis surat wasiat kepada orang tuanya.

Jenazah GD ditemukan di Pasar Megang Sakti, Musi Rawas pada Kamis (3/10) pukul 00.30 WIB. Awalnya korban ditemukan oleh dua saksi yang tengah mengantar cabe ke pasar naik mobil. Lampu mobil mereka menyorot bayangan tubuh korban yang tergantung di dalam lapak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saat di TKP, korban ditemukan dengan posisi tergantung di bagian leher dengan menggunakan tali nilon warna biru yang diikatkan ke tiang penahan atap tenda yang terbuat dari besi. Melihat kejadian tersebut, saksi langsung keluar pasar dan menghubungi pemilik lapak serta pihak kepolisian," terang Kasi Humas Polres Musi Rawas AKP Herdiansyah, Kamis (3/10/2024).

Polisi langsung menuju TKP dan mengevakuasi korban. Selain mendapati jasad korban, polisi juga menemukan surat wasiat dari korban, terbungkus dalam kantong plastik.

ADVERTISEMENT

"Di lokasi tersebut ditemukan satu kantong plastik yang berisikan surat wasiat dari korban, serta peci dan almamater pondok pesantren tempat korban sekolah," lanjutnya.

"Assalamualaikum ibuk, ini GD. GD melakuin ini terpaksa, GD gak kuat degan cobaan ini yang ibu kasih sama GD, maafin GD apabila saya ada salah. Ikhlasin semua ini bu, GD betah disini. Jangan lupa bacain saya surat alfateha ya bu, dan satu hal yang aku sampaikan, GD sayang sama ibu dan ayah, jaga adek adek GD ya buk. Aku sayang ibu," demikian tulisan surat wasiat.

Dari surat wasiat yang ditemukan, polisi menduga korban tertekan karena dipaksa masuk ke pondok pesantren. Sebelum ditemukan meninggal, korban ternyata sempat dua kali kabur dari sana.

Yang pertama pada Minggu (22/9). Herdiansyah menjelaskan dari kesaksian penjaga ponpes bernama Kasiyanto, korban kabur dari ponpes untuk pulang ke rumah.

"Besoknya pada Senin (23/9), ibu korban menghubungi saksi dan menanyakan apakah pesantren tersebut sedang libur. Kemudian dijawab saksi bahwa korban sengaja pulang karena tidak ingin ikut kemah," ungkap Herdiansyah.

Kemudian orang tua korban mengembalikan korban ke ponpes. Pada Rabu (2/10), sang ibu kembali menghubungi ponpes untuk memastikan anaknya masih ada di sana. Namun, menurut saksi yang dihubungi, korban sudah tidak ada di ponpes.

"Lalu pada pukul 00.02 WIB, ibu korban kembali menghubungi saksi untuk menanyakan keberadaan korban. Kemudian saksi mencari korban di lingkungan pondok pesantren namun tidak menemukan korban di sana. Saksi kemudian mendapatkan informasi warga bahwa sore hari pukul 17.00 WIB ada yang melihat korban pergi ke arah Pasar Megang Sakti," sambungnya.

Ternyata korban ditemukan tak bernyawa pada tengah malam di Pasar Megang Sakti. Pihak keluarga korban tiba di Puskesmas Megang Sakti pada pukul 04.00 WIB. Usai dilakukan pemeriksaan, korban dibawa ke Desa Muara Megang, Kecamatan Megang Sakti untuk segera dimakamkan.




(des/des)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads