Kedatangan kawanan gajah yang terus terjadi di Desa Tri Anggun Jaya, Kecamatan Muara Lakitan, Musi Rawas, Sumsel membuat warga resah. Warga berniat melakukan unjuk rasa kepada pihak terkait lantaran belum ada penyelesaian atas kasus ini.
Keresahan warga memuncak setelah seorang ibu hamil 5 bulan tewas terinjak-injak gajah pada Minggu (8/9) lalu. Kawanan gajah itu juga merusak kebun sawit milik warga.
Terakhir kali gerombolan gajah tersebut kembali masuk ke pemukiman warga dan merusak tanaman kelapa sawit warga pada Rabu (25/9) sekitar pukul 18.30 WIB. Warga yang resah dan tidak sabar lagi pun menuntut pihak yang terkait agar segera menyelesaikan masalah ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kasi Wilayah 2 BKSDA Sumsel Yusmono mengatakan pihaknya selalu merespons dan mendatangi lokasi bila ada laporan serangan gajah.
"Setiap laporan kita datang terus, berkali-kali kita datang kesitu. Kawan-kawan langsung kesana dan selalu melakukan penjagaan terus. Kalo dirasa gajahnya sudah menjauh tim baru balik lagi ke Lahat," katanya saat dikonfirmasi detikSumbagsel, Kamis (26/9/2024).
Yusmono menjelaskan daerah tersebut merupakan perlintasan serta habitat gajah itu sendiri sehingga wajar bila gerombolan gajah lewat di situ. Warga diharapkan dapat menyesuaikan diri dan hidup berdampingan dengan satwa liar.
"Yang harus disadari itu kan memang habitat gajah, jadi solusinya itu bagaimana warga di sana mengatur aktivitas dan kegiatan sehari-hari mereka berdampingan dengan gajah. Mungkin bisa dibuat pos penjagaan (siskamling), jadi kalau ada gajah masuk bisa langsung digiring biar tidak merusak kebun. Karena bagaimana pun juga gajah itu kan hewan liar yang dilindungi dan punya hak hidup juga," ujarnya.
Yusmono mengungkapkan dari BKSDA sudah melakukan imbauan, penyuluhan, dan pendampingan kepada masyarakat setiap ada laporan kedatangan gajah.
"Yang jelas BKSDA terus memantau di situ semaksimal mungkin dan akan turun kelapangan juga. Tapi kalau secara tiap hari di situ kami masih terkendala dengan keterbatasan anggaran dan anggota. Tapi kami usahakan untuk turun dan mendampingi masyarakat di situ," tegasnya.
Yusmono juga menanggapi permintaan warga agar BKSDA menyelesaikan permasalahan gajah. Dia menegaskan, jika penyelesaian yang dimaksud adalah memindahkan lokasi gajah, perlu ada pertimbangan matang dan BKSDA tidak bisa melakukannya sembarangan.
"Kalau permintaan masyarakat untuk digiring dan dipindahkan gajahnya ya gimana, itu kan memang habitatnya. Kalau memang mau dipindahkan mau di pindahan ke lokasi mana. Terus memindahkannya make apa dan apakah mau dibius satu-satu gerombolan gajahnya. Ada pertimbangan-pertimbangan dan kendala yang lain kalau mau memindahkan itu," tuturnya.
Kalaupun gerombolan gajah tersebut digiring keluar area tersebut, Yusmono memperkirakan mereka akan kembali lagi karena memang di situlah habitatnya.
"Meskipun penggiringan sudah dilakukan masyarakat, tapi wilayah habitat gajah itu kan luas, jadi saat mereka diusir dengan cara digiring itu bakalan balik lagi gajahnya karena mau nyari makan dan memang di situ habitatnya," jelasnya.
(des/des)