Sektor pertanian Sumatera Selatan (Sumsel) tetap produktif dan tak terganggu dengan musim kemarau. Hal itu karena Sumsel memiliki lahan rawa yang masih bisa ditanami dan bisa panen raya saat kemarau.
"Sumsel agak berbeda dengan provinsi lain karena memiliki lahan rawa dan ada dua jenis lahan rawa yang bisa ditanami yakni lahan pasang surut dan lahan lebak," ujar Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumsel, Bambang Pramono, Kamis (18/7/2024).
Bambang menjelaskan dari analisa Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sumsel, musim kemarau di Sumsel akan cukup tinggi di mana curah hujan akan terjadi di bawah normal yakni 50-100 mm per hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Debit air hujan akan tidak cukup mengaliri sawah namun kita sudah antisipasi yang cukup masif dengan pompa air walaupun tanaman tersebut merupakan sektor beras," ungkapnya.
Ia menuturkan Sumsel memiliki luasan lahan pertanian 470.602 hektar. Sebanyak 72,29% atau 339.000 hektare adalah lahan rawa. Kemudian di lahan rawa ini ada dua jenis lahan pasang surut dan lahan lebak.
"Lahan lebak saat musim kemarau sangat bagus sekali ditanami, apalagi lahan lebak dalam yang saat musim hujan tak bisa ditanami namun ketika musim kemarau dia bisa ditanami," ujarnya.
Bambang menyebut musim kemarau di Sumsel bisa menjadi berkah tersendiri karena jika di daerah lain lahannya hanya bisa ditanami sekali, namun di Sumsel bisa dua kali yakni musim hujan dan musim kemarau.
"Tapi kita juga khawatir jika musim ini campuran El Nino dan El Nina. Jika El Nina hujan cukup tinggi genangan cukup tinggi harus diwaspadai karena bisa merusak tanaman," pungkasnya.
(dai/dai)