Heboh Rumah-rumah Kosong 'Kampung Mati' Bantul, Ini Fakta di Baliknya

Regional

Heboh Rumah-rumah Kosong 'Kampung Mati' Bantul, Ini Fakta di Baliknya

Pradito Rida Pertana - detikSumbagsel
Selasa, 09 Jul 2024 20:00 WIB
Suasana di kawasan rumah-rumah kosong di Guwosari, Kapanewon Pajangan, Bantul yang viral, Senin (8/7/2024).
Penampakan kampung mati di Bantul (Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja)
Palembang -

Deretan rumah tak berpenghuni dan terbengkalai berjuluk 'kampung mati' di Bantul sedang ramai di media sosial. Perkampungan itu ditinggalkan penghuninya sejak beberapa tahun lalu.

Kabar itu mencuat usai muncul postingan video suasana salah satu desa yang berisi rumah-rumah kosong dengan narasi 'kampung mati'. Lokasi rumah-rumah kosong itu berada di Guwosari, Kapanewon Pajangan, Bantul.

Pantauan detikJogja di lokasi, tampak beberapa rumah tanpa penghuni di Pedukuhan Kembang Putihan, Guwosari. Lokasinya berada di tengah hutan jati. Suasananya pun sangat sepi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tidak hanya di Kembang Putihan, suasana serupa juga di Pedukuhan Watugedug, Guwosari. Bahkan, rumah-rumah kosong di Watugedug lebih banyak jumlahnya jika dilihat dari angka yang ditulis menggunakan cat semprot pada tiap dinding rumah.

Sedangkan di pinggir jalan terpasang spanduk bertulis 'Dilarang membuang sampah dalam tanah kampus 2 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta'. Selain itu terpasang papan bertulis 'Tanah negara, dilarang masuk/memanfaatkan/berburu/menebang/membakar. Kementerian Agama Republik Indonesia, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta'.

ADVERTISEMENT

Penjelasan Lurah Guwosari

Pemerintah Kalurahan Guwosari menyebut jika rumah-rumah tersebut telah dibebaskan untuk pembangunan kampus UIN Sunan Kalijaga Jogja. Lurah Guwosari, Masduki Rahmad menjelaskan bahwa proses pembangunan UIN telah tercetus sejak 2013. Sedangkan pembebasan lahan berlangsung dua tahun selanjutnya.

"Untuk proses pembebasan untuk kampus 2 UIN itu tahun 2015," kata Masduki kepada detikJogja, Senin (8/7/2024).

Lahan untuk kampus 2 UIN itu seluas 73 hektare. Luasan lahan tersebut terdiri dari tiga pedukuhan di Guwosari yakni Pedukuhan Pringgading, Watugedug, dan Kembangputihan.

"Memang dari luasan 73 hektare itu di dalamnya ada sekitar 10-15 rumah yang sampai hari ini sudah terbebaskan semua, atau pemiliknya mendapat ganti untung," ujarnya.

"Jadi proses pembebasan lahan UIN Sunan Kalijaga itu, rumah-rumah yang masuk di video itu masuk dalam kawasan pengembangan kampus 2 UIN," lanjut Masduki.

Terkait nilai ganti untung bagi pemilik rumah yang terkena pembebasan lahan untuk pembangunan Kampus UIN Sunan Kalijaga, Masduki mengaku bervariasi.

"Pembayaran tahap pertama di tahun 2015 itu ada 118 bidang, lalu berlanjut hingga 2021. Nah rumah-rumah itu rata-rata sudah terbayar tahun 2016-2017," ujarnya.

"Jadi warga ada yang dapat Rp 300 juta, Rp 700 juta, Rp 1 miliar hingga ada yang Rp 2 miliar. Karena tergantung bangunannya, karena yang dinilai luasan tanah, bangunan yang berdiri di atas tanah, tumbuhan atau pohon, kalau rumah dipakai usaha juga dihitung oleh tim appraisal," imbuh Masduki.

Karena adanya pembebasan itu, maka rumah tersebut berubah menjadi rumah kosong. Pasalnya, hak atas aset dan tanah telah menjadi milik UIN Sunan Kalijaga.

Namun, kata Masduki, hingga kini UIN belum membangun sehingga rumah kosong itu terkesan mangkrak."Sehingga aset-aset yang dimiliki dalam hal ini rumah dan bangunan-bangunan terkesan mangkrak. Terlebih warga tidak bisa memanfaatkannya lagi karena sudah dibayar oleh UIN," ujarnya.

Akan tetapi, Masduki menyebut ada beberapa rumah yang dimanfaatkan oleh UIN Sunan Kalijaga di Pringgading. Sedangkan yang viral di TikTok merupakan penampakan rumah-rumah kosong di Watugedug.

Terkait kapan penghuni terakhir di kawasan yang terkena pembebasan lahan untuk kampus 2 UIN, Masduki menyebut sebagian besar telah pindah sejak tahun 2016-2017. Namun, tahun 2019 pernah ada yang menghuni rumah-rumah tersebut.

"Kalau sebagian besar sudah pindah sejak tahun 2016-2017 itu. Tapi kalau ditanya penghuni terakhir 2019 itu ada yang tinggal di sisi barat, itu pun mereka ibaratnya hanya asal menggunakan saja, bukan pemilik aslinya," katanya.

Masduki menampik jika ada desa mati di Guwosari. Menurutnya, apa yang ada di medsos hanya mendramatisir suasana.

"Tidak ada itu ('kampung mati' di Guwosari). Saya pastikan kalau mereka pindah karena sudah tidak punya hak untuk menempati rumah tersebut karena sudah mendapat ganti untung dan mereka juga sudah membangun rumah baru," pungkasnya.




(mud/mud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads