Pengamat menilai para calon kepala daerah yang diusung Gerindra akan diuntungkan karena Prabowo dilantik menjadi Presiden Oktober 2024 nanti. Prabowo effect akan jadi kekuatan politik Gerindra di Pilkada serentak, termasuk di Sumsel.
Pengamat Politik Sumatera Selatan Haekal Al Haffafah menjelaskan analisanya terkait Prabowo effect tersebut. Menurutnya, efek samping politik pascapilpres dengan euforia kemenangan Prabowo-Gibran masih ada.
Belum meningkatnya elektabilitas Mawardi Yahya, Ketua TKD Pemenangan Prabowo-Gibran, di Pilgub Sumsel saat ini dapat berubah ketika Prabowo dilantik menjadi presiden.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Prabowo-Gibran ini kan belum dilantik, ada space (jeda) satu bulan dari Oktober pelantikan presiden sampai pemungutan suara Pilkada Serentak November. Kekuatan politik presiden terpilih baru akan dirasakan ketika pelantikan secara resmi sudah dilangsungkan," ujar Haekal, Jumat (28/6/2024).
Dosen FISIP Unsri ini belum mau mengungkap secara gamblang Prabowo effect pascapelantikan terkait dengan Pilkada Sumsel. Sebab, dukungan Parpol terhadap Paslon Mawardi Yahya-Anita Noeringhati (Matahati) belum lengkap.
Saat ini baru Gerindra yang resmi mengusung Mawardi. Calon wakilnya, Anita, masih menunggu dukungan resmi Golkar. Tahapan awal yang harus dilalui Matahati adalah proses dukungan Parpol untuk kepastian menjadi peserta Pilkada Sumsel.
"Elektabilitas Mawardi yang masih terbilang kecil jika dibandingkan dengan Herman Deru bisa dimaknai karena belum ada Parpol yang secara resmi mengusung Matahati. Hal itu baru bisa dilihat ketika nanti menjelang penyerahan berkas ke KPU. Ketika semua Paslon sudah jelas diusung oleh partai apa saja," ungkapnya.
Menurutnya, ketertinggalan elektabilitas saat ini tak bisa menjadi dasar siapa yang akan memenangkan kontestasi Pilkada. Pada beberapa Pilkada sebelumnya, sering dijumpai Paslon yang ketika dirilis survei sangat menonjol. Tetapi hasil akhir pemungutan suara tidak linear dengan hasil survei.
"Namun secara fakta perhitungan hasil kotak suara sering juga kalah. Artinya belum fair kita mengukur potensi kemenangan saat belum ada kejelasan siapa yang secara resmi bertanding atau dalam artian partai-partai mana saja yang berkoalisi dan berhadap-hadapan," tukasnya.
Sementara ini baru Paslon Herman Deru-Cik Ujang (HDCU) yang mendapat dukungan resmi dari tiga parpol sekaligus. Paslon ini telah mendapat dukungan dari NasDem, Demokrat, dan PKS.
Koalisi ketiga Parpol telah mencukupi salah satu syarat untuk HDCU ikut berkompetisi di Pilkada Sumsel, yakni minimal dukungan 25 kursi. Total jumlah kursi itu berasal dari NasDem 10 kursi, Demokrat 8 kursi, dan PKS 7 kursi. Sementara syarat dukungan Pilkada Sumsel 20% atau 15 kursi dari jumlah 75 kursi DPRD Sumsel.
Kemudian untuk Matahati, perolehan suara Gerindra saat Pileg DPRD Sumsel lalu sebanyak 11 kursi. Golkar memiliki 12 kursi. Jika Golkar resmi mengusung Anita bersama Mawardi, maka 2 Parpol pemenang Pileg akan memastikan langkah Matahati ikut Pilkada Sumsel dengan 23 kursi.
Sedangkan paslon lain, Heri Amalindo-Popo Ali dan Eddy Santana Putra-Andi Asmara hingga saat ini belum menyatakan dapat dukungan resmi dari parpol mana pun.
(des/des)