Sumsel Bisa Mandiri Ternak, Asalkan..

Sumatera Selatan

Sumsel Bisa Mandiri Ternak, Asalkan..

Welly Jasrial Tanjung - detikSumbagsel
Kamis, 27 Jun 2024 06:01 WIB
Peternakan kambing dan domba Alisan Farm di Wonosobo, Jateng, jadi wisata edukasi bagi anak-anak. Peternakan ini menghasilkan susu dan daging kambing.
Foto: Ilustrasi peternakan kambing (Ari Saputra)
Palembang -

Jumlah hewan ternak yang masuk ke wilayah Sumatera Selatan (Sumsel) cukup tinggi. Dari data yang dikeluarkan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternak Sumsel pada tahun 2023 ada sebanyak 17.081 ekor sapi dan 11.746 ekor kambing.

Tingginya suplai hewan ternak yang masuk ke Sumsel dikarenakan kebutuhan daging harian dan akikah di Sumsel. Jumlah hewan ternak ini masih disuplai dari luar daerah. Padahal jika dievaluasi akan tingginya kebutuhan hewan ternak ini bisa menjadi peluang bagi Sumsel untuk meningkatkan perekonomian.

"Jumlah ini jauh lebih sedikit dari jumlah sebenarnya karena masih banyak yang masuk tanpa surat rekomendasi," kata Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Sumsel, drh Jafrizal, Rabu (26/5/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Jafrizal, hewan kurban yang masuk ke Sumsel cukup tinggi bahkan untuk membeli 17.081 ekor sapi perputaran uangnya mencapai Rp 256 miliar dan Rp 23,5 miliar untuk 11.746 ekor kambing.

"Dana yang dikeluarkan untuk pembelian sapi dan kambing sebesar Rp 279,5 miliar, jika peternak lokal Sumsel bisa menyediakan ternak seharga tersebut. Maka akan sangat membantu untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan perkembangan peternak lokal," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

Untuk mewujudkan Sumsel mandiri ternak banyak hal yang harus dilakukan. Salah satunya keuntungan yang diterima oleh peternak rendah, karena pola pemeliharaan ternak dengan pola instensif (pengandangan) yang mengakibatkan biaya produksi terutama pakan menjadi tinggi.

Jafrizal mengatakan pemeliharaan dengan pola instensif juga membatasi kemampuan jumlah populasi ternak yang mampu dipelihara, belum tersedianya fasilitas lahan pengembalaan umum yang dapat menampung dan menjamin keberlangsungan peternakan. Selain itu juga belum ada kesatuan program pengembangan peternakan melibatkan lintas sektoral dalam bentuk program terintegrasi.

"Hal menarik yang dapat dilakukan yakni sistem pemeliharaan ternak sapi dengan rotational grazing atau pengembalaan ternak yang intensif di mana ternak merumput pada pada pengembalaan secara bergiliran dari paddock (padang rumput) yang satu ke paddock yang lain kemudian kembali ke paddock semula setelah kondisi tanaman kembali siap disenggut, ini adalah salah satu metode yang efektif," tuturnya.

Metode pengembalaan ini dapat menurunkan biaya produksi termasuk pakan yang mencapai 3-4 juta dalam 1 tahun yang dapat menjadi keuntungan dari peternak.




(dai/dai)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads