Pengamat Sebut Herman Deru Bakal Jadi 'Common Enemy' di Pilkada Sumsel

Pilgub Sumsel 2024

Pengamat Sebut Herman Deru Bakal Jadi 'Common Enemy' di Pilkada Sumsel

Reiza Pahlevi - detikSumbagsel
Minggu, 16 Jun 2024 13:01 WIB
Gubernur Sumsel Herman Deru
Herman Deru (Foto: Candra Setia Budi/detikcom)
Palembang -

Pasangan bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru-Cik Ujang bakal menjadi common enemy atau musuh bersama saat Pilkada 2024 digelar. Terlebih pertarungan nanti hanya akan terjadi antara HDCU dan Mawardi Yahya-Anita Noeringhati (Matahati), meskipun bakal ada paslon lain yang mendaftar.

"Kalau simulasi ke depan adalah 3 calon, peluang Herman Deru cukup besar tapi kalau simulasi 2 calon, itu jadi ancaman berat bagi Herman Deru karena peluangnya dijadikan common enemy juga cukup besar," ujar Pengamat Politik Sumsel, Haekal Al Haffafah, Minggu (16/6/2024).

Dosen FISIP Universitas Sriwijaya ini menyebut beberapa faktor kenapa Herman Deru bakal jadi musuh bersama di pilkada nanti. Pertama, residu politik antara Herman Deru dengan Alex Noerdin masih ada meskipun warna residu itu tidak begitu kuat saat ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tapi potensi untuk dikapitalisasi menjadi isu politik dikalangan pemilih masih sangat mungkin terjadi," katanya.

Seperti diketahui, Alex Noerdin pernah menjadi rival Herman Deru saat Pilgub Sumsel 2013 yang lalu. Saat itu Alex-Ishak Mekki bersaing dengan Herman Deru-Maphilinda. Kemudian pada Pilkada 2018, Herman Deru-Mawardi bersaing dengan anak Alex Noerdin, yakni Dodi Reza Alex-Giri Ramanda.

ADVERTISEMENT

Kedua lanjutnya, keterbelahan gubernur dan wakil gubernur periode 2018-2023 antara Herman Deru dan Mawardi Yahya juga diikuti oleh keterbelahan dukungan partai.

"Ketiga, ada anekdot yang sedang berkembang bahwa Herman Deru kurang piawai merawat tim. Sehingga ada sebagian yang menilai bahwa resource atau sumber daya (manfaat kemenangan politik) oleh kelompok kepentingan yang pernah memenangkan Herman Deru saat pilkada lalu tidak begitu dirasakan," katanya.

Sebagian lagi, merasakan belum ada manfaat ekonomi-politik secara personal maupun kelembagaan.

"Pecahan-pecahan variabel ini berpotensi menjadi kekuatan common enemy jika simulasi head to head terjadi," ungkapnya.

Sehingga, dia menilai, jika kecenderungan mereka yang tak dapat manfaat akan memberi dukungan kepada Mawardi. Termasuk dari para Bacagub-Bacawagub lain yang gagal melangkah ke Pilkada Sumsel.

"Peluang kecenderunganya seperti itu. Tapi apabila ada pertanyaan apakah otomatis Marwardi akan menang di pilkada nanti, belum tentu juga," ujarnya.




(csb/csb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads