Hujan es batu berukuran kecil terjadi di Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan (Sumsel). Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut peristiwa hujan es tersebut karena saat ini sudah masuk musim pancaroba.
Dari video yang dilihat detikSumbagsel, seorang warga mendokumentasikan fenomena itu terjadi di kebun miliknya yang berada di Dusun Janang, Kecamatan Pagar Alam Selatan.
"Hujan es lho, hujan es, batu es, hujan es," ujar seorang warga merekam kejadian tersebut, Kamis (18/4/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam rekaman itu, posisi perekam berada di daerah kebun. Awan tidak terlalu mendung. Kondisinya tidak sedang hujan air, bahkan asap pembakaran di sampingnya masih membumbung.
Koordinator Bidang Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi SMB II Palembang, Veronica Sinta Andayani mengatakan pihaknya telah mengeluarkan rilis perihal kondisi cuaca di sejumlah daerah, termasuk di Kota Pagar Alam. Pada Kamis sore, hujan sedang-lebat disertai kilat dan petir serta angin kencang disebut berpotensi terjadi di wilayah Pagar Alam Selatan.
"Untuk hujan es masih sulit dideteksi dini secara spesifik, deteksi awalnya hujan deras dan angin kencang yang biasa menyertai fenomena hujan es," ujar Sinta, Jumat (19/4/2024).
Perihal kondisi cuaca ekstrem itu, ia menyebut sudah menyampaikan kepada Pemkot Pagar Alam namun tidak menyebutkan akan terjadi hujan es batu.
"Fenomena hujan es itu merupakan fenomena cuaca alamiah yang biasa terjadi. Kejadian hujan lebat atau es disertai kilat atau petir dan angin kencang berdurasi singkat lebih banyak terjadi pada masa transisi atau pancaroba musim. Baik dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya," jelasnya.
Menurutnya, indikasi hujan es lokal bisa terjadi dengan luas berkisar 5-10 km. Biasanya hanya dalam waktu singkat, sekitar 10 menit. Dan lebih sering terjadi pada peralihan musim (pancaroba). Dan lebih sering terjadi pada siang atau sore hari. Hujan es berasal dari awan cumulonimbus (Cb).
"Hujan es bisa berbahaya karena hujan deras dan angin kencang yang menyertainya, serta dapat merusak tanaman perkebunan, bangunan dan sebagainya," tukasnya.
(dai/dai)