Ceramah Nuzulul Quran dapat menjadi referensi bagi pendakwah yang membawakan tausiyah pada peringatan turunnya Al-Qur'an. Berikut contoh teks ceramah Nuzulul Quran lengkap dengan berbagai judul.
Peringatan turunnya Al-Qur'an menjadi momen besar bagi umat Islam pada 17 Ramadan. Momen tersebut diperingati dengan melakukan berbagai kegiatan pada malam Nuzulul Quran, salah satunya dengan ceramah.
Memaknai malam Nuzulul Quran dilakukan dengan cara menceritakan kisah Rasulullah SAW ketika berada di Gua Hira. Saat itu, peristiwa turunnya Al-Quran berlangsung secara bertahap. Wahyu pertama yang turun adalah Surah Al-Isra ayat 1 hingga 5 yang berbunyi:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ. خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ. اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ. الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ. عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
Artinya: "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya."
Pada tahun 2024, malam Nuzulul Quran jatuh pada Rabu malam (27/3/2024) sementara hari Nuzulul Quran diperingati pada Kamis (28/3/2024). Adapun beberapa contoh ceramah Nuzulul Quran yang bisa dibawakan saat tausiyah sebagai berikut.
Kumpulan Contoh Teks Ceramah Tentang Nuzulul Quran
1. Peringatan Nuzulul Quran
Saudaraku! Setiap tahun, dan tepatnya di bulan suci Ramadhan ini, banyak dari umat Islam di sekitar anda merayakan dan memperingati suatu kejadian bersejarah yang telah merubah arah sejarah umat manusia. Dan mungkin juga anda termasuk yang turut serta merayakan dan memperingati kejadian itu.
Tahukah anda sejarah apakah yang saya maksudkan? Kejadian sejarah itu adalah Nuzul Quran diturunkannya Al-Qur'an secara utuh dari Lauhul Mahfud di langit ketujuh, ke Baitul Izzah di langit dunia.
"Bulan Ramadan, bulan yang padanya diturunkan (permulaan) Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)." (Qs. Al Baqarah: 185).
Peringatan terhadap turunnya Al-Qur'an diwujudkan oleh masyarakat dalam berbagai acara, ada yang dengan mengadakan pengajian umum. Dari mereka ada yang merayakannya dengan pertunjukan pentas seni, semisal qasidah, anasyid dan lainnya.
Mari saya mengajak diri saya sendiri terlebih dahulu dan umat Islam lainnya untuk senantiasa kita membaca dan mempelajari Al-Qur'an. Membaca dan mempelajari Al-Qur'an harus dijadikan tradisi oleh masing-masing keluarga Islam di muka bumi ini, kalau gerakan ini berlanjut, maka bukan tidak mungkin dunia nanti akan dipenuhi nilai-nilai Quran dan saat itulah peradaban baru dunia itu muncul, yaitu peradaban yang bersumber dari nilai-nilai Al-Qur'an.
Mengapa kita harus membudayakan membaca dan mempelajari Al-Qur'an? Karena selaku umat Islam kita yakin bahwa Al-Qur'an merupakan pedoman hidup yang kompleks dan memuat sejumlah kebutuhan manusia, baik material maupun spiritual.
Al-Qur'an yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad memang diperuntukkan kepada manusia agar dia mendapat rahmat dan kegembiraan dari Allah SWT. Membicarakan tentang Nuzulul Quran (turunnya Al-Qur'an) maka pasti tidak akan lepas pula membicarakan soal Lailatul Qadr dan Bulan Ramadhan.
Karena memang antara ketiga hal tersebut terdapat hubungan yang saling kait mengkait. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Qadr ayat 1 yang artinya:
"Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al-Qur'an) pada malam Qadr (Lailatul Qadar)," Kemudian dalam Surat Ad-Dukhan ayat 3 disebutkan pula yang artinya, "Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi (malam permulaan Al-Qur'an pertama kali diturunkan)". Selain dua ayat di atas, dalam Surat Al-Baqarah ayat 185 Allah SWT berfirman yang artinya:
"Bulan Ramadhan adalah bulan dimana di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan batil),"
Mengenai persoalan bahwasanya Al-Qur'an untuk pertama kali diturunkan dari Lauhul Mahfudz sampai ke Baitil Izzah (Langit Dunia) yaitu pada Malam Qadar di bulan suci Ramadhan, para ulama mayoritas telah bermufakat semuanya. Dimana dari Baitil Izzah ini, malaikat Jibril AS kemudian mengantarkannya kepada nabi Muhammad Saw secara step by step selama kurun waktu sekitar 23 tahunan.
Akan tetapi ketika dirinci lebih lanjut pada tanggal berapa persis sebenarnya saat Nuzulul Quran itu terjadi? Maka di sini mulai terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama. Konteks perbedaan pendapat ini sebetulnya bermuara pada batasan waktu kapan terjadinya Lailatulqadar itu.
Ada yang berpendapat di hari ganjil, asyrul awakhir bulan suci Ramadhan sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits. Ada pula yang mengatakan pada 27 Ramadhan. Dan ada lagi yang berpendapat bahwa khusus Lailatulqadar saat Nuzulul Quran itu terjadi yakni pada tanggal 17 Ramadhan. Karena keterkaitannya Surat Al-Qadr ayat 1 dengan isyarat yang disampaikan oleh Allah Swt pada Surat Al-Anfal 41 yang berbunyi:
"Jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan (Al-Qur'an) kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan,"
Yang dimaksud dengan hari Furqan atau hari bertemunya dua pasukan adalah hari pertempuran perang Badar. Peristiwa perang tersebut terjadi pada tanggal 17 Ramadhan 02 H atau jatuh pada hari Selasa 13 Maret 624 M. Adapun pendapat yang mengatakan bahwa peristiwa perang Badar itu terjadi pada hari Jum'at adalah pendapat yang lemah (karena salah dalam mengkonversi). Dan pendapat bahwasanya Nuzulul Quran itu terjadi pada tanggal 17 Ramadhan inilah pendapat terbanyak yang dipakai di Indonesia.
Sehingga tiap tanggal 17 Ramadan umat Islam di Indonesia banyak yang memperingatinya. Peristiwa turunnya Alquran atau sering disebut sebagai Nuzulul Quran merupakan hal yang sampai saat ini selalu diperingati oleh sebagian umat Islam di dunia. Di seluruh negara Arab dilakukan tradisi syiar atau menyemarakkan bulan Ramadhan dengan berbagai kegiatan.
Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah dengan memperingati Lailatulqadar yang biasanya ini serempak dirayakan oleh umat Islam di seluruh negara Arab pada malam ke-27. Sementara itu, dalam memperingati turunnya Al-Qur'an, di Indonesia dilaksanakan peringatan Nuzulul Quran pada malam ke-17 Ramadan.
Berbeda dengan umat Islam di Arab, di Indonesia, banyak umat Islam yang menyangka peristiwa Nuzulul Quran itu berbeda dengan Lailatulqadar. Padahal jika dilihat dalam sejarah, kedua hal ini sebenarnya tidak bisa dipisahkan. Lantas, mengapa umat Islam Indonesia memperingati turunnya Al-Quran pada malam 17 Ramadan?
Dijelaskan bahwa awal diperingatinya Nuzulul Quran di Indonesia yaitu ketika Presiden Soekarno mendapat saran dari Buya Hamka untuk memperingati Nuzulul Quran setiap tanggal 17, karena bertepatan dengan tanggal Kemerdekaan Indonesia dan sebagai rasa syukur kemerdekaan Indonesia.
Memang, dari dahulu telah ada perbedaan pendapat para ulama mengenai tanggal pasti turunnya Al-Qur'an pertama kalinya, yang kemudian diperingati sebagai malam Nuzulul Quran. Rasulullah SAW. pernah mengabarkan tentang kapan akan datangnya malam Lailatulqadar. Beliau bersabda:
"Carilah malam Lailatulqadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ramadan," (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam hadis yang lain juga dijelaskan:
"Berusahalah untuk mencarinya pada sepuluh hari terakhir, apabila kalian lemah atau kurang fit, maka jangan sampai engkau lengah pada tujuh hari terakhir," (HR. Bukhari dan Muslim).
Berdasarkan hadis di atas, diketahui bahwa Lailatulqadar terjadi pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadan yaitu pada malam-malam ganjilnya 21, 23, 25, 27 atau 29 Ramadan. Keterangan bahwa turunnya Al-Quran pada 10 hari terakhir Ramadhan diperkuat oleh Syaikh Safiur Rahman Mubarakpuri, penulis Sirah Nabawiyah.
Mubarakpuri dalam buku Cahaya Di Atas Cahaya menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW mendapat wahyu pertama pada malam Senin, tanggal 21 Ramadan (10 Agustus 610 M). Menurut kalender yang didasarkan pada perputaran bulan (Qamariyah), saat itu Nabi berusia 40 tahun 6 bulan 12 hari.
Sedangkan menurut kalender Masehi, Nabi berusia 39 tahun 3 bulan 22 hari. Keterangan Mubarakpuri di atas menguatkan pernyataan bahwa Al-Qur'an pertama sekali turun pada tanggal 21 Ramadhan dan bukan pada tanggal 17 Ramadhan.
Berdasarkan berbagai keterangan di atas, Al-Qur'an diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW pertama kalinya pada malam Lailatulqadar, yang oleh sumber sejarah dijelaskan bahwa Nabi menerima wahyu pada malam 21 Ramadhan.
Jadi peristiwa Nuzulul Qur'an pertama sekali terjadi pada tanggal 21 Ramadan, tepatnya pada hari Senin, sebab sebagian besar ahli sejarah sepakat bahwa diangkatnya beliau menjadi Nabi adalah pada hari Senin. Dalil ini dianggap kuat karena Rasulullah ketika ditanya tentang puasa Senin beliau menjawab:
"Di dalamnya aku dilahirkan dan di dalamnya diturunkan (wahyu) atasku" (HR. Muslim). Peristiwa turunnya Al-Qur'an (Nuzulul Quran) sebagaimana yang biasa diperingati oleh umat Islam Indonesia pada dasarnya tidak dicontohkan oleh Rasulullah, para sahabatnya dan para tabi'in. Jika pun perayaan Nuzulul Quran tetap diperingati dengan niat dan alasan yang baik, hendaknya bukanlah sekadar seremonial belaka, tetapi melalui peringatan tersebut esensi Al-Qur'an sebagai peringatan bagi umat manusia dapat membawa bekas dalam diri umat Islam yang memperingatinya,"
Sebagaimana Al-Qur'an menjelaskan:
"Ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan kitab itu (kepada orang kafir) dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman" (Al-A‟raaf: 2). Wallahu A'lam
(Saefudin Latief- Kasubbag Humas kanwil Depag Provinsi Sumsel)
2. Hikmah Turunnya Al-Quran
Segala puji bagi Allah SWT. Alhamdulillahilladzi liyadzadu iimaanan maa 'aimaanihim. Sholawat dan salam semoga tercurah selalu bagi Rasulullah panutan kita, yang membangunkan dan menuntun hati nurani kita, menjadi cahaya bagi segala perbuatan mulia.
Ayat pertama Al-Qur'an yang turun ke bumi memerintahkan umat Islam untuk membaca: "Iqra', Bacalah!" "Dengan menyebut Nama Tuhanmu yang telah menjadikan (makhluk),"
Asbabun nuzul ayat ini adalah ketika Muhammad SAW yang belum diutus menjadi nabi dan rasul sedang risau memikirkan masyarakat Arab yang kacau balau, tidak bermoral dan banyak melakukan penindasan. Beliau berkhalwat di Gua Hira' untuk bertafakur, merenung, dan mencari solusi atas kebejatan moral masyarakat Arab ketika itu.
Lalu Malaikat Jibril datang pada Muhammad SAW berupa manusia dengan merangkulnya dan memintanya membaca. Lalu apa yang dibaca? Di saat itu, belum ada lembaran- lembaran ayat Al-Qur'an dan belum ada tulisan yang bisa dibaca. Muhammad SAW sendiri diyakini oleh umat Islam dikaruniai 'kelebihan' tidak bisa membaca alias ummi.
Karena itu, kemungkinan besar Muhammad SAW dan tentunya kini kita umat Islam diperintahkan oleh Allah SWT yang menurunkan wahyu tersebut untuk membaca ayat-ayat kauniyah, tanda-tanda alam serta kondisi masyarakat. Bahasa kerenanya sekarang ya umat Islam disuruh melakukan penelitian alam, sosial, dan humaniora.
Kita disuruh untuk refleksi dan memikirkan kondisi umat dan bangsa lalu dituangkan dalam bentuk tulisan laporan hasil penelitian untuk dibaca banyak orang. Bangsa-bangsa yang maju di dunia ini dimulai dari penelitian yang mendalam dan serius yang menghasilkan berbagai macam karya tulis maupun produk inovatif yang bisa dipakai untuk kemaslahatan manusia.
Riset dan pengembangan mereka mendapat dana yang cukup tinggi, dibarengi dengan etos meneliti yang sangat gigih dan bertanggungjawab demi kemajuan peradaban kemanusiaan. Inilah yang perlu kita contoh sebagai bangsa Indonesia yang menapaki kemajuan dari negara miskin ke negara berpendapatan menengah menuju masyarakat maju, sejahtera, aman sentosa, baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur.
Selain ayat-ayat kauniyah, umat Islam pada khsusunya dan bangsa Indonesia pada umumnya perlu dibudayakan menjadi habit (kebiasaan) membaca ayat-ayat qauliyah. Angka buta huruf al-Qur'an umat Islam juga masih tergolong tinggi. Disinyalir ada separuh lebih, 54 % umat Islam Indonesia, belum bisa membaca ayat-ayat Al-Qur'an. Padahal membaca Al-Qur'an itu banyak pahalanya dan membuat orang tenteram.
Al-Qur'an merupakan sumber ilmu, sumber hidayah dan tuntunan. Itu baru tingkat membaca. Kalau dilihat dari tingkat memahami Al-Qur'an pasti jauh lebih rendah lagi. Inilah tantangan dan tuntutan yang harus dihadapi oleh umat Islam dan bangsa Indonesia untuk segera mempunyai kebijakan dan strategi budaya untuk meningkatkan minat baca ayat-ayat kauniyah maupun qauliyah, membaca tanda- tanda alam, membaca masyarakat sampai membaca kitab, buku dan bacaan-bacaan bermanfaat lainnya.
Membaca harus menjadi kesadaran penuh bangsa Indonesia. Mulailah bunda dan ayahanda yang muda maupun yang tua membiasakan membaca untuk anak- anaknya sehingga menjadi generasi yang berkualitas. Mulailah pemerintah membangun sarana-sarana publik agar masyarakat mudah, murah, nyaman membaca buku dan berdiskusi. Partisipasi masyarakat, korporat, orang kaya, orang pintar, orang peduli, pegiat sosial.
Bahkan semua pihak menjadi kunci suksesnya dan majunya bangsa Indonesia melalui peningkatan minat baca yang akan melahirkan minat menulis dan muncullah karya-karya inovatif dan kreatif untuk kebaikan bersama bangsa Indonesia. Puasa Ramadhan menjadi momentum semaraknya membaca Al- Qur'an di masjid-masjid dan musholla, lalu ditingkatkan dengan memahami ayat-ayat Allah secara luas seluas ciptaan Allah SWT.
Mari berpuasa melawan syahwat kemalasan membaca dan memulai membudayakan membaca apa saja yang bermanfaat untuk hidup kita, keluarga kita, lingkungan kita, dan bangsa Indonesia umumnya. Mari wakaf buku untuk lingkungan di sekitar kita. Wakaf ilmu untuk mengajak orang- orang di sekeliling kita untuk cinta baca.
(Lathiful Khuluq dalam Buku Nasihat Seribu Bulan)
3. Kemuliaan Nuzulul Quran
Dari dua belas (12) bulan yang ada dalam kalender agama Islam, Ramadhan merupakan bulan yang paling istimewa. Karena keistimewaannya, Ramadhan mendapat julukan sebagai sayyidus syuhur-raja atau pemimpin seluruh bulan. Atas julukan ini, ada beberapa keistimewaan bulan Ramadhan yang tidak dimiliki oleh bulan-bulan lain, antara lain:
Pertama, karena Ramadan dipilih sebagai bulan diturunkannya ayat pertama Al-Qur'an (QS. Al-Baqarah: 185). Oleh karena itu, salah satu ibadah yang dianjurkan untuk dilaksanakan di bulan Ramadan adalah memperbanyak membaca Al-Qur'an.
Kedua, dalam bulan Ramadhan, ada suatu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan yang disebut malam Lailatulqadar. Nilai ibadah yang dilaksanakan di malam ini, lebih baik daripada nilai ibadah seribu bulan. Ketiga, Ramadan merupakan bulan istimewa, karena kebaikan-kebaikan yang dikerjakan bulan Ramadhan nilainya berlipat ganda.
Pada kesempatan ini penting bagi kita mengingat kembali peristiwa yang sangat bersejarah bagi umat Islam, yaitu malam pertama diturunkannya Al-Qur'an oleh Allah SWT melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Pada saat itu, tepat pada malam Jumat bertepatan dengan hari ke tujuh belas Ramadan, dan akhirnya kita kenal dengan malam Nuzulul Quran.
Bila kita mengkaji kembali tentang peristiwa ini, pelajaran yang dapat dipetik adalah agar ketakwaan kita semakin kuat dan keyakinan kita semakin mantap terhadap kitab suci Al-Qur'an yang isinya memberi petunjuk bagi umat manusia serta pembela di antara perkara yang haq dan bathil. Sebagaimana Firman Allah dalam Surat al-Baqarah ayat 185:
"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka).
Maka (wajib baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur," (QS. al-Baqarah [2]: 185).
Adapun ayat Al-Qur'an yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah surah Al-'Alaq ayat 1 sampai 5. Al-Qur'an diturunkan ke bumi tidak sekaligus tetapi berangsur angsur, sedikit demi sedikit, bertahap, sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi Rasulullah SAW, sebagaimana firman Allah dalam surat al-Israa, ayat 106:
"Dan Al-Qur'an itu telah kami turunkan dengan berangsur angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian," (QS. Al-Israa: 106).
Dengan bertahap ini, maka Al-Qur'an lebih mudah diterima dan mudah dihafal. Dan waktu itu, faktanya, banyak dari para sahabat Nabi yang hafal Al-Qur'an. Namun di fase berikutnya, terjadi pertempuran antara orang Islam dengan kaum kafir dan musyrik yang menentang serta menghalangi dakwah Nabi hingga akhirnya banyak para sahabat Nabi yang gugur di medan perang sebagai syuhada', tak terkecuali para sahabat penghafal Al-Qur'an.
Oleh karena itu, muncul sebuah gagasan untuk membukukan Al-Qur'an sebagai suatu kitab, hingga pada gilirannya dapat dinikmati sampai sekarang ini, dan Allah senantiasa menjaga keasliannya. Setelah mengetahui secara sekilas tentang proses turunnya Al-Qur'an.
Maka hendaknya kita mensyukuri kenikmatan luar biasa yang dilimpahkan oleh Allah kepada umat manusia melalui Rasulullah SAW yang berupa Al-Qur'an yang berisi petunjuk-petunjuk yang benar. Dari itulah, kita sebagai umat Nabi Muhammad, patut kiranya unjuk syukur yang senantiasa tercurahkan kepada Allah SWT, karena hingga kini masih menikmati keimanan dan keislaman kita.
Wujud terima kasih dan rasa syukur atas turunnya Al- Qur'an ini harus direalisasikan dalam kehidupan umat Islam sehari-hari, yaitu dengan perlakuan yang sebaik-baiknya dan sungguh-sungguh, baik dalam membaca, memahami makna, mengamalkan isinya, mengajarkan dan mendakwahkan isi kandungan Al-Qur'an, dengan harapan kelak di hari kiamat mendapat syafa'atnya. Sebagaimana hadis nabi yang artinya:
"Bacalah Al-Qur'an, karena ia pada hari kiamat nanti akan datang untuk memberikan syafaat (pertolongan) kepada para pembacanya," (HR. Muslim).
Begitu besarnya fadilah membaca Al-Qur'an bagi para pembacanya. Terlebih lagi pada bulan Ramadan, bulan yang dipilih oleh Allah menjadi bulan diturunkannya ayat pertama Al-Qur'an, ibadah yang sangat dianjurkan adalah memperbanyak membaca Al-Qur'an, di samping memperbanyak melakukan kebaikan yang lainnya.
Dalam hadis yang lain Rasulullah menjelaskan:
"Seorang mukmin yang membaca Al-Qur'an dan mengamalkan isinya ibarat buah jeruk manis, rasanya enak dan baunya harum. Sedangkan, orang mukmin yang tidak membaca al-Qur'an tetapi mengamalkan isinya, ibarat buah kurma, rasanya enak dan manis tetapi tidak ada baunya.
Adapun perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Qur'an maka ibarat minyak wangi, baunya harum tetapi rasanya pahit. Sedangkan, orang munafik yang tidak membaca Al-Qur'an ibarat buah kamarogan, rasanya pahit dan baunya busuk," (Hadis Shahih riwayat al Bukhari, Muslim, Al Tirmidzi, Abu Dawud, Al Nasai, Ibnu Majah, Al Darimi dan Ahmad).
Allah sangat memuliakan orang-orang yang membaca Al-Qur'an dan Allah mengakuinya sebagai Ahlullah (keluarga Allah) di dunia, dan Allah memberi kedudukan yang sangat mulia kepada para penghafal al-Qur'an, sebagaimana hadis riwayat Abu Hurairah RA:
"Barang siapa berharap bisa bertemu dengan Allah maka hendaknya menghormati keluarga Allah" Seseorang bertanya Ya Rasul Allah, apakah Allah Azza wa Jalla mempunyai keluarga? Beliau menjawab Keluarga Allah di dunia adalah mereka yang membaca Al-Qur'an ketahuilah, barangsiapa menghormati merek, maka dia dihormati Allah dan diberi surga.
Dan barangsiapa menghina mereka, maka dia dihinakan Allah dan dimasukkan ke dalam neraka. Hai Abu Hurairah, tidak ada seorangpun di sisi Allah yang lebih mulia daripada penghafal Al Qur'an. Dan ketahuilah, sesungguhnya penghafal Al-Qur'an di sisi Allah adalah lebih mulia daripada siapapun, selain para Nabi," (HR. Bukhari).
Dengan begitu, semangat Ramadhan dengan sekian kemuliaan di dalamnya, rasa-rasanya kita harus senantiasa berkhidmat atas diturunkannya Al-Qur'an ini. Momentum Ramadan, sebagai bulan turunnya al-Qur'an (Nuzulul Quran) pertama kali ke bumi, patut bersyukur, membaca, dan mengamalkan isi kandungannya.
(Sriharini dalam Buku Nasihat Seribu Bulan)
Itulah beberapa kumpulan contoh teks ceramah tentang Nuzulul Quran yang dapat dibawakan ketika peringatan malam turunnya Al-Qur'an. Semoga berguna!
(dai/dai)