Doa Setelah Azan: Bacaan Arab, Latin dan Artinya

Doa Setelah Azan: Bacaan Arab, Latin dan Artinya

Achmad Rizqi Setiawan - detikSumbagsel
Jumat, 22 Mar 2024 15:40 WIB
Ilustrasi berdoa
Ilustrasi berdoa setelah azan/Foto: Getty Images/Rifka Hayati
Palembang -

Azan merupakan panggilan atau seruan yang dikumandangkan untuk mengumumkan waktu salat bagi umat Islam. Berikut ini doa setelah azan.

Panggilan tersebut biasanya dilakukan secara lisan dengan mengucapkan lafaz Allah SWT, dan seruan kepada umat Islam untuk melaksanakan ibadah salat. Bagi umat Islam, hukum mengumandangkan azan adalah sunah muakad.

Azan menjadi bagian penting dalam pelaksanaan salat. Kemudian ada waktu antara azan dan iqamah yang menjadi waktu istimewa untuk berdoa kepada Allah SWT.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Doa Setelah Azan

Dikutip situs resmi Nahdlatul Ulama (NU) Jabar, dalam kitab Risalatul Mu'awanah wal Mudhaharah wal Muwazarah dari Sayyid Abdullah bin Alawi al-haddad dijelaskan bahwa ada doa setelah azan, yang dianjurkan untuk dibaca setelah membaca selawat.

Berikut ini bacaan doa setelah azan:

اَللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةْ وَالصَّلاةِ القَائِمَةْ آتِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدَنِ اْلوَسِيْلَةَ وَاْلفَضِيْلَةْ وَابْعَثْهُ مَقَاماً مَحْمُوْدًا اَّلذِيْ وَعَدْتَهْ

Latin: Allâhumma rabba hâdzihid da'watit tâmmah, washshalâtil qâ-imah, âti sayyidana muhammadanil washîlata wal fadhîlah, wab'atshu maqâmam mahmûdanil ladzî wa'adtah.

Artinya: Wahai Tuhanku, yang memiliki seruan sempurna ini serta shalat yang segera akan dilaksanakan, berilah kepada Junjungan kami Nabi Muhammad kedudukan sebagai wasilah serta kemuliaan dan bangkitlah ia dalam kedudukan yang terpuji sebagaimana telah Engkau janjikan.

Waktu Mustajab untuk Berdoa

Dalam buku Ringkasan Fikih Sunah Sayyid Sabiq karya Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi, diterangkan bahwa waktu antara azan dan iqamah merupakan waktu mustajab untuk berdoa. Sehingga Rasulullah SAW menganjurkan umat Islam memperbanyak doa pada waktu tersebut. Anas RA meriwayatkan sabda nabi yang berbunyi:

"Doa antara azan dan iqamah, tidak akan ditolak". (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi).

Ada juga doa yang dapat diamalkan setelah azan magrib menurut riwayat dari Ummu Salamah. Berikut doanya:

اللَّهُمَّ إِنَّ هَذَا إِقْبَالُ لَيْلِكَ وَإِدْبَارُ نَهَارِكَ وَأَصْوَاتُ دُعَاتِكَ فَاغْفِرْ لِي

Artinya: Ya Allah, ini telah menjelang malamMu, dan telah berlalu siangMu, telah diserukan seruanMu, maka ampunilah aku. (HR. Abu Dawud).

Sejarah Azan

Azan diisyaratkan pada tahun kedua Hijriah, ketika Nabi Muhammad SAW mengadakan pertemuan untuk mencari cara memberitahu masuknya waktu salat, serta mengajak umat Islam untuk salat berjemaah di masjid.

Dalam buku Dahsyatnya Adzan karya M Syukron Maksum, disebutkan ada beberapa usulan yang muncul dalam pertemuan tersebut. Salah satunya adalah menggunakan bendera sebagai penanda waktu salat. Alasannya agar dapat dilihat setiap orang sebagai tanda pemberitahu umat.

Ada juga usulan menggunakan terompet, seperti yang digunakan oleh orang Yahudi. Lalu ada yang mengusulkan menggunakan lonceng seperti yang dilakukan Nasrani.

Semua usulan itu ditolak Rasulullah SAW. Lalu Umar bin Khathab memberikan usul untuk memilih seseorang yang bertindak sebagai pemanggil umat Islam untuk shalat, setiap masuk waktunya. Abu Daud menceritakan bahwa Abdullah bin Zaid berkata:

"Ketika cara memanggil kaum muslimin untuk salat sedang dimusyawarakan. Suatu malam dalam tidurku aku bermimpi. Aku melihat ada seseorang sedang menenteng sebuah lonceng dan aku mendekati orang tersebut dengan tujuan ingin membeli lonceng miliknya.

Namun orang tersebut bertanya, 'untuk apa ia membeli loncengnya?', kemudian Abdullah bin Zaid menjawab, 'dengan lonceng itu kami dapat memanggil kaum muslim untuk menunaikan salat'. Orang asing tersebut mengatakan, 'maukah kau kuajari cara yang lebih baik?', tentu Sahabat Rasulullah pun menjawab 'ya!' dan setelah itu orang tersebut menyebutkan lafaz azan yang hingga saat ini kita dengar.

Saat beliau terbangun, Abdullah bin Zaid langsung menemui Muhammad SAW dan menceritakan tentang isi mimpi yang dialaminya. Saat itu Nabi Muhammad SAW berkata: 'Itu mimpi yang sebetulnya nyata. Berdirilah di samping Bilal dan ajarilah dia bagaimana mengucapkan kalimat itu. Dia harus mengumandangkan azan seperti itu dan dia memiliki suara yang amat lantang'.

Lalu sahabat nabi tersebut melakukan hal itu secara bersama-sama dengan bilal. Selain itu, Umar bin Khatab juga mengalami mimpi yang serupa dan ia juga menceritakannya kepada Nabi Muhammad SAW.

Azan

Ketika hendak mengumandangkan azan, muazin harus tahu lafaz azan tersebut dan harus dibacakan dengan suara lantang. Dikutip situs resmi NU Jabar, berikut lafaz azan tersebut:

(٢x) اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ

Latin: Allahu Akbar, allahu Akbar (2x)

Artinya: Allah Maha Besar, allah Maha Besar

(٢x) أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلٰهَ إِلَّااللهُ

Latin: Asyhadu alla ilaha illallah (2x)

Artinya: Aku Bersaksi Tiada Tuhan Selain Allah

(٢x) أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

Latin: Asyhadu anna Muhammadan rasulullah (2x)

Artinya: Aku bersaksi sesuangguhnya Muhammad Adalah utusan Allah)

(٢x) حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ

Latin: Hayya 'alash shalah (2x)

Artinya: Marilah laksanakan shalat

(٢x) حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ

Latin: Hayya 'alal falah (2x)

Artinya: Marilah menuju kepada kejayaan

(١x) اَللهُ أَكْبَرُ ،اَللهُ أَكْبَرُ

Latin: Allahu Akbar, Allahu Akbar

Artinya: Allah Maha Besar, Allah Maha Besar

(١x) لَا إِلَهَ إِلَّااللهُ

Latin: La ilaha illallah

Artinya: Tiada Tuhan selain Allah

Demikian informasi mengenai sejarah azan, lafaz, dan doa setelah azan yang dapat detikers baca. Semoga bermanfaat ya.


Artikel ini ditulis oleh Achmad Rizqi Setiawan, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(sun/des)


Hide Ads