Khutbah Jumat Tentang Ramadhan, Bulan Mulia Penuh Berkah

Khutbah Jumat Tentang Ramadhan, Bulan Mulia Penuh Berkah

Melati Putri Arsika - detikSumbagsel
Kamis, 14 Mar 2024 22:31 WIB
Indonesian Muslims pray for the safety of the Palestinian people during a Friday prayer at Abu Bakar Ashshiddiq Mosque in Jakarta, Indonesia, Friday, Oct. 13, 2023. As violence and tensions increase in the Gaza Strip with Israeli airstrikes after an unprecedented Hamas attack, Islamic leaders in Indonesia, the worlds most populous Muslim-majority nation, appealed to all mosques across the country to pray for peace and safety for the Palestinian people. (AP Photo/Achmad Ibrahim)
Foto: Ilustrasi khutbah Jumat (AP/Achmad Ibrahim)
Palembang -

Khutbah Jumat dibacakan sebelum pelaksanaan salat bagi muslim laki-laki. Untuk Jumat pekan ini, 15 Maret 2024 bertepatan dengan hari keempat Ramadhan.

Pada momen bulan Ramadan yang penuh kemuliaan dan berkah ini dapat disampaikan saat khutbah Jumat. Berbagai pesan penting mengenai puasa, amalan sunah hingga keutamaan yang akan didapatkan.

Berikut contoh teks khutbah Jumat tentang Ramadhan yang dihimpun detikSumbagsel dari laman NU Online dan NU Lampung.

Contoh 1 Khutbah Jumat Ramadhan

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، الْقَائِلِ فِيْ كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَآ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيِّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقَهُ الْقُرْآنُ أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّيْ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْمَنَّانِ . وَقَال: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Hadirin Ma'asyiral Muslimin yang dirahmati Allah SWT

ADVERTISEMENT

Mengawali shalat Jumat kali ini, mari sama-sama kita panjatkan puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan kenikmatan yang luar biasa banyak dan tak terhingga di antaranya nikmat Islam, iman, ihsan, dan juga kesempatan umur panjang serta sehat wal afiyat sehingga kita masih dipertemukan dengan bulan Ramadhan yang penuh keberkahan ini.

Wujud syukur ini bisa kita lakukan dengan terus meningkatkan komitmen ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Ketakwaan ini akan mengarahkan kita kepada jalan yang senantiasa diridai oleh Allah SWT. Takwa akan menjadi bekal yang terbaik dalam menjalankan misi utama kita hidup di dunia yakni beribadah kepada Allah SWT. Allah berfirman dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah 197:

وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ

Artinya: "Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat,"

Hadirin Ma'asyiral Muslimin yang dirahmati Allah SWT

Ramadhan menjadi momentum tepat bagi kita untuk kembali menguatkan kesadaran untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah. Di bulan yang penuh keberkahan ini, kita diberi 'banjir bonus' oleh Allah SWT dengan dilipat gandakannya amal ibadah lebih dari bulan-bulan lainnya.

Ramadhan menjadi bulan penuh keberkahan yang harus kita manfaatkan untuk menjadikan kita masuk kepada golongan orang-orang yang bertakwa sebagai muara dari ibadah puasa yang kita lakukan di bulan ini.

Keberkahan Ramadhan terbukti dari diturunkannya pada bulan ini panduan utama umat Islam dalam kehidupan yakni Al-Qur'an al Karim, yang berisi firman-firman Allah dan tak terbantahkan kebenarannya. Hal ini disebutkan dalam Surat Al-Baqarah Ayat 185:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ

Artinya: "Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil),"

Dalam Tafsir Kementerian Agama disebutkan bahwa bulan Ramadan adalah bulan yang di dalamnya untuk pertama kali diturunkan Al-Qur'an pada Lailatulqadar, yaitu malam kemuliaan, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang benar dan yang salah.

Berkaitan dengan peristiwa penting ini, ada beberapa informasi Al-Qur'an yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk menetapkan waktu pewahyuan ini. Ayat-ayat itu antara lain surah Al-Qadar: 1, yang mengisyaratkan bahwa Al-Qur'an diwahyukan pada malam yang penuh dengan kemuliaan atau malam qadar.

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ

Artinya: Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada Lailatulqadar.

Kemudian Surah Ad-Dukhān 3, yang mengisyaratkan bahwa Al-Qur'an diturunkan pada malam yang diberkahi.

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةٍ مُّبٰرَكَةٍ اِنَّا كُنَّا مُنْذِرِيْنَ

Artinya: "Sesungguhnya Kami (mulai) menurunkannya pada malam yang diberkahi (Lailatulqadar). Sesungguhnya Kamilah pemberi peringatan,"

Ada juga surat Al-Anfāl: 41 yang mengisyaratkan bahwa Al-Qur'an itu diturunkan bertepatan dengan terjadinya perang Badar.

وَاعْلَمُوْٓا اَنَّمَا غَنِمْتُمْ مِّنْ شَيْءٍ فَاَنَّ لِلّٰهِ خُمُسَهٗ وَلِلرَّسُوْلِ وَلِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَابْنِ السَّبِيْلِ اِنْ كُنْتُمْ اٰمَنْتُمْ بِاللّٰهِ وَمَآ اَنْزَلْنَا عَلٰى عَبْدِنَا يَوْمَ الْفُرْقَانِ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعٰنِۗ وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

Artinya: "Ketahuilah, sesungguhnya apa pun yang kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka seperlimanya untuk Allah, Rasul, kerabat (Rasul), anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan ibnusabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Nabi Muhammad) pada hari Al-furqān (pembeda), yaitu pada hari bertemunya dua pasukan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu,"

Dari beberapa informasi Al-Qur'an ini, para ulama menetapkan bahwa Al-Qur'an diwahyukan pertama kali pada malam qadar, yaitu malam yang penuh kemuliaan, yang juga merupakan malam penuh berkah, dan ini terjadi pada tanggal 17 Ramadan. Tanggal ini juga bertepatan dengan bertemu dan pecahnya perang antara pasukan Islam dan tentara kafir Quraisy di Badar, yang pada saat turun wahyu itu Muhammad berusia 40 tahun.

Hadirin Ma'asyiral Muslimin yang dirahmati Allah SWT,

Setelah mengingat kembali bahwa Al-Qur'an yang penuh keberkahan diturunkan pada bulan dan waktu yang berkah, maka tentunya akan semakin menguatkan kita untuk senantiasa dekat dan cinta kepada Al-Qur'an untuk meraih keberkahannya. Upaya meraih keberkahan ini bisa kita lakukan dengan membaca, mengajarkan, memahami, dan mengamalkan isi kandungan Al-Qur'an dalam setiap tarikan nafas kehidupan kita.

Intensitas membaca Al-Qur'an di bulan Ramadhan perlu kita tambah, baik membaca secara perorangan maupun secara berjamaah atau dalam bentuk tadarus. Dalam sebuah hadits dari an-Nu'man ibn Basyir, Rasulullah bersabda:

قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَفْضَلُ عِبَادَةِ أُمَّتِي قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ

Artinya: "Rasulullah saw bersabda, "Sebaik-baiknya ibadah umatku adalah membaca Al-Qur'an," (HR. Al-Baihaqi).

Hadirin Ma'asyiral Muslimin yang dirahmati Allah SWT

Selain membaca, kita juga perlu untuk membumikan atau memasyarakatkan Al-Qur'an melalui majelis-majelis yang mengajar dan mengkajinya. Karena selain membaca, mengkaji dan mengajarkan Al-Qur'an juga memiliki banyak keutamaan. Hal ini seperti sabda Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari:

عن عثمانَ بن عفانَ رضيَ اللَّه عنهُ قال : قالَ رسولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : خَيركُم مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وَعلَّمهُ

Artinya: "Dari Usman bin Affan ra, Rasulullah saw. bersabda, "Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya,"

Hadirin Ma'asyiral Muslimin yang dirahmati Allah SWT

Lebih dari itu semua, nilai-nilai kandungan Al-Qur'an menjadi hal utama yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Jangan sampai kita melihat Al-Qur'an hanya sebatas teks-teks saja namun harus dipahami sebagai firman mulia dari Allah yang memerintahkan kita untuk beramal dan berbuat kebaikan di dunia. Esensi dari ajaran agama melalui Al-Qur'an lah yang perlu kita praktikkan. Bukan beragama yang mengedepankan tampilan fisik dan memahami Al-Qur'an secara tekstual saja.

Semoga di bulan Ramadhan ini, kita bisa benar-benar meraih keberkahan melalui maksimalisasi kecintaan kepada Al-Qur'an melalui membaca, mengkaji, mengajarkan, dan mengamalkan nilai-nilai Al-Qur'an. Semoga kita dan keluarga kita termasuk orang-orang yang selalu menanamkan nilai-nilai Al-Qur'an dalam kehidupan, khususnya di bulan Ramadhan ini dan seterusnya. Amin

بِسْمِ الله الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ . يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ .بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ، وَاسْتَغْفِرُوْا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلّٰهِ وَ الْحَمْدُ لِلّٰهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلَّهِ. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ. اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ

للَّهُمَّ ارْحَمْنَا بِالقُرْءَانِ. وَاجْعَلْهُ لَنَا إِمَامًا وَنُورًا وَهُدًا وَرَحْمَةً. اللَّهُمَّ ذَكِّرْنَا مِنْهُ مَا نَسِينَا. وَعَلِّمْنَا مِنْهُ مَا جَهِلْنَا. وَارْزُقْنَا تِلَاوَتَهُ ءَانَآءَ الَّيْلِ وَأَطْرَافَ النَّهَارِ. وَاجْعَلْهُ لَنَا حُجَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Contoh 2 Khutbah Jumat: Hikmah dan Berkah Ramadhan

Khutbah I

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ اَلْحَمْدُ ِللهِ جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرًا مُبَارَكًا، وَفَرَضَ عَلَيْنَا الصِّيَامَ لِأَجْلِ التَّقْوٰى. أَشْهَدُ أَنْ لَاۧ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ . اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مَحَمَّدِ نِالْمُجْتَبٰى، وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ التُّقٰى وَالْوَفٰى. أَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى. فَقَالَ اللهُ تَعَالٰى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ : أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ يَاۤأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءٰمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ

Ma`âsyiral Muslimîn jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,

Pada kesempatan yang mulia ini marilah kita tingkatkan kualitas takwa kita, di antaranya dengan berusaha melaksanakan ibadah Ramadhan dengan sebaik-baiknya. Kita saat ini berada di bulan suci Ramadhan, yaitu bulan yang diberkahi.

Terutama karena di bulan Ramadhan ini ada peristiwa agung, yaitu Nuzul Al-Qur'an (turunnya kitab suci Al-Qur'an). Al-Qur'an ini berfungsi sebagai nûr (cahaya), hudan (petunjuk), dan rahmat bagi manusia. Telah maklum bahwa Ramadhan adalah bulan keberkahan, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ يُبَشِّرُ أَصْحَابَهُ، يَقُوْلُ : " قَدْ جَاۤءَكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ، تُفْتَحُ فِيْهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ، وَتُغْلَقُ فِيْهِ أَبْوَابُ النَّارِ، فِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، مَنْ حُرِمَ خَيْرَها فَقَدْ حُرِمَ " )وَهٰذَا لَفْظُ حَمَّادِ بْنِ زَيْدٍ، أَخْرَجَهُ النَّسَائِيُّ، عَنْ بِشْرِ بْنِ هِلَالٍ( ـ

Artinya: "Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata: Rasulullah SAW memberikan kabar gembira kepada para sahabat beliau. Beliau bersabda: telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, yaitu bulan yang diberkahi, Allah telah memfardhukan (mewajibkan) atas kalian berpuasa di bulan itu, di bulan itu dibukalah pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka, dan di bulan itu pula ada Lailatul Qadar (Malam Qadar) yang lebih baik dari seribu bulan," Siapa saja yang terhalang dari kebaikan malam itu maka ia terhalang dari rahmah Tuhan (HR. An-Nasa'i).

Oleh karena itu, sesungguhnya kita diajarkan oleh Nabi Muhammad agar menyambut bulan Ramadhan ini dengan mempersiapkan diri sebaik-baiknya sejak jauh-jauh hari, dari bulan Rajab. Sejak bulan Rajab kita diajarkan untuk memohon keberkahan hidup di bulan Rajab, Sya'ban, dan Ramadhan. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam Ahmad, kita diajarkan agar berdoa:

اَللّٰهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَارِكْ لَنَا فِيْ رَمَضَانَ

Artinya: "Wahai Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan bulan Sya'ban, dan berkahilah pula kami di bulan Ramadhan,"

Mengapa kita diajarkan untuk memohon keberkahan? Apakah keberkahan penting bagi kita? Ini karena keberkahan hidup menjadi dambaan setiap orang yang berakal sehat. Berkah berarti bertambah. Dalam makna luas berkah berarti bertambah kebaikan (ziyâdat al-khair fî al-syai'), termasuk kesejahteraan baik dari segi material maupun immaterial.

Berkah dalam arti materi, seperti harta benda yang kita miliki makin bertambah, dan usaha semakin maju. Berkah dalam arti immateri, seperti ketenteraman hati kita makin terasa, dan pengetahuan dan wawasan yang semakin bertambah luas, yang mengarahkan kepada sikap dan perbuatan yang penuh hikmah kebijaksanaan, sikap dan perbuatan yang moderat, tidak ekstrem, sikap dan perbuatan yang mencerminkan rahmatan lil'alamin.

Ma'asyiral Muslimin yang semoga dimuliakan Allah, Di antara hikmah bulan Ramadhan adalah ada pengabulan doa bagi orang yang berdoa; ada penerimaan tobat orang yang bertobat, dan ada pengampunan bagi orang yang mohon ampunan. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits Qudsi yang panjang, yang diriwayatkan dari Ibn 'Abbas radhiyallau 'anhuma, di dalam bagian hadits ini disebutkan:

يَقُوْلُ اللهُ - عَزَّ وَجَلَّ - فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ ثَلاثَ مَرَّاتٍ : هَلْ مِنْ سَاۤئِلٍ فَأُعْطِيَهُ سُؤَلْهُ ؟ هَلْ مِنْ تَاۤئِبٍ فَأَتُوْبَ عَلَيْهِ ؟ هَلْ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ فَأَغْفِرَ لَهُ؟

Artinya: "Dalam setiap malam bulan Ramadhan Allah 'azza wa jalla berseru sebanyak tiga kali: Adakah orang yang meminta maka aku penuhi permintaannya? Adakah orang yang bertobat maka aku terima taubatnya? Dan adakah orang yang memohon ampunan maka aku ampuni dia?," (HR. Al-Thabrâni dan al-Baihaqî).

Jamaah shalat Jumat yang semoga dimuliakan Allah,

Pada bulan Ramadhan kita diwajibkan berpuasa, yang tujuan utamanya adalah untuk menjadikan kita orang-orang yang bertakwa. Sejarah kewajiban puasa Ramadhan ini ditetapkan pada bulan Sya'ban Tahun Kedua Hijriyah, yang mengandung banyak hikmahnya.

Di antara hikmah berpuasa Ramadhan adalah mensyukuri nikmat Tuhan yang diberikan kepada kita selama ini. Karena makna ibadah secara mutlak, termasuk ibadah puasa, adalah ungkapan syukur dari seorang hamba kepada Tuhannya atas nikmat-nikmat yang telah diberikan kepadanya. Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur'an, bahwa kita tidak akan dapat menghitung nikmat Tuhan (QS. Ibrâhim [14]: 34).

Dalam puasa Ramadhan setidaknya ada 3 faedah (manfaat), yaitu fâ'idah rûhiyyah (manfaat psikologis/spiritual/kejiwaan), fâ'idah ijtimâ'iyyah (manfaat sosial-kemasyarakatan) dan fâ'idah shihhiyyah (manfaat kesehatan). Di antara faedah kejiwaan dari berpuasa Ramadhan adalah pembiasaan diri kita agar berlaku sabar, ajaran agar kita mengekang hawa nafsu, dan ekspresi atau ungkapan mengenai karakteristik takwa yang tertanam dalam hati. Takwa itulah yang menjadi tujuan khusus dalam berpuasa Ramadhan.

Di antara faedah sosial-kemasyarakatan dalam puasa Ramadhan ini adalah pembiasaan kita, umat Islam, untuk tertib, disiplin dan bersatu padu, cinta keadilan dan kesetaraan di antara umat Islam: antara yang kaya dan yang miskin, antara yang pejabat dan rakyat, antara pengusaha dan karyawan, dan seterusnya.

Tidak ada perbedaan di antara mereka, semuanya wajib berpuasa ketika telah memenuhi persyaratannya. Juga di antara faedah sosial dari puasa adalah pembentukan rasa kasih sayang dan berbuat baik di antara kaum Muslim, sebagaimana puasa Ramadhan ini melindungi masyarakat dari keburukan-keburukan dan kemafsadatan.

Adapun di antara manfaat kesehatan dari berpuasa Ramadhan adalah berpuasa itu membersihkan usus-usus dan pencernaan, memperbaiki perut yang terus-menerus beraktivitas, membersihkan badan dari lendir-lendir/lemak-lemak, kolesterol yang menjadi sumber penyakit, dan puasa dapat menjadi sarana diet atau pelangsing badan.

Jamaah shalat Jumat hafidzakumullah,

Oleh karena itu, marilah Bulan Ramadhan ini, kita jadikan bulan kesederhanaan, bulan peribadatan, bulan memperbanyak berbuat kebajikan kepada orang-orang fakir dan orang-orang yang membutuhkan bantuan, bulan perlindungan badan kita, ucapan kita dan hati kita dari hal-hal yang dilarang agama, seperti perkataan keji (qaul az-zûr), ghibah, menebar hoaks, fitnah, hate speech (ujaran kebencian), dan adu domba, baik secara langsung maupun melalui media-media digital, media elektronik, televisi, radio, internet, dan media sosial (medsos).

Intinya marilah kita jadikan bulan Ramadhan ini bulan penyucian badan dan rohani kita dari segala keburukan, agar kita mendapatkan hikmah yang berharga dan keberkahan hidup. Saudara-saudara jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah, Sebagai penutup khutbah pertama ini marilah kita renungkan firman Allah Ta'ala dalam QS. Al-A'raf ayat 96:

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٓ ءٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَاْلأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوْا فَأَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ.

Artinya: "Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan,"

Semoga kita mendapatkan hikmah yang berharga dan keberkahan di bulan Ramadhan ini. Amin yarabbal 'alamin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بِاْلُقْرءَانِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهٗ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

(Ustadz Ahmad Ali MD, Pengurus Lembaga Dakwah PBNU)

Contoh 3 Khutbah Jumat: Keutamaan Ramadhan

Khutbah I

اَلْحَمْدُ ِللّٰهِ جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرًا مُبَارَكًا، وَفَرَضَ عَلَيْنَا الصِّيَامَ لِأَجْلِ التَّقْوٰى. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ . اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مَحَمَّدٍ الْمُجْتَبٰى، وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ التُّقٰى وَالْوَفٰى. أَمَّا بَعْدُ، فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى. فَقَالَ اللهُ تَعَالٰى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. يَاۤأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءٰمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Tak terasa saat ini kita telah berada pada Jumat pertama dari syahrillah, syahrin mubarak, yaitu bulan Ramadhan. Bulan mulia ini adalah satu-satunya bulan dalam sistem penanggalan Hijriah yang disebut dalam Al-Qur'an.

Ketika Nabi Muhammad SAW menjelaskan kemuliaan Ramadhan, maka beliau bersabda:

رَمَضَانُ شَهْرُ اللهِ وَفَضْلُهُ عَلَى سَائِرِ الشُهُوْرِ كَفَضْلِ اللهِ عَلَى خَلْقِهِ

Artinya: "Ramadhan adalah bulan Allah. Keutamaannya dibanding bulan-bulan lain adalah bagaikan keutamaan Allah dibanding dengan makhluk-Nya," (Syekh Nashr ibn Muhammad as-Samarqandi, Tanbihu-l Ghafilin fi Ahaditsi Sayyidi-l Anbiyai wal Mursalin, Daru-l Kutubi-l Ilmiyyah, h. 186).

Dalam satu kesempatan ketika ketika Ramadhan tiba, beliau menyampaikan kepada para sahabat

وَقَدْ دَنَا شَهْرُ رَمَضَانَ لَوْ يَعْلَمُ الْعِبَادُ مَا فِيْ رَمَضَانَ لَتَمَنَّتْ اُمَّتِي اَنْ يَكُوْنَ سَنَةً

Artinya: "Ramadhan telah tiba. Seandainya para hamba Allah mengetahui terhadap apa-apa yang ada dalam Ramadhan, maka umatku pasti berharap agar bulan ini tetap ada selama setahun penuh" (Syekh Nashr ibn Muhammad as-Samarqandi, Tanbihu-l Ghafilin fi Ahaditsi Sayyidi-l Anbiyai wal Mursalin, h. 186).

Membahas Ramadhan maka tak bisa lepas dari membahas salah satu rukun Islam, yaitu puasa, yang diwajibkan pada seluruh orang beriman yang telah memenuhi syarat wajibnya. Puasa merupakan ibadah yang sangat mulia sebab pahala yang diperoleh langsung diberikan oleh Allah tanpa perlu ditanyakan jumlah lipat-gandanya.

Allah berfirman dalam hadits qudsi, "Setiap kebaikan yang dilakukan anak Adam akan dilipatgandakan dari sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat kecuali puasa, sebab puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya kepada orang-orang yang telah menahan syahwat, makan, dan minum karena-Ku. Puasa adalah perisai.

Ada dua kebahagiaan bagi orang yang berpuasa: bahagia ketika berbuka dan bahagia ketika berjumpa dengan Rabb-nya pada hari kiamat," (Syekh Nashr ibn Muhammad as-Samarqandi, Tanbihu-l Ghafilin fi Ahaditsi Sayyidi-l Anbiyai wal Mursalin, h. 185).

Dalam lain waktu, Nabi Muhammad SAW menjelaskan keutamaan puasa Ramadhan:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ اِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya: "Barang siapa yang berpuasa Ramadhan dalam keadaan iman dan ihtisab, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu," (Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki, Khashaisu Ummati-l Muhammadiyyah, Hai'atu-sh Shofwati-l Malikiyyah, h. 192).

Berkaca pada hadits tersebut, agar kita bisa memperoleh keutamaan-keutamaan yang telah dijelaskan, maka setidaknya ada dua syarat yang harus dilakukan:

1. Puasa dalam keadaan iman. Iman yang dimaksud adalah membenarkan semua balasan dan pahala yang telah dijanjikan oleh Allah.

2. Puasa dalam keadaan ihtisab, yaitu mengharap ridha Allah. Bukan puasa karena takut menjadi bahan penggunjingan orang lain.

Oleh karena itu, seyogianya kita dalam menjalani puasa Ramadhan mengetahui kemuliaan ibadah ini, menjaga lisan dari bohong, ghibah, fitnah, menjaga anggota badan dari perbuatan maksiat, menjaga hati dari sifat hasad, dan tidak memusuhi sesama. Jika kita tidak menjauhi sifat-sifat tercela tersebut, maka dikhawatirkan kita masuk dalam golongan orang yang disabdakan oleh Rasulullah

ﷺ, كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ اِلَّا الْجُوْعُ وَالْعَطَشُ

Artinya: "Betapa banyak orang yang berpuasa tapi tidak mendapat secuil apapun dari puasanya kecuali hanya lapar dan haus," (Imam al-Ghazali, Bidayatu-l Hidayah, bab Adabu-sh Shiyam). Yakni, tidak ada pahala sama sekali yang didapat.

Hadirin rahimakumullah,

Ramadhan tidak melulu tentang kemuliaan, tapi ada juga ancaman yang ditujukan bagi segelintir orang. Dikisahkan ketika Nabi menaiki mimbar, pada tangga pertama beliau berucap âmîn. Pada tangga kedua dan ketiga beliau juga berucap âmîn.

Para sahabat akhirnya bertanya, "Wahai Rasulullah, kami mendengar engkau mengucapkan âmîn tiga kali," Nabi menjelaskan, "Pada tangga pertama tadi, Jibril mendatangiku dan mengatakan,

شَقِيَ عَبْدٌ أَدْرَكَ رَمَضَانَ، فَانْسَلَخَ مِنْهُ وَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ

Artinya: "Celaka orang yang menjumpai Ramadhan dan melewatinya tapi dosa-dosanya tidak diampuni,"

Maka aku mengucapkan âmîn. Pada tangga kedua Jibril berkata,

شَقِيَ عَبْدٌ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ أَوْ أَحَدَهُمَا فَلَمْ يُدْخِلَاهُ الْجَنَّةَ

Artinya: "Celaka orang yang menjumpai kedua orang tuanya atau salah satu dari keduanya tapi hal itu tidak bisa memasukkannya ke surga,"

Maka aku mengucapkan âmîn. Pada tangga ketiga Jibril berkata,

شَقِيَ عَبْدٌ ذُكِرْتَ عِنْدَهُ وَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْكَ

Artinya: "Celaka orang yang ketika namamu disebut di dekatnya, tapi ia tidak bershalawat padamu," Maka aku mengucapkan 'âmîn," (Imam al-Bukhari, al-Adabu-l Mufrad, bab Man Dzukira 'Indahu an-Nabiyyu Falam Yushalli 'Alaihi).

Doa tersebut disampaikan oleh malaikat terbaik dan diaminkan oleh manusia sekaligus makhluk terbaik. Maka sungguh rugi orang beriman yang dosanya tidak diampuni oleh Allah setelah berlalunya Ramadhan. Nau'udzubillahi min dzalik.

Berdasarkan keterangan-keterangan tersebut, para Hadirin, mari kita bersama-sama menyambut Ramadhan dengan penuh kekhusyukan. Mari bersama-sama memaksimalkan ibadah di dalamnya. Semoga kita semua bisa memperoleh ridha Allah dan fadhilah atau keutamaan Ramadhan serta dijauhkan dari akhlak tercela yang bisa membatalkan pahala puasa. Amin yâ rabbal 'alamin.

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ والذِّكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ Khutbah II اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

(Moch. Adnan Al Ghafiqi, Tenaga pendidik MTs NU Islamiyah Situbondo)

Contoh 4 Khutbah Jumat: Kemulian Ramadhan

Khutbah I

الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَبِفَضْلِهِ تَتَنَزَّلُ الْخَيْرَاتُ وَالْبَرَكَاتُ، وَبِتَوْفِيْقِهِ تَتَحَقَّقُ الْمَقَاصِدُ وَالْغَايَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَانَبِيَّ بَعْدَهُ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ المُجَاهِدِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا آيُّهَا الحَاضِرُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Menjadi keniscayaan bagi kita untuk senantiasa memanjatkan rasa syukur pada Allah subhanahu wa ta'ala yang telah memberikan umur panjang kepada kita sehingga kita bisa menikmati karunia nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada kita semua.

Di antara nikmat tersebut adalah nikmat iman dan Islam yang menjadi fondasi kita dalam memegang teguh aqidah dan menjalankan syariat agama Islam. Oleh karenanya mari kita senantiasa meningkatkan ketakwaan pada Allah subhanahu wa ta'ala agar bisa senantiasa:

امْتِثَالُ أَوَامِرِ اللهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ سِرًّا وَعَلَانِيَّةً ظَاهِرًا وَبَاطِنًا

Artinya: "Melaksanakan segala perintah Allah subhanahu wa ta'ala dan menjauhi segala larangan-Nya baik dalam keadaan sepi maupun ramai, lahir maupun batin, dilihat maupun tidak dilihat, dipuji maupun tidak dipuji oleh orang lain,"

Perlu khatib ingatkan pula bahwa ajakan pada ketakwaan ini juga merupakan kewajiban setiap khatib dalam setiap mengawali khutbahnya karena memang menjadi rukun khutbah Jumat itu sendiri. Jika khutbah tidak diawali dengan wasiat takwa, maka tidak sah lah khutbah yang dikerjakan dan pastinya akan mempengaruhi kesempurnaan rangkaian ibadah shalat Jumat.

Dan mudah-mudahan juga, setiap kali khatib menyampaikan wasiat takwa, tidak hanya menjadi rutinitas dan formalitas belaka namun bisa kita tanamkan dalam hati untuk kita laksanakan dalam kehidupan sehari-hari.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Ketakwaan sendiri merupakan tujuan sekaligus buah dari pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan yang sebentar lagi kita akan laksanakan. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam QS Al-Baqarah: 183:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,"

Ayat ini bisa menjadi sarana introspeksi diri terhadap kualitas ibadah puasa Ramadhan yang kita lakukan selama ini. Jika kita memiliki kualitas puasa yang baik, maka buah ketakwaan akan menghiasi kehidupan kita minimal selama satu tahun ini, dalam bentuk takut untuk meninggalkan perintah Allah dan senantiasa menjauhi larangan Allah dalam kehidupan sehari-hari.

Namun sebaliknya, jika dalam dalam memori kita kehidupan yang dilalui selama ini selalu abai dengan perintah Allah dan kita tidak merasa bersalah dan berdosa saat meninggalkan perintah Allah, maka buah ketakwaan dari puasa tidak kita dapatkan.

Oleh karena itu, ma'asyiral Muslimin rahimakumullah, Untuk meningkatkan kualitas ibadah puasa bulan Ramadhan, sehingga buah ketakwaan akan kita dapatkan, sudah seharusnya kita mempersiapkan diri dengan baik sedari awal. Rasulullah SAW pun mengingatkan dengan haditsnya yang mengajarkan kepada kita untuk mempersiapkan Ramadhan sejak bulan Rajab melalui sebuah doa:

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

Artinya: "Ya Allah, berkatilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya'ban. Sampaikan kami dengan bulan Ramadhan,"

Dari doa ini kita harusnya menyadari bahwa Ramadhan merupakan waktu yang sangat spesial bagi umat Islam sehingga sudah semestinya dipersiapkan dari jauh hari. Layaknya seseorang yang akan menemui hari bahagia pernikahan, pastilah ia akan mempersiapkan jauh-jauh hari dengan sebaik mungkin agar hari istimewanya bisa berlangsung dengan baik.

Kebahagiaan pun akan senantiasa mewarnai hari-harinya jelang hari pelaksanaan pernikahannya. Datangnya bulan suci Ramadhan layak mendapat sambutan gembira. Ia adalah momentum spesial yang Allah anugerahkan hanya sebulan selama setahun. Keutamaan-keutamaan yang terkandung di dalamnya pantas kita nanti-nanti.

Maasyiral Muslimin rahimakumullah,

Kebahagiaan menyambut bulan suci Ramadhan harus kita wujudkan dengan senantiasa meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah kita semisal dengan melakukan ibadah puasa sunah di bulan Rajab dan Sya'ban. Untuk mengisi asupan rohani, kita juga bisa menambah ilmu dengan mengaji sehingga memiliki modal untuk mengisi bulan yang penuh berkah ini dengan amal ibadah yang diridhai oleh Allah subhanahu wa ta'ala.

Hal ini juga dicontohkan oleh Rasulullah shalllallahu 'alaihi wasallam dengan memberikan arahan dan tuntunan Ramadhan pada sahabat-sahabatnya saat memasuki bulan Ramadhan. Dalam arahan tersebut, Nabi menegaskan bahwa bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh dengan keberkahan yang di dalamnya terdapat suatu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan.

Nabi juga mengingatkan keistimewaan bulan Ramadhan dengan menyebut bahwa siapa yang mengerjakan suatu kewajiban dalam bulan Ramadhan, maka sama dengan menjalankan tujuh puluh kewajiban di bulan lain. Ramadhan juga menurut Nabi kita adalah bulan kesabaran yang harus dilalui dengan ketabahan dan kesabaran sehingga nantinya akan meraih balasan berupa surga.

Ramadhan juga merupakan bulan pertolongan, momen rezeki orang-orang mukmin akan ditambah. Siapa yang memberikan makanan untuk berbuka bagi orang yang berpuasa di bulan Ramadhan, maka ia akan diampuni dosanya dan dibebaskan dari api neraka. Orang yang memberi buka akan memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang berpuasa tersebut.

Nabi mengingatkan bahwa awal bulan Ramadhan dipenuhi dengan rahmat, periode pertengahannya dipenuhi dengan ampunan dan maghfirah, dan pada periode terakhirnya merupakan pembebasan manusia dari azab neraka.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Banyaknya keistimewaan yang hadir pada bulan Ramadhan ini haruslah kita sambut dengan riang gembira. Rasulullah pun bergembira menyambut bulan Ramadhan dengan sabdanya yang diriwayatkan oleh Imam Nasa'i dan Imam Ahmad:

أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ، فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ

Artinya "Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi, Allah telah mewajibkan padamu berpuasa di bulan itu. Dalam bulan itu dibukalah pintu-pintu langit, dan ditutuplah pintu-pintu neraka, dan syaitan-syaitan dibelenggu. Pada bulan itu terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Siapa yang tidak memperoleh kebajikan di malam itu, maka ia tidak memperoleh kebajikan apapun,"

Oleh karena itu marilah kita mempersiapkan diri dengan baik untuk menyambut kehadiran bulan suci Ramadhan tahun ini dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah kita.

Mari kita laksanakan ibadah puasa dengan tidak hanya menahan lapar dan dahaga saja, namun harus dapat menjaga diri dari segala perbuatan yang tercela. Ibadah puasa harus kita jadikan wahana untuk membentuk sikap mental kita, menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah dan beribadah dengan penuh keikhlasan.

Perlu kita sadari bahwa ibadah puasa bukan hanya ibadah untuk diri kita sendiri, namun untuk Allah SWT. Dalam hadits Qudsi yang diriwayatkan Imam al-Bukhari, Allah berfirman:

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ

Allah Azza wa Jalla berfirman: "Setiap amal seorang manusia adalah untuk dirinya sendiri kecuali puasa. Puasa itu untuk-Ku dan Aku akan memberikan balasan kepadanya. Puasa itu adalah perisai, karena itu apabila salah seorang di antaramu berpuasa, janganlah mengucapkan perkataan yang buruk dan keji, jangan membangkitkan syahwat dan jangan pula mendatangkan kekacauan. Apabila ia dimaki atau ditantang seseorang, maka katakanlah: Aku sedang berpuasa,"

Semoga Allah memberikan kesehatan dan umur panjang pada kita sehingga bisa bertemu dan melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan sekaligus mampu meraih buah ibadah puasa yakni, Takwa. Wallahu a'lam bisshawab.

جَعَلَنا اللهُ وَإيَّاكم مِنَ الفَائِزِين الآمِنِين، وَأدْخَلَنَا وإِيَّاكم فِي زُمْرَةِ عِبَادِهِ المُؤْمِنِيْنَ : أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيمْ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمْ: وَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ. باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

(Muhammad Faizin, Sekretaris PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung)

Contoh 5 Khutbah Jumat: Makna Ramadhan

Khutbah I

الحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ. القَائِلِ فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ المُصَلُّونَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Hadirin shalat Jumat yang dimuliakan Allah, Sebagaimana diketahui bersama, bulan ini merupakan bulan yang agung dan penuh berkah. Sebab pada bulan ini ampunan dan rahmat-Nya sangat mudah didapatkan, bukankah kelak kita bisa masuk surga-Nya hanya melalui rahmat-Nya?

Begitu juga adanya bulan Ramadhan membuat seluruh umat Islam diwajibkan berpuasa dengan tujuan menjadi pribadi yang bertakwa. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam ayat:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: "Wahai orang-orang beriman telah diwajibkan puasa atas kalian sebagaimana telah diwajibkan (juga) atas orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang bertakwa," (QS. al-Baqarah: 183).

Tujuan disyariatkannya berpuasa untuk menjadi orang bertakwa merupakan cara Allah mengajak kita untuk meningkatkan kualitas ketakwaan kita. Ibadah sehari-hari seperti shalat lima waktu, sedekah, berbuat baik kepada sesama, dan lain sebagainya dirasa belum cukup untuk meningkatkan ketakwaan kita.

Oleh karenanya Allah menambahkan jalan lain untuk mencapai hal tersebut, yaitu dengan berpuasa. Kendati demikian, patut diakui bahwa puasa tidak hanya bisa dilaksanakan pada bulan Ramadhan saja. Namun puasa yang dilakukan pada bulan ini mempunyai keutamaan yang lebih dibandingkan puasa pada bulan-bulan lainnya. Keutamaan ini disebabkan puasa tersebut dilakukan pada bulan Ramadhan.

Dengan kata lain, ibadah puasa memiliki keutamaan yang berbeda-beda dengan bergantung pada bulan apa dikerjakannya. Lantas, mengapa ketika puasa dikerjakan pada bulan Ramadhan memiliki nilai lebih tinggi di sisi Allah dibandingkan puasa pada bulan yang lain?

Hadirin shalat Jumat yang dimuliakan Allah,

Pertanyaan tadi akan bisa dijawab bila kita mulai dari mengetahui apa arti kata Ramadhan. Dalam kamus al-Mu'jam al-Wasith, Ramadhan berasal dari رَمَضَ yang memiliki makna membakar. Makna ini sepadan substansinya dengan kata lain seperti melenyapkan, menghanguskan, bahkan meluluhlantakkan.

Termasuk sifat membakar yang lain adalah meniadakan, menghabisi, dan menundukkan. Dalam konteks Ramadhan, sesuatu yang dibakar adalah penyakit hati yang ada dalam diri kita masing-masing. Imam al-Ghazali secara terperinci menjelaskan apa saja macam-macam penyakit hati di dalam kitabnya yang fenomenal, Ihya Ulumuddin.

Di antaranya adalah ego, iri dengki, sombong, ujub, dan nafsu hewani. Penyakit-penyakit seperti inilah yang mesti ditundukkan bahkan dibakar selama bulan Ramadhan. Ibadah pada bulan ini seperti puasa, tarawih, mengaji al-Quran, dan berbagai macam dzikir memiliki tujuan untuk melenyapkan berbagai penyakit hati tersebut.

Seolah-olah Allah hendak menegaskan bahwa penyakit hati itu bisa dilatih, dilunakkan, serta dihilangkan dengan cara memperbanyak ibadah pada bulan Ramadhan. Sebab penyakit hati merupakan faktor paling dasar yang memicu berbagai konflik sosial dan politik yang terjadi selama ini.

Bahkan Imam Al-Ghazali juga menegaskan bahwa penyakit hati bisa mengidap kepada siapa saja, termasuk para ulama, pejabat, dan tokoh macam lainnya. Penyakit hati ini memang tidak memandang bulu dan hanya bisa dihilangkan dengan memperbanyak proses dan latihan.

Oleh karena itu, dengan beragam ibadah dan ganjaran yang dikhususkan hanya bisa diperoleh pada bulan ini, diharapkan dapat meluluhlantakkan penyakit-penyakit hati yang ada di dalam diri kita. Sesuai makna asalnya, Ramadhan menjadi momentum pembakaran berbagai penyakit hati, dan tentunya termasuk berbagai dosa juga.

Hadirin shalat Jumat yang dimuliakan Allah,

Perlu dipertegas di sini bahwa maksud dosa di sini hanyalah dosa antara hamba dengan Tuhannya. Artinya, dosa yang bisa dibakar atas ibadah-ibadah yang dikerjakan selama Ramadhan hanya terbatas pada dosa kepada Tuhan.

Sedangkan dosa kepada sesama manusia maka harus meminta maaf kepada yang bersangkutan. Namun, Nabi Muhammad Saw di dalam sabdanya menyebutkan sebuah ibadah secara spesifik yang dapat menghanguskan dosa-dosa tersebut, yaitu berpuasa. Di dalam riwayat Bukhari Muslim disebutkan:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya: "Siapa saja yang berpuasa pada bulan Ramadhan atas dasar beriman dan mengharapkan pahala maka dosa-dosanya di masa lalu akan diampuni,"

Berdasarkan hadis ini cukup jelas kiranya bahwa puasa yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan dapat menghapus dosa-dosa masa lalu seorang hamba. Dengan syarat, puasa yang dikerjakannya berdasarkan keimanan dan harapan mendapatkan pahala. Jadi puasa Ramadhan yang dikerjakan bukan karena ikut-ikutan lingkungan, atau bahkan tren media sosial.

Imam Muslim saat menjelaskan hadits-hadits tentang sebuah ibadah yang secara otomatis dapat menghapus dosa-dosa seseorang menegaskan bahwa dosa-dosa di sini terbatas hanya pada dosa kecil saja, bukan dosa besar. Sebab bila melakukan dosa besar maka cara melenyapkannya bukan hanya dengan beribadah saja, melainkan harus memohon ampun dan bertaubat dengan sungguh-sungguh.

Hal ini masuk akal kiranya, sebab setiap kita pasti memiliki dosa kecil, entah sengaja maupun tidak. Maka untuk menghapusnya cukup dengan memperbanyak ibadah yang biasa kita lakukan. Terlebih lagi bila ibadah tersebut dilakukan pada bulan Ramadhan, maka peluang ampunan yang akan diperoleh menjadi lebih besar. Hadirin shalat Jumat yang dimuliakan Allah, Selain itu, uraian terkait keutamaan bulan Ramadhan di atas diperkuat juga dengan hadis riwayat Bukhari Muslim yang berbunyi:

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ

Artinya: "Apabila bulan Ramadhan tiba maka pintu-pintu sorga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dikerangkeng,"

Hadis ini hendak menegaskan dari saking mulianya bulan Ramadhan membuat tempat mulia seperti surga dibuka lebar-lebar, sedangkan tempat dan makhluk yang hina ditutup dan dirantai agar tidak bisa mengganggu kekhidmatan ibadah pada bulan ini.

Ibadah yang dikerjakan pada bulan ini akan memudahkan kita diantarkan pada tempat yang indah sebagaimana dijanjikan bagi orang beriman, begitu juga jalan menuju tempat yang buruk ditutup, termasuk makhluk yang terlibat di dalamnya, yakni para setan dikurung agar tidak menggoda umat Islam dalam beribadah selama Ramadhan.

Semoga kita mendapatkan kemuliaan dan keberkahan bulan ini, sehingga nanti setelah Ramadhan usai kita menjadi pribadi-pribadi yang lebih bertakwa dan semakin semangat beribadahnya.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ.

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلّٰهِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ بنِ عَبدِ الله وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَة. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ المُسلِمُونَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَاعلَمُوا إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْ وَّٱلَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ. قَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُم بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر

(Ustadz M. Syarofuddin Firdaus, Dosen Pesantren Luhur Ilmu Hadis Darus-Sunnah Ciputat)

Contoh 6 Khutbah Jumat: Hikmah Ramadhan

Khutbah I

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ اَلْحَمْدُ ِللهِ جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرًا مُبَارَكًا، وَفَرَضَ عَلَيْنَا الصِّيَامَ لِأَجْلِ التَّقْوٰى. أَشْهَدُ أَنْ لَاۧ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ . اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مَحَمَّدِ نِالْمُجْتَبٰى، وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ التُّقٰى وَالْوَفٰى. أَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى. فَقَالَ اللهُ تَعَالٰى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ : أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ يَاۤأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءٰمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ

Hadirin rahimakumullah,

Pada hari dan bulan yang mulia ini. Khatib tidak bosan-bosan mengingatkan kepada jamaah Jumat sekalian untuk meningkatkan takwa kita kepada Allah swt, yakni dengan cara menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Karena takwa merupakan kemuliaan di sisi Allah.

Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an surat Al-Hujurat ayat 13:

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ

Artinya: "Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu,"

Hadirin rahimakumullah,

Segala puji milik Allah SWT, Tuhan yang memberikan keberkahan kepada kita semua, Tuhan yang menjadikan bulan suci Ramadhan menjadi bulan yang mulia dan diberkahi. Karena dalam bulan Ramadhan umat Islam di seluruh dunia diwajibkan untuk berpuasa.

Kewajiban berpuasa bagi umat Islam, tercantum dalam Al-Qur'an surah Al-Baqarah Ayat 183:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

"Yâ ayyuhalladzîna âmanû kutiba 'alaikumush-shiyâmu kamâ kutiba 'alalladzîna ming qablikum la'allakum tattaqûn,"

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS. Al-Baqarah 183),"

Hadirin rahimakumullah,

Ramadhan merupakan bulan yang agung, karena memiliki peristiwa yang sangat penting dalam sejarah umat Islam, yakni turunnya Al-Qur'an, atau yang disebut dengan Nuzul Al-Qur'an. Karena dengan turunnya Al-Qur'an lah, kita semua mendapatkan petunjuk tentang ilmu agama dan kehidupan di dunia.

Sudah menjadi pengertian umum bahwa Ramadhan merupakan bulan yang diberkahi oleh Allah swt. Seperti dibukanya pintu surga, ditutupnya pintu neraka dan terdapat malam Lailatul Qadar. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ يُبَشِّرُ أَصْحَابَهُ، يَقُوْلُ : " قَدْ جَاۤءَكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ، تُفْتَحُ فِيْهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ، وَتُغْلَقُ فِيْهِ أَبْوَابُ النَّارِ، فِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، مَنْ حُرِمَ خَيْرَها فَقَدْ حُرِمَ " )وَهٰذَا لَفْظُ حَمَّادِ بْنِ زَيْدٍ، أَخْرَجَهُ النَّسَائِيُّ، عَنْ بِشْرِ بْنِ هِلَالٍ( ـ

Artinya: "Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: Rasulullah saw memberikan kabar gembira kepada para sahabat beliau. Beliau bersabda: telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, yaitu bulan yang diberkahi, Allah telah memfardhukan (mewajibkan) atas kalian berpuasa di bulan itu, di bulan itu dibukalah pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka, dan di bulan itu pula ada Lailatul Qadar (Malam Qadar) yang lebih baik dari seribu bulan", Siapa saja yang terhalang dari kebaikan malam itu maka ia terhalang dari rahmah Tuhan," (HR. al-Nasa'i).

Maka dari itu, kita semua wajib berbahagia dan berbangga karena bisa menjumpai bulan Ramadhan. Karena Nabi Muhammad saw selalu mengajarkan kepada kita tentang bagaimana kita menyambut Ramadhan dengan penuh harap dan berbahagia. Bahkan penyambutan itu diajarkan sejak dua bulan sebelumnya, Rajab dan Sya'ban.

Dalam pengharapan ini terdapat pada hadits yang mengandung doa bagi kita semua untuk bertemu Ramadhan:

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

Artinya: "Wahai Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan bulan Sya'ban, dan sampaikanlah kami di bulan Ramadhan,"

Hadirin rahimakumullah,

Setiap syariat yang diturunkan oleh Allah swt memiliki hikmah tersendiri bagi hamba-hamba-Nya, begitu juga dengan puasa Ramadhan. Dalam sebuah hadits Qudsi yang diriwayatkan dari Ibn Abbas ra bahwa diantaranya hikmah bulan Ramadhan adalah ada pengabulan doa bagi orang yang berdoa; ada penerimaan taubat orang yang bertaubat, dan ada pengampunan bagi orang yang mohon ampunan:

يَقُوْلُ اللهُ - عَزَّ وَجَلَّ - فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ ثَلاثَ مَرَّاتٍ : هَلْ مِنْ سَاۤئِلٍ فَأُعْطِيَهُ سُؤَلْهُ ؟ هَلْ مِنْ تَاۤئِبٍ فَأَتُوْبَ عَلَيْهِ ؟ هَلْ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ فَأَغْفِرَ لَهُ؟

Artinya: Dalam setiap malam bulan Ramadhan Allah 'azza wa jalla berseru sebanyak tiga kali: Adakah orang yang meminta maka aku penuhi permintaannya? Adakah orang yang bertaubat maka aku terima taubatnya? Dan adakah orang yang memohon ampunan maka aku ampuni dia? (HR. Al-Thabrâni dan al-Baihaqî).

Di antara hikmah berpuasa Ramadhan adalah mensyukuri nikmat Tuhan yang diberikan kepada kita selama ini. Karena makna ibadah secara mutlak, termasuk ibadah puasa, adalah ungkapan syukur dari seorang hamba kepada Tuhannya atas nikmat-nikmat yang telah diberikan kepadanya. Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur'an, bahwa kita tidak akan dapat menghitung nikmat Tuhan:

وَاٰتٰىكُمْ مِّنْ كُلِّ مَا سَاَلْتُمُوْهُۗ وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَاۗ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَظَلُوْمٌ كَفَّارٌࣖ

"Wa âtâkum ming kulli mâ sa'altumûh, wa in ta'uddû ni'matallâhi lâ tuḫshûhâ, innal-insâna ladhalûmung kaffâr."

Artinya: Dia telah menganugerahkan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar sangat zalim lagi sangat kufur (QS. Ibrâhim [14]: 34).

Hadirin rahimakumullah,

Pada bulan Ramadhan kita diwajibkan berpuasa sebulan penuh, dengan tujuan utamanya adalah untuk menjadikan kita menjadi hamba yang bertakwa. Sejarah diwajibkannya berpuasa Ramadhan ini ditetapkan pada bulan Syaban tahun kedua hijriyah, yang mengandung banyak hikmahnya.

Dalam puasa Ramadhan setidaknya ada 3 hikmah dan faedah, yakni fa'idah ruhiyyah (manfaat psikologis/spiritual/kejiwaan), fa'idah ijtima'iyyah (manfaat sosial-kemasyarakatan) dan fa'idah shihhiyyah (manfaat kesehatan).

1. Manfaat Jiwa.

Puasa Ramadhan memiliki faedah dan manfaat bagi jiwa manusia, seperti pembiasaan diri agar memiliki sifat sabar, dengan mengekang hawa nafsu, dan ekspresi yang menjadikan makruh dan haram. Sehingga akan melahirkan manusia-manusia yang bertakwa. Karena dengan takwa itulah yang menjadi tujuan khusus dalam berpuasa Ramadhan.

2. Manfaat Sosial.

Selain manfaat pada jiwa, Ramadhan juga memiliki manfaat pada sosial masyarakat, seperti setaranya semua manusia untuk berpuasa. Tidak ada perbedaan baik yang kaya maupun yang miskin, yang cerdas maupun yang bodoh, yang tua, muda, laki-laki, perempuan, semuanya wajib berpuasa jika mereka sudah memenuhi syarat dan rukun puasa.

Selain itu juga, manfaat dari sosial kemasyarakatan yakni menjadikan umat Islam untuk selalu menebar kasih sayang ke sesama manusia. Bahkan dalam Islam ditegaskan barang siapa yang memberikan makan orang yang berpuasa maka akan mendapatkan pahala yang besar dan dimasukkan ke dalam surga. Hal ini menunjukkan bahwa puasa mengajarkan kepada kita untuk selalu berbuat baik kepada orang lain, karena dampaknya juga akan kepada kita sendiri.

3. Manfaat Kesehatan.

Sudah menjadi banyak penelitian bahwa puasa Ramadhan memiliki banyak manfaat dalam fisik atau kesehatan. Seperti membersihkan usus-usus dan pencernaan, memperbaiki perut yang terus-menerus beraktivitas, membersihkan badan dari lendir-lendir atau lemak-lemak, kolesterol yang menjadi sumber penyakit, dan puasa dapat menjadi sarana diet atau pelangsing badan.

Hadirin rahimakumullah,

Demikianlah khutbah kali ini mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua, baik yang membaca maupun yang mendengarkannya. Karena sebaik-baik nasehat, yakni nasehat yang menjadikan kita semakin baik dan akan terus memperbaiki diri.

Dan semoga, kita selalu diberikan iman yang kuat dan kokoh, sehingga bisa menunaikan ibadah puasa selama sebulan penuh tanpa kendala. Dan juga mudah-mudahan puasa ini menjadikan kita menjadi hamba yang mencintai kebaikan dan mencintai makhluknya Allah SWT. Aamîn yâ rabbal 'âlamîn.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بِاْلُقْرءَانِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهٗ هُوَ اْلغَفُوْرالرَّحِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

(Ustadz Yudi Prayoga, M.Ag, Pengajar di Pondok Pesantren Al Hikmah Bandar Lampung)

Itulah beberapa contoh khutbah Jumat Ramadhan yang dapat dipakai saat pelaksanaan salat Jumat 15 Maret 2024. Semoga bermanfaat.




(dai/dai)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads