Pemerintah Provinsi Jambi melalui UPTD Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Provinsi Jambi mencatat sebanyak 129 ton padi gagal diproduksi akibat banjir.
"Dampak perubahan iklim ini luar biasa ya, kalau biasanya produksi padi itu 4,5 ton per hektare maka ada 129 ton lebih padi yang harusnya dihasilkan tak dapat terpenuhi akibat banjir. Oleh karenanya kerugian tersebut sebetulnya mampu untuk memenuhi kebutuhan di masyarakat," kata Kepala UPTD BPTPH Jambi Jaja Kardia, Senin (4/3/2024)
Dari data BPTPH Jambi, sebanyak 7.672.21 hektare lahan persawahan terdampak banjir. Baik padi, cabai, maupun sayuran lainnya. Total itu tersebar di sembilan kabupaten-kota di Jambi dengan luas tanam sebanyak 10.999 hektare.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi dari sembilan kabupaten dan kota di Jambi yang lahan persawahannya tidak terdampak banjir ini ada di Kabupaten Tanjab Barat dan Kota Jambi. Sedangkan sawah yang terluas terdampak banjir berada di Kota Sungai Penuh seluas 1.222 hektare. 916,68 hektare dipastikan gagal panen atau puso," ujar Jaja.
Kendati demikian pihaknya telah melaporkan dampak perubahan iklim ini ke pihak terkait.
"Ini sudah kami laporkan melalui Dinas TPHP ke BPBD dan ke Kementerian Pertanian. Jadi untuk menindaklanjuti musibah ini kami sudah melayangkan surat ke pemerintah pusat. Saat ini tinggal menunggu bantuan dari pada bencana puso khusus tanaman padi ini," terang Jaja
Jaja berharap cuaca di bulan Maret tidak lagi ekstrem seperti beberapa bulan belakangan. Jika demikian, diperkirakan musim tanam pada April 2024 akan membaik.
"Kalau sekarang ini masih ada sawah-sawah yang kebanjiran sehingga musim tanamnya tertunda, jika ke depan tidak hujan terus menerus, semoga musim tanam selanjutnya membaik," harapnya.
(des/des)