Muhammad Rizky Aditya (11), bocah asal Palembang terpaksa berjualan aneka keripik untuk menghidupi nenek dan 3 adiknya. Penghasilannya berjualan sepulang sekolah itu juga dikumpulkan untuk membayar kontrakan rumahnya.
Uang kontrakan yang harus dibayar Iki adalah sebesar Rp 400 ribu per bulan. Dia juga harus memenuhi biaya hidup sehari-hari, termasuk uang sekolahnya dan adik-adiknya.
Saat detikSumbagsel mendatangi rumahnya di Jalan DI Panjaitan, Lorong Keramat Gang Bakti, Kecamatan Seberang Ulu 2, Palembang itu, Iki baru selesai makan siang. Dalam piringnya ada nasi dan ikan goreng yang dimasak neneknya, Sa'adah. Setelah makan, Iki duduk-duduk di depan rumah bersama adik-adiknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hari ini Iki tidak keliling (jualan keripik) karena tadi pulang sekolah dan capek. Mau istirahat dulu," cetus Iki.
![]() |
Hampir setiap hari Iki berjualan keripik di area Seberang Ulu II Palembang. Keripik yang dijual seharga Rp 7.000. Menurut Iki, penghasilan yang didapat lumayan untuk membantu biaya hidup keluarganya sehari-hari, termasuk membayar kontrakan.
"Bukan cuma jualan keripik, Iki juga sering ngamen. Hasilnya lumayan, untuk tambah-tambah penghasilan," jelasnya.
Posisi kontrakannya berada di gang sempit di tengah kawasan padat penduduk. Ada 7 pintu dalam bedeng kontrakan. Tempat Iki dan keluarganya tinggal tepat di tengah jejeran bedeng. Akses menuju ke kontrakan tersebut pun sangat kecil, hanya muat untuk satu kendaraan roda dua saja.
Tak ada teras di kontrakan tersebut. Iki maupun tetangga sekitarnya menggunakan pelataran gang sebagai teras dan tempat bermain. Masuk ke kontrakan Iki, ada 3 ruangan bersekat. Ruang depan dipakai untuk TV, lemari baju dan sekaligus tempat makan dan kumpul-kumpul. Di ruang tengah menjadi tempat tidur 4 kakak beradik itu serta sang nenek. Sementara di ruang belakang khusus dapur dan kamar mandi.
![]() |
Rumah Iki penuh dengan beragam barang yang berserakan dan menggantung. Nenek Iki menyebut, kontrakan tersebut memang cukup kecil dan sempit. Namun selama ini dia dan 4 cucunya itu merasa betah dan nyaman tinggal di sana.
"Sebulan, biaya sewa di sini Rp 400 ribu dan Rp 200 ribu untuk listrik dan air. Ini semua dibayarkan oleh Iki dari hasil jualannya sehari-hari. Saya juga membantu mencari uang, kadang jadi buruh cuci dan setrika di tempat orang," jelasnya.
Tak hanya itu, Sa'adah juga mengaku ada beberapa utang yang masih harus dilunasi olehnya dan keluarganya. Dia pun bersyukur, meski masih sangat kecil, cucunya sudah sudah mengerti dan mau membantu perekonomian keluarga.
"Sekarang ini kami juga ada terlilit utang dengan rentenir yang harus dibayar per bulan," kata dia.
(dai/dai)