Perjuangan Iki Bersekolah Sambil Hidupi Nenek dan 3 Adiknya

Round Up

Perjuangan Iki Bersekolah Sambil Hidupi Nenek dan 3 Adiknya

M Rizky Pratama - detikSumbagsel
Senin, 05 Feb 2024 08:00 WIB
Potret M Rizky Aditya, bocah 11 tahun yang menghidupi 3 adiknya di Palembang.
Foto: Potret M Rizky Aditya, bocah 11 tahun yang menghidupi 3 adiknya di Palembang. (M Rizky Pratama)
Palembang -

Muhammad Rizky Aditya, bocah 11 tahun di Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel) memiliki beban besar di pundaknya. Bocah yang akrab disapa Iki itu saat ini masih sekolah di bangku kelas 5 SD, ia harus banting tulang mencari nafkah demi menghidupi nenek dan 3 adiknya.

Di usainya yang masih anak-anak, setiap hari Iki berkeliling di sekitar kawasan Seberang Ulu I dan Seberang Ulu II Palembang berjualan aneka keripik, kerupuk dan makanan ringan lain. Dia mulai berjualan sepulang sekolah, hingga malam hari.

Penghasilannya dari jualan itu dikumpulkan ke neneknya untuk hidup sehari-hari keluarga itu, membayar uang kontrakan rumah, serta biaya sekolah Iki dan 3 adiknya.

"Iki mulai berjualan sejak kelas 3 SD. Iki biasanya mulai jualan dari pulang sekolah jam 12 siang sampai jam setengah 10 malam. (Hasilnya) untuk bantu bayar kontrakan," kata Iki kepada detikSumbagsel, Sabtu (3/2/2024).

Diceritakan Iki, dia dan adik-adiknya tinggal di rumah kontrakan di jalan DI Panjaitan, Lorong Keramat Gang Bakti, Kecamatan Seberang Ulu 2 Palembang. Dia harus menjadi tulang punggung untuk 3 adik dan neneknya usai sang ayah pergi meninggalkan mereka dua tahun lalu.

Semula, Iki dan 3 adiknya tinggal bersama ibunya, namun pada 14 Januari 2024 lalu sang ibu meninggal dunia usai berjuang melawan penyakit liver dan jantung bocor. Sejak ibu sakit-sakitan, Iki pun mengambil alih peran mencari uang. Penghasilan Iki saat itu juga dipergunakan untuk membeli obat ibunya.

"Ibu Iki gak ada lagi (meninggal dunia), kalau ayah sudah kabur (pergi) sejak Iki masih kelas 3," kata dia.

Dia mengungkap semua perjuangan itu dilakukannya hanya semata-mata ingin adiknya bisa makan sehari-hari dan bersekolah. Dia juga berharap agar adiknya bisa merasakan layaknya seperti anak lain pada umumnya. Tiga adik Iki yakni Aisyilla (5), Dani (3) dan Khalfi (2) yang sehari-hari dirawat neneknya di rumah.

"Iki berharap agar adik-adik Iki bisa sekolah dengan lancar, dan kelak menjadi orang sukses," ujar Iki.

Dia menjelaskan, makanan ringan yang dijualnya itu adalah produk UMKM dari orang-orang sekitar rumahnya. Dibeli oleh Iki dalam jumlah kiloan, kemudian dikemas kembali menjadi kecil-kecil baru dijual ke masyarakat. Kerupuk dan keripik yang dijual Iki itu seharga Rp 7.000 per bungkus.

Iki mengaku keuntungan dari penjualan kerupuk dan keripik itu dalam per harinya tidak tentu.

"(Keuntungan) lumayan. Kadang jual di kawasan PGRI dan Sentosa (Seberang Ulu Palembang)," kata dia.

Anak sulung dari 4 bersaudara itu mengaku sang ayah kabur saat ibunya sakit berat. Lalu terakhir, ayahnya datang lagi ketika sang ibu meninggal dunia. Bahkan ayahnya ingin membawa adik perempuannya untuk pergi namun berhasil dicegah neneknya.

"Iki berharap ayah bisa pulang ke rumah. Bisa berkumpul seperti dulu lagi," pintanya.

Sementara itu, nenek Iki, Sa'adah mengatakan bahwa ia sedih karena melihat Iki banting tulang menghidupi keluarganya itu. Namun hal itu terpaksa Iki lakukan karena keluarga ini tidak memiliki sumber pendapatan lain.

"Saya sedih karena Iki harus terpaksa jualan padahal kawan seusianya main, dan fokus belajar. Karenanya setiap pulang jualan, saya meminta Iki untuk tetap belajar," pungkasnya.




(dai/dai)


Hide Ads