Kecelakaan air yang terjadi antara speedboat Sinar Agung dan mesin sungai atau ketek di perairan Tanjung Serai, Banyuasin, Sumatera Selatan menyita perhatian. Dari kecelakaan itu, 3 penumpang speedboat tewas dan 3 penumpang lain masih dalam pencarian.
Tak hanya penumpang tewas dan hilang, ada 5 penumpang lain yang mengalami luka-luka dan dibawa ke rumah sakit. Korban luka-luka ini termasuk nakhoda speedboat bernama Sudarno (40). Sementara nakhoda ketek, Hardi (24) masih dimintai keterangan di Mako Polairud Polres Banyuasin.
3 Tewas, 3 Hilang Termasuk Jasad Bayi
Tragedi kecelakaan speedboat dan ketek itu terjadi di perairan Tanjung Serai, Desa Bunga Karang, Kecamatan Tanjung Lago, Banyuasin pada Minggu (4/2/2024) sekitar 00.30 WIB. Saat kejadian, speedboat tersebut sedang mengangkut jasad bayi yang baru dibawa dari rumah sakit untuk dimakamkan di Kecamatan Lalan, Muba.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kasat Polairud Polres Banyuasin, Iptu Disa Javier Suwarna Putra mengatakan, dari kecelakaan speedboat dan ketek tersebut ada 3 penumpang speedboat tewas. Adapun penumpang yang tewas yakni Dwi Lestari (29), Winardi (40), dan Surya (40).
Lalu ada korban luka yakni Suyoto (22), Trisno (35) Nando (30), Junarti (37), dan Sudarno (40). Sementara korban hilang yakni Eko, Gunadi, dan jenazah bayi bernama Ica (4).
"Saat ini kami masih fokus mencari tiga korban hilang yang hingga kini belum ditemukan," jelasnya, Minggu (4/2/2024).
Disa mengatakan pihaknya langsung mengamankan pengemudi ketek bernama Hardi ke Mako Polairud Polres Banyuasin.
"Pengemudi perahu ketek saat ini sudah diamankan di Mako Polairud Polres Banyuasin dan masih diambil keterangan," kata dia.
Meski begitu, pihaknya masih fokus membantu tim gabungan untuk mencari 3 korban yang dilaporkan masih hilang di perairan tersebut.
"Saat ini kami masih fokus mencari tiga korban hilang yang hingga kini belum ditemukan," jelasnya.
Diduga karena Speedboat dan Ketek Minim Penerangan
Dari hasil pemeriksaan sementara, kata Disa, kecelakaan itu terjadi diduga karena speedboat tak didukung dengan lampu penerangan.
"Kecelakaan speedboat Sinar Agung mesin 40 Pk dengan perahu ketek bermuatan kelapa diduga karena kurangnya lampu penerangan saat malam hari," ujar Disa.
Sementara itu, Kepala Basarnas Palembang Raymond Konstantin mengatakan kecelakaan itu terjadi saat dini hari yang melibatkan speedboat mesin 40 Pk merek Sinar Agung dan ketek.
"Kejadian tabrakan sekira pukul 00.30 WIB dini hari tadi. Speedboat 40 Pk merek Sinar Agung dinakhodai Sudarno bermuatan 9 penumpang dan 1 jenazah balita. Total ada 11 orang di atas kapal," ujarnya.
Raymond menjelaskan speedboat yang dinakhodai Sudarno berangkat dari Dermaga PU Desa Bunga Karang, Kecamatan Tanjung Lago, Banyuasin hendak menuju ke Primer 8, Kecamatan Lalan, Musi Banyuasin (Muba).
Saat melintasi perairan Tanjung Serai, Desa Bunga Karang, Tanjung Lago, kapal bertabrakan dengan perahu ketek bermuatan kelapa yang dinakhodai Hardi yang bertolak dari Sungai Bungin.
"Insiden tabrakan menyebabkan speedboat Sinar Agung pecah dan tenggelam serta menimbulkan korban jiwa, luka dan hilang. Saat ini masih dalam pencarian," pungkasnya.
Pencarian Terkendala Faktor Cuaca
Humas Basarnas Palembang Taufan mengatakan pencarian yang dilakukan pada hari pertama kecelakaan speedboat dan ketek itu terhadap 3 korban hilang belum membuahkan hasil.
"Saat ini masih nihil. Namun tim masih standby di posko sekaligus untuk pemantauan jika ada info-info korban ditemukan," ujar Taufan, Minggu (4/2/2024).
Dia menyebut pencarian korban hilang sempat dihentikan malam tadi dan akan dilanjutkan Senin pagi ini. Sebab, tim tidak diperbolehkan melakukan pencarian di malam hari dan membahayakan personel itu sendiri.
"Pencarian kita lanjutkan kembali," ungkapnya.
Taufan menyebut, pencarian oleh tim pada Minggu (4/2/) terkendala faktor cuaca dan aliran sungai di lokasi tabrakan yang cukup deras.
"Iya, terkendala faktor cuaca dan derasnya arus sungai," ucapnya.
Pengakuan Pengemudi Ketek
Hardi, pengemudi ketek yang bertabrakan dengan speedboat berpenumpang 11 orang mengatakan, saat kejadian sedang turun hujan hingga membuat lokasi gelap.
Dia mengaku sebelum kejadian, ketek yang dikemudikannya dilengkapi dengan penerangan yang cukup.
"Saya membawa ketek (bermuatan kelapa) posisinya di tengah (sungai) dan malam itu cuacanya memang gelap karena hujan," kata dia kepada detikSumbagsel, Minggu (4/2/2024).
Namun, dia tidak menyangka ada speedboat dengan kecepatan tinggi tanpa penerangan yang cukup mengarah kepadanya.
"Tapi meski gelap saya tetap menghidupkan lampu sebagai penerangan (saat jalan di sungai), sementara speedboat itu tidak ada lampu sehingga terjadi kecelakaan," jelasnya.
Hardi mengatakan, setelah kejadian itu dia sempat menolong korban speedboat yang bertabrakan dengan keteknya.
Saya bawa kelapa dari Sungai Bungin mau ke (dermaga) PU. Saat kecelakaan saya langsung bantu (proses evakuasi korban). (Ada) 8 orang berhasil di selamatkan, 5 kritis dan 3 dibawa ke rumah sakit. (Korban) yang kritis saya tidak tahu kabarnya," ujarnya.
(dai/dai)