Akademisi Universitas Bandar Lampung, Rifandy Ritonga menilai tak ada satupun capres yang menyampaikan program kerja untuk masyarakat dan hanya sibuk saling serang. Selain itu, dia mengingatkan agar para kandidat berhati-hati dalam memaparkan data dalam debat.
"Ini seperti obrolan emak-emak kompleks. Kenapa demikian? Saya sampaikan dalam debat ketiga dengan tema pertahanan, keamanan, hubungan internasional, globalisasi, geopolitik, dan hubungan luar negeri, saya melihat terdapat penurunan kualitas yang berkaitan dengan substansi tema debat. Tidak ada satupun capres yang menyampaikan solusi terhadap apa yang terjadi hari ini dan bagaimana penanganan di masa mendatang, mereka hanya saling serang," kata Rifandy kepada detikSumbagsel, Senin (8/1/2024).
Meski demikian, Rifandy menyebutkan dalam debat Minggu malam ada suguhan menarik yakni dari tensi panas antara masing-masing calon yang tidak ada pada debat sebelumnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Namun secara tontonan, pada debat ketiga tentu ini menjadi suguhan yang menarik dan sedap, karena ada tensi yang panas pada debat kali ini, yang berbeda dari debat sebelumnya. Terutama pada Prabowo yang pada debat sebelumnya lebih terlihat santai, namun pada debat kali ini sedikit berbeda," tuturnya.
Menurut dia, yang terjadi pada debat tadi malam tentu sangat memudahkan bagi Anies Baswedan maupun Ganjar Pranowo untuk mengoreksi kinerja Prabowo selaku Menteri Pertahanan.
"Kita ketahui Prabowo menjabat sebagai Menteri Pertahanan kurang lebih 4 tahun. Tema yang diusung kali ini tentu menjadi peluang bagi pasangan Anies-Cak Imin, serta Ganjar-Mahfud untuk lebih mudah mencari perolehan kerja, mengkoreksi apa yang sudah dilakukan oleh Prabowo sebagai Menteri Pertahanan, hal itu bisa kita lihat dari pertanyaan-pertanyaan yang di lontarkan Anies dan Ganjar dalam debat," jelasnya.
Dia juga mengingatkan kepada para capres dan cawapres untuk berhati-hati perihal penggunaan data yang akan disajikan dalam debat. Ada kemungkinan data yang dipaparkan kurang valid sehingga justru akan menyesatkan calon pemilih.
"Bagi saya menjadi catatan yang penting adalah perihal penggunaan data dalam debat yang dijadikan bahan oleh masing-masing paslon, sebagai dasar argumentasi, saya berpendapat masing-masing paslon harus lebih bijak, bisa jadi kesalahan data dan sumber ini akan menjadi polarisasi yang buruk oleh para voter," jelasnya.
Rifandy pun menyarankan agar forum debat dapat dimanfaatkan oleh para kandidat sesuai dengan fungsi, salah satunya memberikan informasi gagasan, ide, hingga solusi kepada pemilih. Sehingga tidak hanya fokus pada menguliti lawan.
"Harapan kita debat capres dan cawapres beberapa sesuai dengan fungsinya, termasuk memberikan pemilih informasi lebih lanjut mengenai gagasan dan ide dan solusi mereka secara langsung pada permasalahan negara, namun dalam perhelatan debat kali ini saya melihat ini tidak tersampaikan secara baik," ungkap Rifandy.
Dia juga berharap adanya debat ini bisa membantu pemilih untuk mengevaluasi kemampuan dan kepemimpinan dari masing-masing calon.
"Debat ini sebagai wahana mengenalkan pola pikir calon kepada masyarakat. Pertanyaannya, hal penting ini apakah semua masyarakat paham? Saya melihat data bahwa Mayoritas Voter kita di Indonesia jika dilihat dari jenjang pendidikan adalah lulusan SD, SMP, SMA/SMK berdasarkan data SAKERNAS tahun 2022 jadi harus lebih jujur," tandasnya.
(des/des)