Temuan-temuan Mahasiswa UB di Balik Praktik Pesugihan di Gunung Kawi

Regional

Temuan-temuan Mahasiswa UB di Balik Praktik Pesugihan di Gunung Kawi

Muhammad Aminudin - detikSumbagsel
Senin, 09 Okt 2023 09:31 WIB
Tim ekspedisi UB ritual pesugihan Gunung Kawi
(Foto: Dokumen mahasiswa UB)
Palembang -

Lima mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) yang meneliti praktik pesugihan di Gunung Kawi mengungkap sejumlah temuan. Salah satunya mengenai pelaku pesugihan.

Tim ekspedisi dan penelitian bernama Artha Kawi menemukan adanya keterkaitan antara praktik pesugihan Gunung Kawi dengan kecenderungan mental disorder. Khususnya psikosis pada pelaku pesugihan.

"Secara general hasil yang kami dapatkan adalah beberapa orang pelaku pesugihan Gunung Kawi dan orang terdekatnya yakni terdapat keterkaitan antara praktik pesugihan Gunung Kawi dengan kecenderungan mental disorder khususnya Psikosis pada pelaku pesugihan Gunung Kawi," jelas salah satu peneliti, Harun Rasyid dilansir dari detikJatim, Sabtu (7/10/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengutip laman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, mental disorder atau mental illness adalah kondisi kesehatan yang mempengaruhi pemikiran, perasaan, perilaku, suasana hati, atau kombinasi di antaranya. Gangguan mental ini dapat terjadi sesekali atau berlangsung dalam waktu yang lama atau kronis.

Gangguan ini bisa ringan hingga parah, yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Ini termasuk melakukan kegiatan sosial, pekerjaan, hingga menjalani hubungan dengan keluarga.

ADVERTISEMENT

Harta Dibalas Nyawa

Harun mengatakan pihaknya mendapatkan kesimpulan konsep pengorbanan atau harta dibalas nyawa dalam praktik pesugihan Gungung Kawi. Hal itu berdasarkan pengalaman dari pelaku ritual.

Mahasiswa Prodi Kehutanan Fakultas Pertanian UB ini menambahkan, pengorbanan yang harus dilakukan oleh pelaku ritual tidak sama satu sama lain. Semua tergantung dengan tujuan serta motif ritual yang dijalani. Umumnya, pelaku ritual menginginkan kekayaan, pangkat atau penglaris.

Informan yang ditemui tim Artha Kawi mengungkapkan bahwa setiap individu akan ditanya terkait keinginan atau tujuan untuk melakukan ritual. Jika meminta kekayaan, maka mereka harus memenuhi syarat yang disampaikan oleh pembimbing.

Apabila dalam waktu satu tahun harapan mereka terkabul, maka pelaku ritual harus menggelar selamatan sebagai bentuk pengorbanan. Biasanya ritual yang dilakukan pada malam Jumat Legi atau malam 1 Suro.

"Jadi yang minta kekayaan itu dijaluk (diminta) itu ya. Kekayaan itu ditanya, kamu mau apa, tapi ya diminta imbalannya. Engko (nanti) kalau misale kamu 1 tahun bisa kaya, itu diminta tiap tahun. Lek (kalau) gak masuk ya kita sing (yang) meninggal. Dari keluarganya, kalau nggak keponakan," kata Harun mengutip hasil wawancara tim dengan R, pelaku ritual berusia 78 tahun asal Lumajang.

Harun menjelaskan, tumbal atau pengorbanan bagi pelaku ritual pesugihan Gunung Kawi, wajibnya dilakukan sekali dalam satu tahun.

"Kebanyakan para pelaku ritual yang berasal dari luar Gunung Kawi. Mereka datang ke Keraton Gunung Kawi pada malam Jumat Legi atau malam 1 Suro dan Hari Raya Idul Fitri," pungkasnya.

(mud/mud)


Hide Ads