Kepala BNPT Sebut Ratusan WNI Terpapar Terorisme

Nasional

Kepala BNPT Sebut Ratusan WNI Terpapar Terorisme

Tim detikNews - detikSumbagsel
Sabtu, 09 Sep 2023 10:31 WIB
High-risk terror offenders in Australia may now be kept in jail even after serving their sentences, under new legislation that strengthens laws to tackle the threat posed by extremists (AFP Photo/NEW SOUTH WALES POLICE)
Ilustrasi Foto: AFP Photo/NEW SOUTH WALES POLICE
Palembang -

Sebanyak 300 Warga Negara Indonesia (WNI) terpapar terorisme di Suriah. Sementara itu ada juga sebanyak 9 WNI teroris di Afghanistan dan 8 orang WNI teroris di Filipina.

"Jumlahnya bervariasi, kurang lebih 300an di Suriah, itu yang terdata lho, yang termonitor sama kita. 9 Orang di Afghanistan dan 8 orang di Filipina," terang Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Rycko Amelza Dahniel kepada wartawan di Hotel Royal Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (8/9/2023).

Dia mengatakan pemerintah berupaya merepatriasi WNI yang berstatus teroris asing atau foreign terrorist fighters (FTF) di ketiga negara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rycko menuturkan pemerintah sudah mempertimbangkan kemungkinan repatriasi anak-anak usia 10 tahun ke bawah, yang akan terpisah dengan ibunya. WNI yang direpatriasi akan ditempatkan di kedutaan besar RI masing-masing negara konflik.

"Warga negara ini akan ditempatkan di masing-masing kedutaan untuk dilakukan pemulangan. Warga negara itu setelah kembali ke negaranya, dilakukan proses treatment deradikalisasi. Kita sudah sampai situ, tapi sampai sejauh ini pemerintah saat ini, kebijakan pemerintah sampai saat ini kita hanya melakukan repatriasi terhadap anak-anak yang berumur 10 tahun ke bawah," jelas Rycko.

ADVERTISEMENT

Dia mengatakan program deradikalisasi harus dipersiapkan dengan matang untuk para WNI teroris kombatan. Dia mengatakan pelaksanaan deradikalisasi bukan hanya terkait kesehatan fisik, melainkan wawasan kebangsaan hingga keagamaan.

"Kita perlu mempersiapkan program yang matang untuk melakukan deradikalisasi, yang disebut treatment program itu mulai tempatnya di mana, siapa yang melakukan treatment itu, kemudian apa programnya, program wawasan kebangsaannya, program keagamaannya, masalah kesehatannya. Ini kesehatan bukan hanya masalah fisik lho," terang Rycko.

"Bagaimana merubah cara berfikirnya, karena mereka datang ke sana (untuk jadi teroris kombatan-red) atas keinginan sendiri ya, kemudian bergabung dengan suatu kelompok terorisme dan kehidupan budaya hari-hari di sana dengan seperti itu. Kemudian tidak mudah untuk merubah mindset, merubah perilaku mereka dalam sekejap. Makanya program itu harus matang betul," pungkas Rycko.

Artikel ini dilansir dari detiknews dengan judul "Ratusan WNI Jadi Teroris Kombatan: 300 di Suriah, 9 Afghanistan, 8 Filipina"




(bpa/bpa)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads