Pada momen Idul Adha, umat Muslim yang mampu diharapkan memberikan kurban berupa sapi atau kambing. Itulah mengapa hari raya ini juga kerap disebut Idul Kurban atau Hari Raya Kurban.
Nah, apakah detikers masih bingung bagaimana tanda-tanda kurban kita diterima Allah SWT atau tidak? Simak penjelasan ustaz asal Bangka Belitung berikut ini.
Ustaz Dede Purnama Alzulami menjelaskan, diterima atau tidaknya amal ibadah seseorang itu merupakan hak prerogatif Allah SWT. Termasuk dalam hal memberikan kurban.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Ustaz Dede, hampir semua ulama sangat berhati-hati dalam hal ini. Sebab, bahkan seorang ulama pun tidak punya hak untuk menentukan apakah ibadah seseorang diterima atau tidak oleh Allah SWT.
Namun, dia memberikan gambaran atau pandangan yang mungkin dapat lebih mudah dipahami oleh umat Muslim terkait kurban. Sejatinya memang seseorang tidak bisa menilai apakah amal ibadah berbentuk kurban diterima atau tidak. Namun, umat tersebut tetap bisa merasakan perubahan setelah berkurban.
Perubahan itu sendiri tidak selalu dirasakan secara instan. Misalnya, seseorang menunaikan ibadah berkurban, yang bersangkutan merasa bahwa setelah berkurban maka semangatnya untuk berbagai pun meningkat. Selain itu, rasa syukur setelah berkurban juga semakin besar.
Perubahan yang terjadi juga bisa terjadi dalam bentuk semangat beribadah seseorang semakin tinggi. Orang yang berkurban juga punya kekhawatiran yang besar terhadap perbuatan maksiat, sehingga dia akan menjauhinya.
"Nah, ini mungkin amal ibadah kita berbentuk kurban ini diridhoi Allah. Karena faktor ridho Allah SWT, maka Allah tambahkan bentuk kenikmatan demi kenikmatan ini," kata Ustaz Dede.
"Namun, lagi-lagi saya katakan, perubahan demikian tidak bisa kita terima secara spontan. maka terkait dengan apa tanda-tanda kurban seseorang itu diterima, maka jawaban ini tidak akan bertemu dengan jawaban yang pasti," tegasnya.
Hal itu disampaikan Ustaz Dede merujuk pada surat Al Quran, yakni Al Hajj ayat 37. Allah SWT berfirman:
37 لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ .
"Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik."
Nah, kalau standarnya adalah ketakwaan, maka pastinya kita manusia tidak bisa menakar atau membandingkan ketakwaan seseorang dengan yang lain. Terlebih lagi ada amal-amal ibadah kita yang tersembunyi, hanya kita dan Allah SWT yang tahu.
"Maka ini yang pertama kali harus kita perhatikan adalah bahwa diterima atau tidak diterimanya amal ibadah seseorang itu adalah hak prerogatif Allah SWT," tegasnya kembali.
Ustaz Dede melanjutkan, meskipun seandainya ketakwaan ada indikatornya, para ulama sangat berhati-hati dalam hal ini. Khawatirnya mereka salah menafsirkan.
"Kalaupun iya kebenarannya relatif, artinya bisa jadi benar bisa jadi salah terkait apa yang ditafsirkan. Pastinya jika bertambah kesyukuran, jika bertambah ketaatan, jika bertambah semangat kita ingin berbagi dan peduli kepada sesama, insya Allah, Allah ridho dengan apa yang kita lakukan, semoga Allah terima," ucapnya.
Dia menambahkan, pada dasarnya dari awal segala ibadah harus dilandaskan dengan ketakwaan. Landasan ketakwaan artinya kita tidak mengharapkan apa pun kecuali hanya karena Allah SWT.
"Misalnya dalam berkurban, seseorang itu sendiri tidak berniat meraup suara, kurban kita tidak berniat meningkatkan popularitas, kurban kita tidak hanya sekadar gengsi di masyarakat, kurban kita bukan karena faktor tidak enak sama orang. Kita berkurban karena alasan ketakwaan. Kalau seandainya dilandasi dengan ketakwaan, tidak ada harapan lain kecuali hanya Allah. Insya Allah, Allah ridho dan Allah terima ibadah itu," pungkasnya.
Nah, demikian kira-kira gambaran tanda-tanda diterima atau tidaknya kurban kita di Idul Adha atau Hari Raya Kurban. Semoga ketakwaan kita kepada Allah SWT senantiasa meningkat.
(des/des)