Kenapa Hari Raya Kurban Disebut Lebaran Haji, Ini Penjelasannya

Kenapa Hari Raya Kurban Disebut Lebaran Haji, Ini Penjelasannya

Deni Wahyono - detikSumbagsel
Kamis, 29 Jun 2023 13:19 WIB
Suasana salat Idul Adha 1444 H. (Deni Wahyono/detikSumbagse)
Foto: Suasana salat Idul Adha 1444 H. (Deni Wahyono/detikSumbagsel)
Palembang -

Masyarakat Indonesia khususnya umat Muslim merayakan hari raya Idul Adha, hari ini. Perayaan Hari Raya Idul Adha sendiri merupakan satu hari besar bagi umat Muslim.

Ada juga yang menyebut hari raya kurban atau Idul kurban. Tetapi, apakah detikers tahu kenapa hari raya kurban disebut juga sebagai lebaran haji? Berikut penjelasannya.

Ustaz Dede Purnama Alzulami, LC. MA.,Hk menjelaskan, kenapa Idul Adha disamakan dengan hari raya haji. Menurutnya hal itu karena bertepatan dengan pelaksanaan ibadah haji.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ada ritual dari kaum muslimin yang mampu untuk melaksanakan perjalanan Haji atau ibadah haji di tanah suci. Mulai dari tarwiahnya, kemudian wukuf di Arafah dan tanggal 10 memasuki hari rayanya," kata Dede Purnama Alzulami kepada detikSumbagsel, Kamis (29/6/2023).

Menurutnya, bahasa atau penyebutan Lebaran Haji ini hanya familiar di kalangan masyarakat Indonesia. Dilansir dari Kemenag Indonesia bahwa hari raya haji ini dikaitkan dengan ritual yang mengikuti hari raya Idul Adha.

ADVERTISEMENT

"Kadar itu ibadah Haji ini yang lebih melekat di masyarakat kita Indonesia. Namun hari raya haji tidak begitu familiar di beberapa negara Arab, karena di negara Arab lebih familiar dengan istilah Idul Adha.

Lanjut Ustaz Dede, hari raya Idul Adha bisanya juga disebut hari raya pengorbanan. Kenapa disebut demikian, karena umat Islam meneladani kisah Nabi Ibrahim AS yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk mengorbankan anaknya sendiri, Nabi Ismail AS.

"Sejarah pengorbanan ini, kita sama-sama ketahui bahwa ini adalah pembelajaran dari keluarga yang mulia yakni Nabi Ibrahim AS, yang dengan tulus serta ikhlas menjalankan perintah Allah SWT dengan proses yang begitu panjang," ujarnya.

Kisah atau sejarah pengorbanan ini, lanjut Dia, diawali dengan menempatkan istri dan putranya yang masih menyusui di tanah tandus, yang kemudian Nabi Ibrahim AS berpisah sekian lama.

"Ini semua sesungguhnya Allah SWT bertujuan agar Nabi Ibrahim AS tidak meletakan di dalam hatinya, lebih dia cintai dari pada kecintaannya kepada Allah SWT. Maka setelah sekian lama beliau berpisah dengan anaknya, kemudian berjumpa kembali dengan anaknya muncullah kecintaan lagi terhadap anaknya dan Allah SWT tidak mau hal itu terjadi," bebernya.

Karena kecintaan itu kembali timbul, maka Allah SWT hadir dalam mimpi Nabi Ibrahim AS. Dalam mimpinya itu Nabi Ibrahim AS diperintahkan oleh Allah SWT untuk mengorbankan anaknya sendiri, Nabi Ismail AS.

"Mimpinya para nabi itu adalah wahyu, maka setelah 3 kali Nabi Allah SWT bermimpi yang mana mimpi itu Allah SWT abadikan dalam Al-Qur'an Surah As-Saffat ayat 102," ungkapnya.

Sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur'an Surah As-Saffat ayat 102:

...Ω‚ΩŽΨ§Ω„ΩŽ يَا Ψ¨ΩΩ†ΩŽΩŠΩ‘ΩŽ Ψ₯ΩΩ†Ω‘ΩΩŠ Ψ£ΩŽΨ±ΩŽΩ‰ فِي Ψ§Ω„Ω’Ω…ΩŽΩ†ΩŽΨ§Ω…Ω Ψ£ΩŽΩ†Ω‘ΩΩŠ Ψ£ΩŽΨ°Ω’Ψ¨ΩŽΨ­ΩΩƒΩŽ ΩΩŽΨ§Ω†ΨΈΩΨ±Ω’ Ω…ΩŽΨ§Ψ°ΩŽΨ§ ΨͺΩŽΨ±ΩŽΩ‰ Ω‚ΩŽΨ§Ω„ΩŽ يَا أَبَΨͺِ Ψ§ΩΩ’ΨΉΩŽΩ„Ω’ Ω…ΩŽΨ§ ΨͺΩΨ€Ω’Ω…ΩŽΨ±Ω سَΨͺΩŽΨ¬ΩΨ―ΩΩ†ΩΩŠ Ψ₯ِن شَاؑ Ψ§Ω„Ω„Ω‘ΩŽΩ‡Ω Ω…ΩΩ†ΩŽ Ψ§Ω„Ψ΅Ω‘ΩŽΨ§Ψ¨ΩΨ±ΩΩŠΩ†ΩŽ

Artinya: "... (Ibrahim) berkata, "Wahai anakkku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka bagaimana pendapatmu? Dia (Ismail) menjawab, "Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar."

Menurutnya, sejarah dari pada Idul Adha atau sejarah hari raya kurban sampai hari ini bagian dari pada syariat yang berlanjut dalam kajian fikih. "Syariat-syariat sebelum kita yang terus berlanjut kepada syariat kita, di antaranya adalah syariat kurban dan contoh lain adalah syariat khitan atau sunat dan ini pengorbanan sudah dia awali oleh nabi terdahulu. Dan kita termasuk yang hari ini yang disyariatkan dalam keadaan Islam," teganya.

Hikmah Kurban

Ustaz Dede Purnama Alzulami, LC. MA.,Hk juga menjelaskan terkait hikmah berkurban di Hari Raya Idul Adha. Dia mengambil contoh dari sisi keluarga.

"Kalau kita lihat dari sisi keluarga, Allah SWT seakan ingin mengandaikan terhadap umat ini sebagai contoh teladan seperti apa membangun keluarga denan unsur-unsur yang ada di dalamnya, baik istri maupun anak," kata Ustad Dede.

"Kita sangat diajarkan oleh Allah SWT seperti apa Rosulluloh, seperti apa Nabi Allah Ibrahim menggembleng keluarganya. Sehingga bukan hanya sukses di dunia tapi mereka termasuk yang sukses di akhirat sampai akhirnya nabi Ibrahim digelar sebagai kekasih Allah," timpanya.

Terkait pengorbanan, dijelaskan Ustaz Dede, tidak ada bukti cinta kecuali dari pengorbanan, semakin besar pengorbanan makin besar juga kecintaan. Hari ini kadang kita merasa berat untuk berkorban.

"Maka tanpa kita sadari, hikmah dari pada korban ini Allah SWT ingin menguji kita melihat kecenderungan cinta kita. Semakin berat kita berkorban semakin besar kecintaan kita terhadap dunia. Jika ringan kita berkurban, maka Allah SWT pun akan tipiskan kecintaan kita terhadap dunia, kemudian Allah SWT akan angkat kecintaan kita terhadap perkara akhirat. Ini luar biasa, artinya selera akhirat dan selera dunia ini bisa terukur dari pada pengorbanan ini," jelasnya.

Dede menambahkan, kurban mengajarkan kepada kita bahwa di balik pengorbanan pasti tidak akan dipandang sia-sia di sisi Allah SWT dan akan mendatangkan hikmah besar.

"Sebagai contoh Siti Hajar dengan ikhlas beserta anaknya harus diletakkan di tanah tandus yang tidak ada siapa-siapa dan pada akhirnya kesabaran ini berbuah dengan hadirnya mukjizat dari Allah SWT dalam bentuk air zam-zam yang terus mengalir hingga hari ini," tambahnya.




(nkm/nkm)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads