Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) telah melakukan investigasi di puskesmas Pauh, Kabupaten Muratara terkait kasus meninggalnya seorang ibu hamil saat akan melahirkan.
Informasi awal yang viral di media sosial menyebutkan bahwa meninggalnya ibu tersebut diduga karena kelalaian tenaga kesehatan. Atas dugaan itu, Gubernur Sumsel Herman Deru membentuk tim investigasi untuk mencari penyebab kematian ibu hamil itu. Lalu bagaimana hasilnya?
Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Sumsel Trisnawarman menjelaskan hasil tim yang dilakukan di Muratara. Dia mengatakan bahwa Puskesmas Pauh merupakan puskesmas rawat inap dan terpencil, terletak di Desa Pauh, Kecamatan Rawas Ilir, Kabupaten Musi Rawas Utara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengungkapkan, untuk sarana prasarana dan alat kesehatan di Puskesmas Pauh 79,52 persen memenuhi standar.
"Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan berjumlah 74 orang yang terdiri dari ASN 26 orang, Nusantara sehat 2 orang, kontrak daerah 40 orang, TKS 6 orang. Berdasarkan standar puskesmas rawat inap, Puskesmas Pauh masih kekurangan tenaga dokter dan dokter gigi," kata Trisnawarman yang juga sebagai Ketua Tim Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Audit Maternal Perinatal, Selasa (13/6/2023).
Dia menjelaskan, dari hasil riwayat pemeriksaan kehamilan sudah dilakukan sesuai standar yaitu 6 kali. Hasil pemeriksaan kehamilan, sambungnya, didapatkan tinggi badan ibu 145 cm yang merupakan faktor resiko dalam kehamilan yang dapat menjadi penyulit pada saat persalinan.
"Pasien sudah diberikan edukasi mengenai faktor resiko dan dianjurkan untuk pemeriksaan dan persalinan di rumah sakit," ujarnya.
Sebelum kejadian, kata dia, pasien datang ke Puskesmas pada tanggal 8 Mei pukul 22.45 WIB dan terima oleh bidan jaga, karena tidak ada kemajuan persalinan, pasien dirujuk pada pukul 04.30 WIB dalam kondisi ibu dan janin stabil.
Kemudian, pada pukul 05.10 WIB ambulans tergelincir di tebing daerah Jalan Negara dengan posisi hampir masuk ke tepi sungai, kondisi pasien masih stabil. Lalu dilanjutkan perjalanan dengan menggunakan mobil warga. Petugas memeriksa kondisi pasien dan didapatkan tekanan darah pasien meningkat.
"Dua jam kemudian pasien kejang, petugas membawa pasien ke puskesmas terdekat (Puskesmas Karang Jaya) dan dilakukan stabilisasi pasien di puskesmas tersebut," jelasnya.
Lalu, pukul 09.25 WIB pasien tiba di IGD RS AR Bunda dalam keadaan kejang dan tidak sadarkan diri dilakukan tatalaksana kegawatdaruratan oleh dokter jaga rumah sakit, tetapi kondisi pasien semakin memburuk dan pada pukul 09.37 WIB pasien dinyatakan meninggal dunia.
Trisnawarman mengatakan, jarak Puskesmas Pauh ke RS Muara Rupit sekitar 74 kilometer (km). Jika menggunakan mobil harus yang double guardan dan ditempuh dalam waktu 3 jam.
Sebab, sambungnya, sebagian besar melewati jalan tanah yang bergelombang. Kemudian jarak dari Muara Rupit ke RS AR Bunda Lubuk Linggau ditempuh dalam waktu 1 jam 30 menit.
Setelah kejadian itu, Trisnawarman mengatakan bahwa pada tanggal 11 Mei 2023 pihak Puskesmas Pauh sudah melakukan kunjungan ke keluarga pasien untuk mengucapkan belasungkawa serta mengklarifikasi hal yang sebenarnya terjadi.
"Pada tanggal 31 Mei melakukan mediasi untuk kesepakatan damai antara tenaga kesehatan yang melakukan pertolongan persalinan dengan keluarga pasien atas kejadian ini dan disaksikan oleh kepala desa, perangkat desa, tokoh agama, dan toko masyarakat," ungkapnya.
Pasca-kejadian itu, pihak Dinkes Sumsel pun meminta pemerintah untuk memperbaiki infrastruktur sehingga bisa mempermudah ketika membawa pasien dalam kondisi gawat darurat.
Bukan itu saja, kata Trisnawarman, pihak Dinkes Sumsel juga akan memenuhi dan melengkapi sarana dan prasarana yang kurang di Puskesmas Pauh.
"Meningkatkan infrastruktur akses jalan ke fasilitas kesehatan dan menguatkan jaringan komunikasi dalam menunjang pelayanan kesehatan terutama di daerah terpencil dan daerah perbatasan. Melengkapi sarana, prasarana, alat kesehatan, memenuhi kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan, melakukan pemeliharaan sarana prasarana dan alat kesehatan," ujarnya.
Trisnawarman pun meminta pemerintah agar memberikan insentif yang lebih besar untuk SDM kesehatan di daerah terpencil, dan meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan melalui pelatihan, seminar ataupun workshop berbasis kompetensi.
"Pembinaan terhadap bidan terkait dan tenaga kesehatan lainnya di Puskesmas Pauh sehingga kasus kematian ibu, kematian bayi, dan kasus- kasus lainnya tidak terjadi lagi," ungkapnya.
Dia juga meminta setiap daerah memanfaatkan rumah tunggu kelahiran dan menganggarkan biaya keluarga yang mendampingi, dan juga mendorong Pemerintah Kabupaten Musi Rawas Utara untuk mengembangkan Puskesmas Pauh menjadi puskesmas mampu Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED).
(bpa/bpa)