Pantai Losari yang terletak di sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) kini telah menjadi ikon dari Kota Daeng. Tidak lengkap rasanya jika wisatawan yang berkunjung ke Kota Anging Mammiri tanpa berwisata di Anjungan Pantai Losari.
Pantai ini dikenal dengan pemandangan hamparan laut yang luas dan sejumlah fasilitas yang ditawarkan, seperti 5 anjungannya yang mewakili suku besar di Sulsel. Selain itu wisatawan juga dapat menikmati kuliner khas Makassar seperti pisang epe.
Popularitas Pantai Losari bahkan tertuang dalam lirik lagu Pantai Losari karya Anci Laricci yang hits di telinga warga Makassar. Lagu yang diawali lirik "jalang-jalang ki di Pantai Losari" itu menggambarkan bagaimana aktifitas masyarakat Makassar dan wisatawan yang datang ke Pantai Losari untuk menikmati kelezatan pisang epe, menikmati angin sepoi-sepoi hingga lupa pulang ke rumah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun sebelum menjadi seperti saat ini, Pantai Losari telah mengalami beberapa kali perubahan dari masa ke masa. Bahkan sebelum adanya fasilitas di kawasan anjungan, Pantai Losari dulunya pernah menjadi pelabuhan hingga pasar ikan.
Dosen Ilmu Sejarah Universitas Hasanuddin Dias Pradadimara menyebut, Pantai Losari sejak abad ke-20 sudah dijadikan sebagai tempat bersandarnya kapal-kapal. Dahulu Pantai Losari ini tidak memiliki fungsi khusus.
Pantai Losari sejak tempo dulu sudah memiliki keindahan alam yang mengagumkan meski tidak difungsikan secara khusus untuk tempat berwisata. Sejarah mencatat pantai ini dulunya merupakan hamparan pasir putih.
Sayangnya itu tidak bertahan lama, pasir putih ini tertimbun karena sedimentasi bahan materil dari Gunung Bawakaraeng yang dibawa melalui sungai Jeneberang. Bahkan kondisi tersebut terjadi akibat ulah tangan-tangan manusia yang membuat hutan di hulu sungai rusak.(1)
Kendati kehilangan pasir putih, Pantai Losari ini tidak kehilangan daya tarik pengunjung. Aktivitas di pantai ini justru semakin ramai usai ditanggul.
Pemerintah saat itu membangun tanggul di sepanjang bibir Pantai Losari agar tidak terjadi abrasi. Namun, terkait waktu penanggulan Pantai Losari ini, terdapat beberapa versi yang berbeda-beda.
Salah satunya dijelaskan oleh Dias Pradadimara yang menyebut penanggulan Pantai Losari dilakukan pertama kali pada tahun 1930-an. Kemudian 20 tahun setelahnya, para pedagang memanfaatkan Pantai Losari sebagai pasar ikan.
"Dan itu (pasar ikan) cuma secuil saja, satu blok itu, dekat MGH (Makassar Golden Hotel). Bukan sepanjang itu pasar ikan, tidak. Cuma ujung-ujungnya," ujar Dias kepada detikSulsel, Selasa (15/11/2023).
Lalu di tahun 1980-an, para pedagang kaki lima menempati bibir Pantai Losari untuk berjualan. Pedagang ini berjejer di sepanjang bibir Pantai Losari dan masing-masing diberi nomor secara berurutan. Hingga di tahun 1997, jumlah warung di Pantai Losari mencapai 267.
Berawal dari sinilah Pantai Losari dijuluki sebagai "rumah makan terpanjang di dunia". Pasalnya para pengunjung menggunakan tanggul di sepanjang Pantai Losari sebagai tempat untuk makan setelah membeli jajanan di warung-warung.
Singkat cerita, di tahun 2000-an pemerintah kemudian melakukan revitalisasi di Pantai Losari. Saat itu Kota Makassar dipimpin oleh Wali Kota Amiruddin Maula di masa jabatan tahun 1999-2004.
Berkat revitalisasi inilah yang membuat Pantai Losari menjadi seperti saat ini. Kini terdapat anjungan, patung-patung, gapura, hingga Masjid Terapung Amirul Mukminin membuat kawasan ini selalu ramai dikunjungi wisatawan.
Nah, untuk mengetahui ragam kisah Pantai Losari dari abad ke-20 hingga masa kini, berikut beberapa artikel terkait:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Baca juga: Pantai Losari Makassar Riwayatmu Kini... |
Sumber:
1. Buku "Makassar Tempo Doeloe" oleh Zainuddin Tika, dll.
(urw/nvl)