Sayangnya, pasir putih yang pernah terhampar bersih di bibir Pantai Losari kini telah tiada. Tidak ada catatan sejarah yang menjelaskan kapan tepatnya keindahan pasir putih di Pantai Losari mulai menghilang.
Pasir putih itu tertimbun karena sedimentasi bahan materil dari gunung Bawakaraeng yang dibawa melalui sungai Jeneberang.(1) Kondisi tersebut terjadi akibat ulah tangan-tangan manusia yang membuat hutan di hulu sungai rusak.(2)
![]() |
Meskipun keindahan pasir putihnya telah tiada, Pantai Losari tak kehilangan daya tarik. Sejak ditanggul pertama kali pada tahun 1926(1), Pantai Losari hadir dengan wajah yang berbeda dan perlahan menjadi pusat kegiatan sosial-ekonomi masyarakat.
Pantai Losari Masa Kini
Pantai Losari kini menjadi pusat wisata warga lokal maupun luar kota meskipun sudah tidak memiliki lagi hamparan pasir putih. Wisatawan dapat menikmati pemandangan laut dengan berbagai tempat spot foto yang estetik.
Kegiatan sosial-ekonomi di Pantai Losari memang sudah berlangsung sejak lama. Namun setelah direvitalisasi, kegiatan yang dilakukan di ruang publik itu pun semakin beragam.
Tak hanya sekadar menjadi objek wisata, Pantai Losari dengan berbagai fasilitasnya kini kerap difungsikan sebagai tempat berolahraga, pusat kawasan kuliner, hingga menjadi lokasi penyelenggaraan acara lokal hingga internasional karena letaknya yang strategis.
Anjungan di Pantai Losari
![]() |
Salah satu daya tarik utama wisatawan di Pantai Losari adalah keberadaan anjungan. Tak hanya satu, di Pantai Losari ini terdapat 5 anjungan yang mewakili suku besar di Sulawesi Selatan.
Tepat di tengah-tengah kawasan pantai, terdapat Anjungan Pantai Losari yang menjadi anjungan utama. Kurang lengkap rasanya kalau ke Pantai Losari tanpa berfoto di anjungan ini.
Dalam tesis berjudul "Penataan Kawasan Pantai Losari sebagai Urban Tourism Kota Makassar", Anjungan Pantai Losari adalah anjungan pertama yang dibuat pada tahun 2006. Luasnya pun tidak besar, lebih kecil jika dibandingkan dengan 2 anjungan lainnya.
Di depan anjungan ini terdapat dua tugu penghargaan Adipura yang pernah diraih Kota Makassar. Di antaranya, Tugu Adipura Kota raya 1997 dan Adipura Kota Metro 2013.
Kemudian di bagian depan anjungan ini juga berdiri patung perahu pinisi. Persisnya, patung perahu tersebut terletak di antara tugu kembar Adipura yang menarik untuk dijadikan spot foto.
Selanjutnya ada Anjungan Bugis dan Anjungan Makassar, kedua anjungan ini dibangun bersamaan oleh pemerintah Kota Makassar. Anjungan ini terletak di bagian sebelah kiri Anjungan Pantai Losari.
Di Anjungan Bugis dan Makassar, wisatawan akan disuguhkan patung-patung yang mencerminkan budaya Bugis-Makassar, seperti permainan panaga, kapal Phinisi, becak dan tarian khas pepe-pepeka ri makka.
Tidak hanya itu, di sebelah kiri anjungan juga terdapat 20 miniatur patung pahlawan-pahlawan Sulsel yang dilengkapi dengan informasi mengenai tokoh tersebut.
Kemudian, terakhir ada Anjungan Toraja dan Anjungan Mandar yang dibangun pada akhir tahun 2013. Sama dengan anjungan lainnya, di sekitar Anjungan Toraja-Mandar juga terdapat sejumlah patung yang mewakili kebudayaan suku itu sendiri.
Patung yang dibangun, di antaranya patung tedong bunga yang merupakan kerbau khas Toraja, patung penari Mandar dan rumah ada Toraja. Anjungan ini berhadapan dengan Masjid 99 Kubah sehingga pas untuk dijadikan spot foto.
Masjid Terapung Amirul Mukminin
![]() |
Pada kawasan Pantai Losari juga berdiri megah Masjid Terapung Amirul Mukminin. Masjid ini menjadi salah satu tujuan wisata religi bagi umat Islam.
Masjid Terapung Amirul Mukminin ini adalah salah satu spot menarik dan sering dikunjungi wisatawan karena bisa sambil menikmati keindahan laut. Jembatan jalan menuju masjid juga menjadi salah satu tempat favorit sebagai spot foto.(3)
Pusat Kuliner Khas Daerah
![]() |
Jalan-jalan tanpa kulineran rasanya kurang lengkap. Maka dari itu, pemerintah Kota Makassar juga menyiapkan tempat untuk para pedagang kaki lima berjualan makanan dan minuman di kawasan Pantai Losari.
Salah satu kuliner khas Kota Makassar yang banyak dijual di Pantai Losari adalah pisang epe. Pengunjung dengan mudah mendapatkan warung pisang epe karena berjejeran di sepanjang kawasan Pantai Losari.
Tidak hanya itu, berbagai macam jajanan yang ditawarkan para pedagang di sana. Termasuk kacang rebus, jalangkote, jagung bakar, keripik singkong, dan masih banyak lagi.
Car Free Day di Pantai Losari
Masih dalam tesis berjudul "Penataan Kawasan Pantai Losari sebagai Urban Tourism Kota Makassar", Car Free Day atau Hari Bebas Kendaraan adalah salah satu program pemerintah Kota Makassar untuk memberikan kebebasan kepada publik agar dapat menikmati Pantai Losari sepenuhnya.
Car Free Day atau yang disingkat CFD di Pantai Losari dilaksanakan tiap akhir pekan atau hari Minggu mulai pukul 05.00-10.00 Wita. Program ini biasanya dimanfaatkan warga untuk berkumpul, jalan pagi, olahraga, berjualan, kulineran, dan berbagai kegiatan lainnya.(3)
Sumber:
1. Buku "Makassar Tempo Doeloe" oleh Zainuddin Tika, dll.
2. Buku "Makassar Doeloe Makassar Kini Makassar Nanti" oleh Yudhistira Sukatanya dan Goenawan Monoharto
3. Tesis "Penataan Kawasan Pantai Losari sebagai Urban Tourism Kota Makassar" oleh Nur Adya Suriadi.
(urw/nvl)