Masjid ini dibangun pada tahun 1896 sebagai tempat beribadahnya umat Islam di Kerajaan Watang Lamuru. Bangunan tersebut berdiri pada tahun 1896 di masa pemerintahan Datu Lamuru ke V La Cella Matinroe Ri Tengana Soppeng yang merupakan Datu Lamuru pertama yang memeluk agama Islam.
Pada awalnya, bangunan ini hanya berupa sebuah tempat beribadah atau langgara yang dibuat dari tumpukan gelondongan potongan pohon yang diikat menggunakan ijuk yang dijadikan dinding. Sementara itu, bagian atapnya terbuat dari lemme atau ijuk.
"Awalnya ini adalah langgara atau tempat rumah ibadah. Itu setelah masuknya Islam di Lamuru," kata Polisi Khusus (Polsus) Cagar Budaya Makassar Ahmad Yani saat ditemui detikSulsel di Lamuru, Kamis (30/3/2023).
Selain difungsikan sebagai tempat ibadah umat muslim, saat itu langgara juga digunakan sebagai pusat pengajaran Islam oleh para pemuka agama.
"Langgara dulu dibuat selain dari pada tempat beribadah juga digunakan para syekh bermusyawarah dalam mengajarkan agama Islam. Pada saat itu banyak masyarakat Lamuru yang memeluk agama Islam," sebutnya.
Seiring dengan bertambahnya jumlah pemeluk agama Islam di wilayah itu, bangunan tersebut kemudian diganti menjadi musala pada tahun 1973. Musala yang dibangun saat itu mempunyai beberapa tiang dan hanya beratapkan ijuk tanpa dinding.
"Pada tahun 1937 umat Islam di Lamuru mengganti rumah besar tersebut sebagai musala. Karena sudah banyaknya orang memeluk Islam," sebut Ahmad.
Berubah Menjadi Masjid hingga Kini Terbengkalai
![]() |
Musala tersebut digunakan hingga tahun 1980-an sampai akhirnya diubah menjadi masjid. Panjang sisi masjid itu pada bagian depan ke barat 20,7 meter, samping kiri 48,65 meter, bagian belakang ke timur 33,7 meter, serta bagian samping kanan 56,10 meter.
Ahmad menerangkan, masjid tersebut kemudian menjadi milik kebudayaan atas pengawasan dan dibina langsung oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulsel. Namun masjid tua itu tidak lagi digunakan untuk tempat beribadah.
"Warga Lamuru sudah membangun masjid tepat di samping masjid tua itu yang lebih besar dan lebih megah," ungkapnya.
Kini masjid yang menjadi saksi penyebaran Islam di Kabupaten Bone tersebut terbengkalai dan tampak sangat kumuh.
Jika dilihat dari bagian depan, bangunan ini masih terlihat bentuk aslinya. Namun, beberapa bagian dinding sudah mulai keropos. Bahkan, atap bangunan juga sudah banyak yang bocor.
(urw/asm)