Sumur Manurung Lapakkita di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan (Sulsel) menyimpan sejumlah keunikan. Sumur ini memiliki volume air yang tidak pernah berubah, baik di musim hujan maupun kemarau.
Sumur ini terletak di Desa Alitta, Kecamatan Mattiro Bulu, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan (Sulsel). Kemberadaan Sumur Manurung Lapakkita ini memiliki legenda sebagai tempat yang dibuat khusus untuk seorang bidadari yang diperistri oleh Raja Alitta, La Massora.
Sumur Manurung Lapakkita disebut berbeda dengan sumur pada umumnya. Jika biasanya sumur menjadi surut tajam saat kemarau, namun volume air di Sumur Manurung Lapakkita tetap sama. Begitu pula saat musim hujan airnya tidak pernah bertambah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sumur ini airnya bisa dikatakan tetap. Tidak kering saat kemarau, begitu juga saat musim hujan air tidak meluap," ungkap penjaga Sumur Lapakkita, La Sinrang saat ditemui detikSulsel, Selasa (25/10/2022).
![]() |
Sinrang mengaku pernah menyaksikan langsung keunikan sumur dengan kedalaman 3 meter lebih dan luas 2,5 meter tersebut. Ia menuturkan, suatu ketika air dari luar masuk namun tidak bisa menyatu dengan air Sumur Manurung Lapakkita.
"Pernah itu banjir, masuk air dari luar ke sumur. Nah itu air seperti terpisah antara air dari sumur. Seperti air dan minyak, terpisah," jelasnya.
Tidak hanya itu, sumur itu pernah dikuras untuk dibersihkan saat menjelang Ramadan. Ajaibnya airnya terus berada di volume yang tidak berubah.
Lasinrang menambahkan, air dari Sumur Manurung Lapakkita menjadi semakin dingin menjelang malam. Kondisi ini berbeda dengan sumur pada umumnya di wilayah itu.
"Ini uniknya juga air sumur di sini (Sumur Lapakkita) makin malam airnya makin dingin itu. Tak tahu juga mengapa bisa begitu," rincinya.
Terkadang juga air seperti terlihat ada gelumbung dari bawah air muncul ke permukaan. Tetapi kondisi termasuk jarang dan dihubungkan dengan kemunculan sang bidadari.
"Katanya kalau ada seperti air mendidih di sumur, maka itu lah bidadari datang. Katanya ada rejeki besar bagi yang melihat air mendidih itu atau pas kedatangannya," imbuhnya.
Kayu Berusia 400 Tahun Masih Utuh
![]() |
Keberadaan sumur tersebut diprediksi sudah ada sejak abad ke-17. Di sumur itu terdapat kayu yang melintang untuk menyanggah batu-batu sungai yang berfungsi sebagai dinding sumur.
La Sinrang mengatakan umur kayu tersebut sudah sekitar 400 tahun lamanya. Namun hingga saat ini masih tetap dalam kondisi baik dan kokoh.
"Ini kita juga keunikannya kayu penyanggah itu kalau dihitung sudah 400 tahun usianya, sama dengan umur sumur, tetapi tidak rusak dan masih digunakan sampai sekarang," jelasnya.
Sejarah Sumur Manurung Lapakkita
La Sinrang menjelaskan, dalam sejarahnya, konon sumur tersebut dibuat oleh masyarakat atas perintah Raja Alitta bernama La Massora sekitar tahun 1605 M. Disebutkan sang raja saat itu memerintahkan membuat sumur untuk memenuhi syarat bidadari sebelum dipersunting.
Akhirnya dibuatkanlah Sumur Manurung Lapakkita itu untuk sang bidadari. Raja pun memperistri bidadari tersebut.
"Raja saat itu La Massora berhasil menangkap bidadari yang kemudian dia nikahi tetapi syaratnya harus ada sumur khusus bagi bidadari untuk mandi," jelas La Sinrang.
La Sinrang menambahkan, nama Sumur Manurung Lapakkita juga tidak terlepas dari legenda peristiwa ditangkapnya bidadari tersebut. Dia menceritakan saat itu sang bidadari ditangkap saat berada di pinggir permukiman.
Rakyat Alitta pun saat itu menyaksikan langsung bidadari itu ditangkap. Namun mereka hanya bisa menyaksikan itu dari kejauhan.
"Kalau bahas Bugisnya makkita-kita. Artinya ingin melihat sosok bidadari yang ditangkap tapi jari jauh," paparnya.
La Sinrang mengatakan, sejumlah masyarakat masih percaya bidadari sesekali datang di sumur tersebut. Biasanya salah satu tandanya yakni ada gelembung yang muncul di air.
"Katanya kalau ada seperti air mendidih di sumur, maka itu lah bidadari datang. Katanya ada rejeki besar bagi yang melihat air mendidih itu atau pas kedatangannya," imbuhnya.
Disakralkan dan Jadi Tempat Meminta Berkah
Sumur Manurung Lapakkita juga menyimpan sejumlah mitos yang dipercaya oleh sebagian masyarakat. Masyarakat lantas menjadi sumur ini sakral bahkan menjadikannya tempat doa atau permintaan dan meminta berkah.
La Sinrang mengungkapkan dahulu hari Senin dan Kamis dijadikan masyarakat sebagai hari baik untuk berdoa di sumur tersebut. Saat ini masyarakat datang kapan saja untuk berdoa.
"Jadi ada dukun atau sanro di sini, untuk tujuan datang meminta berkah agar doa terkabul misalnya ada ritual tertentu," ungkap La Sinrang.
Ritual yang dilakukan yakni dengan cara pengujung yang datang mandi atau membasuh muka di Sumur Bidadari. Prosesi ini dipimpin oleh sanro atau dukun.
"Itu mandi atau membasuh muka harus ganjil misalnya satu atau tiga kali diambil dari gayung khusus berbahan pelepah pinang," jelasnya.
(alk/asm)