Mistis Bangunan Arajang di Kompleks Rujab Bupati Bone, Tempat Pusaka Kerajaan

Mistis Bangunan Arajang di Kompleks Rujab Bupati Bone, Tempat Pusaka Kerajaan

Agung Pramono - detikSulsel
Minggu, 23 Okt 2022 11:30 WIB
Bangunan Arajang di kompleks Rujab Bupati Bone
Foto: Bangunan Arajang di kompleks Rujab Bupati Bone. (Agung Pramono/detikSulsel)
Bone -

Bangunan Arajang di kompleks rumah jabatan (rujab) Bupati Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel), merupakan salah satu tempat paling sakral. Jika tidak mempercayainya maka bisa mengalami kejadian mistis saat berkunjung.

Ketika masuk dalam kompleks Rujab Bupati Bone, bangunan Arajang merupakan bangunan pertama yang ditemui. Bangunan kayu tersebut dibangun dengan arsitektur khas tempo dulu.

Budayawan Bone Andi Yushan Tenri Tappu mengungkapkan memasuki Arajang tidak boleh sembarang waktu. Hanya pada momen-momen tertentu Arajang ini bisa dibuka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ketika ada pejabat tinggi berkunjung ke Bone pasti penyambutan dan penerimaannya secara adat di Arajang. Contoh kayak orang istana, menteri, Kapolri, Kapolda, Kajati, dan tamu negara lainnya," ungkap Yushan kepada detikSulsel, Jumat (21/10/2022).

Yushan menambahkan untuk memasuki Arajang tidak memiliki aturan khusus. Namun ia menekankan, saat masuk ke dalam Arajang harus memiliki niat baik dan sopan.

ADVERTISEMENT

Hal ini menandakan bahwa Arajang merupakan hal yang sakral, sehingga tidak bisa bermain-main di dalamnya apalagi berbuat hal buruk. Yushan mengatakan, jika tidak percaya akan sakralnya Arajang dan benda pusaka di dalamnya, pengunjung akan langsung ditunjukkan buktinya melalui kejadian mistis.

"Di dalam Arajang semua benda pusaka yang pernah digunakan Arung Palakka untuk mempertahankan Kerajaan Bone. Semua benda dianggap benda sakral dan mistik. Tidak boleh sembarang bicara misal, apa ini, begini ji. Biasa orang kemasukan. Makanya tidak bisa main-main di Arajange. Tidak sembarangan orang bisa berkata-kata," sebutnya.

Yushan menceritakan, pernah ada rombongan instansi yang masuk ke Arajang. Diantara mereka tidak percaya akan kesakralan Arajang.

Ia mengatakan saat itu orang tersebut langsung kesurupan. Ia kembali sadar setelah ditangani oleh ustadz.

"Pernah dulu ada orang yang masuk dan tidak percaya, malah banyak bicara langsung kerasukan. Dipanggilkan pi ustaz untuk rukiah ki baru sadar. Makanya orang di situ tidak boleh bermain-main," kata Yushan.

Yushan menjelaskan Arajang awalnya difungsikan sebagai pendopo saat Rujab Bupati Bone digunakan sebagai istana sementara pada masa pemerintahan Raja Bone ke-31, La Mappanyukki pada tahun 1931.

Saat ini Arajang menjadi pusat tepat penyimpanan benda-benda pusaka Kerajaan Bone. Benda-benda pusakan ini disucikan dan tidak dibuka untuk umum.

"Benda-benda kerajaan itu tersimpan dengan baik di Museum Arung Palakka (Museum Arajange) yang berada di Kompleks Rumah Jabatan Bupati Bone. Benda-benda pusaka itu disucikan tidak tidak terbuka untuk umum, melainkan proses penyuciannya hanya dilaksanakan di dalam Museum Arajange," sebutnya.

Tempat Penyimpanan Benda Pusaka hingga Rambut Arung Palakka

Isi bangunan Arajang merupakan peninggalan Kerajaan Bone. Diantaranya senjata pusaka, naskah asli perjanjian Kerajaan Bone, hingga potongan rambut Arung Palakka.

Di Arajang juga tersimpan foto Arung Palakka berukuran 20R. Adapun senjata pusaka yang tersimpan di Arajang diantaranya adalah pedang Latea Riduni, keris Lamakkawa, Alameng Tata Rapeng, dan tombak yang bernama La Salaga.

Senjata-senjata tersebut sangat sakti dan memiliki kekuatan mistis. Seperti keris Lamakkawa yang disebut dapat membunuh layaknya racun.

Tidak perlu menancapkan keris tersebut untuk membunuh musuh. Keris ini dapat membunuh musuhnya dalam waktu 15 menit hanya dengan sebuah goresan.

"Dia punya magic itu yang terkandung luar biasa, karena diciptakan tidak sembarangan, disertai dengan mantra dan sesajen, diciptakan oleh panre besi (pandai besi) kerajaan. Memang orang sakral yang bikin dulu," jelasnya.

Tidak kalah sakti dan mistis adalah pedang Latea Riduni. Yushan mengatakan Kelewang La Tea Riduni, merupakan pedang pendek yang berlapis emas dan dihiasi batu intan permata. Konon pedang itu tidak bisa dikuburkan bersama tuannya.

Latea Riduni dulu dimiliki oleh seorang raja kecil di bawah naungan Kerajaan Bone. Namun, karena tidak bisa dikuburkan bersama tuannya, pedang itu kemudian diserahkan kepada Raja Bone ke-VI, La Uliyo Bote-e, Matinroe Ri Itterung.

Selanjutnya, pusaka ini dianggap sakral dan menjadi perlengkapan pelantikan raja secara turun temurun.

Bangunan Arajang memiliki 2 pintu. Pintu pertama saat masuk adalah ruang tamu. Ruangan yang biasa digunakan untuk mattompang arajang atau membersihkan benda-benda pusaka.

Kemudian pintu kedua untuk memasuki ruangan penyimpanan benda pusaka. Arajang kuat dengan hal mistis sehingga perlu menjaga kesopanan saat memasukinya.

Misteri Potongan Rambut Arung Palakka

Seperti disebutkan, Arajang juga menyimpan potongan rambut milik Raja Bone ke XV La Tenritatta Arung Palakka Daeng Serang Malampe'e Gemme'na. Rambut ini disebut terus bertambah panjang setiap tahunnya.

Potongan rambut Arung Palakka tersebut disimpan dalam satu tempurung bentuk kepala. Rambut tersebut setiap tahun dipotong karena bertambah panjang. Bahkan, sampai di lantai lemari tempatnya disimpan.

Yushan mengatakan potongan rambut Arung Palakka itu sudah berusia hampir 400 tahun. Rambut Arung Palakka itu dipotong ketika rakyatnya terbebas dari cengkraman kekuasaan dari pihak lain.

"Rambut itu dipotong pada tahun 1672 pada waktu selesai memerdekakan rakyat Bugis dari cengkraman lain. Dia mengatakan 'Baru saya akan potong rambut setelah dilantik jadi raja'," kata Yushan.




(alk/nvl)

Hide Ads