Tokoh spiritual Bugis, Bissu telah menjadi simbol eksistensi kebudayaan. Kehadirannya sebagai penjaga tradisi tidak bisa diabaikan lantaran dianggap punya peran sebagai pembentuk sejarah kerajaan Bone.
"Bissu adalah manifestasi kebudayaan," tegas Budayawan Bone Andi Singkeru Rukka dalam dialog publik yang dilaksanakan di Cafe Bunir, Watampone, Bone Sulawesi Selatan (Sulsel), Kamis (31/3/2022).
Dialog ini menanggapi polemik tidak ketidakterlibatan Bissu dalam perayaan Hari Jadi Bone (HJB) ke-692. Diskusi berkembang pada pro-kontra kehadiran Bissu yang patut dilestarikan di tengah terancam kepunahan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Andi Singke, Bissu punya jejak sejarah yang panjang di Bone. Kehadirannya menjalankan sejumlah ritual dalam perayaan HJB tidak boleh diganggu.
"Kalau dalam mattompang arajang (penyucian benda pusaka) namanya juga benda arajang sejak turun temurun itu Bissu selalu dihadirkan untuk dilengkapi kegiatan-kegiatan ritual sejak dulu," tegas dia.
Dia beranggapan ketika peran Bissu hilang, maka bagian dari kebudayaan Bugis di Bone turut terkikis. Mengingat pentingnya peran tokoh spiritual Bugis itu.
"Jadi Bissu bagian penting dalam kebudayaan sendiri," tegas Andi Singke.
Makanya wajar kemudian jika sejumlah mempertanyakan tidak hadirnya peran Bissu dalam ritual perayaan HJB. Pertama kali dalam sejarah tokoh spritual Bugis di Bone itu tidak dihadirkan.
"Saat tidak dihadirkan menjadi sebuah masalah, apa yang membuat tidak dihadirkan. Karena akan menjadi polemik ketika ini tidak diluruskan," tambahnya.
Diketahui Bissu tidak hadir dalam ritual perayaan HJB. Kondisi ini menimbulkan polemik lantaran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bone dan Bissu saling tarik ulur soal pembagian tugas ritual dalam HJB ke-692.
Salah satu momen penting misalnya, Serre Bissu atau Tari Maggiri yang tidak lagi dilakukan para Bissu sendiri. Tahapan ritual yang oleh UNESCO masuk sebagai warisan budaya tak benda pada 2020 lalu.
Puang Matoa Bissu Enjel Ancu mengaku menjadi Bissu tidak mudah. Ada peran spiritual yang membentuk kehadirannnya, lewat ilham atau mimpi, atau karena dititipkan lewat ajaran ilmu ke-Bissu-an.
"Bissu merupakan panggilan jiwa," ungkap Enjel.
Peran Bissu yang dianggap membentuk sejarah kerajaan Bone. Tokoh spiritual Bugis yang sejak dulu sudah mendapat amanah menjaga dan merawat benda pusaka, yang pada HJB ke-692 tidak dilakukan karena terbentur kepentingan pemerintah.
"Bissu diberikan tugas untuk menjaga benda pusaka di kerajaan. Kalau tidak di-serei (dilakukan) sama Bissu tidak sah menjadi mangkau (Raja) di Bone," tambah dia.
Rumor Penolakan Oleh Gubernur Sulsel
Polemik ketidakterlibatan Bissu dalam HJB ke-692 menimbulkan sejumlah desas-desus. Teranyar, dirumorkan karena ditolak kehadirannya oleh Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman.
"Katanya ada perintah dari atas, saya tanya di atas itu siapa. Jadi saya bilang ke Pak Kadis (Dinas Kebudayaan Bone), 'tolong Puang, hasil keputusan ini bukan saya sendiri karena saya harus rembukkan dengan rekan Bissu'. Besoknya saya ke rujab, katanya pak gubernur melarang," ungkap Puang Matoa Bissu Enjel Ancu.
Padahal, pihaknya sudah beberapa kali bertemu dengan pihak Pemkab Bone. Dalam pertemuan yang membahas pembagian tugas dan peran Bissu dalam ritual, tetapi pihaknya tidak diberi kejelasan.
Pada pertemuan pertama kali diberikan wewenang untuk mallekke wae (mengambil air suci), sampai pra-mattompang (sebelum benda pusaka disucikan). Lalu diberikan wewenang lagi untuk mengangkat arajang (benda pusaka) untuk keluar tetapi tidak diperkenankan melakukan maggiri (Tari Maggiri).
"Saya terima, karena etikanya kalau Bissu melakukan itu kurang baik. Dipanggil kedua kalinya ditiadakan Bissu mengangkat benda arajange," ucap Enjel.
Padahal itu bagian ritual penting yang menurutnya tidak boleh diambil alih di luar dari Bissu. Namun pada perayaan HJB sebelumnya diberikan ke kelompok lain.
"Makanya saya kaget, bukan karena kami mau dibilang mau bawa ini, mau bawa itu, kami tidak memerlukan hal seperti itu. Hanya persoalan kewajiban saya sebagai Bissu," jelasnya.
Sebelumnya Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman enggan memberi komentar sekaitan polemik. Justru dirinya memilih menghindar.
"Ada yang mau foto," ujar Andi Sudirman kepada detikSulsel saat ditanyakan soal Bissu di Halaman Rujab Bupati Bone Senin (28/3).
Setelah itu wartawan kembali berusaha mengkonfirmasi langsung kepada Andi Sudirman, namun lagi-lagi menghindari memberi jawaban langsung.
"Tanya panitia saja," singkat dia sembari lantas menarik diri meninggalkan keramaian.
(sar/tau)