Danau Tolire adalah salah satu objek wisata maluku utara tepatnya kota Ternate. Selain memiliki keindahan alam, danau ini juga populer dengan cerita mistisnya.
Salah satu cerita mistis dari Danau Tolire adalah siluman buaya yang memiliki ikatan merah. Selain cerita mistis, danau ini juga memiliki legenda asal usul yang pilu.
Danau Tolire terbagi atas dua yakni danau besar dan danau kecil. Danau ini dikelilingi oleh tebing curam setinggi 60-80 meter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melansir Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Danau Tolire memiliki luas daerah tangkapan air (DTA) mencapai 244,2 hektare. Danau ini memiliki iklim basah.
Karakteristik danau ini tidak ramah untuk biota ikan karena faktor kandungan sulfida yang tinggi dan lingkungan yang terisolasi.
Misteri Danau Tolire
Danau Tolire populer dengan sejumlah kisah misteri. Khususnya tentang adanya siluman buaya yang mendiami danau ini.
Danau yang terletak sekitar 10 km dari pusat kota Ternate ini memiliki iklim basah yang menjadi habitat buaya. Meski begitu, masyarakat setempat percaya bahwa ada buaya jadi-jadian yang menempati danau tersebut.
Melansir Repository Kemdikbud berjudul Sastra Lisan Ternate: Analisis Struktur dan Nilai Budaya disebutkan bahwa terdapat kepercayaan rakyat Maluku Utara terdapat seekor buaya yang panjangnya kira-kira 5 meter yang mendiami Danau Tolire. Buaya ini memiliki ikatan merah pada lehernya dan dipercaya dapat berkomunikasi dengan manusia.
Wisatawan Danau Tolire yang hendak melihat buaya tersebut akan didampingi pawang buaya. Pawang itu akan memanggil buaya dengan cara memberikan telur dan ikan.
Jika wisatawan dapat melihat ada buaya dengan ikatan merah di lehernya, itu berarti akan dapat berbicara dengan buaya itu. Bagaimana caranya? Hanya pawang itu yang tahu.
Selain itu juga terdapat keyakinan masyarakat setempat Danau Tolire didiami buaya putih yang panjangnya sekitar 10 meter dengan jumlah ratusan dan makhluk halus lainnya. Buaya putih ini diyakini sebagai penjaga Danau Tolire dan sering menampakkan wujudnya bagi masyarakat setempat dan pengunjung tertentu.
Namun, tidak semua orang dapat melihatnya, karena menurut cerita masyarakat setempat buaya putih hanya menampakkan wujudnya bagi orang tertentu yang memiliki hati yang bersih dan tidak memiliki niat jahat.
Berdasarkan kepercayaan tersebut pengunjung Danau Tolire harus mematuhi beberapa larangan. Antara lain dilarang untuk mandi, berendam, berenang, ataupun memancing, karena masyarakat setempat meyakini bahwa siapapun yang mencoba beraktivitas atau mengganggu danau ini akan menjadi mangsa buaya putih.
Selanjutnya legenda asal usul Danau Tolire...
Legenda Asal Usul Danau Tolire Sebuah Kampung yang Dikutuk
Danau Tolire memiliki keindahan alam yang dapat memanjakan mata. Namun, danau ini juga menyimpan kisah pilu di balik legenda asal usulnya.
Danau Tolire juga dikenal dengan sebutan Tolire Gam Jaha atau 'Tolire kampung tenggelam' yang berdasarkan legenda sebutkan ini didasarkan kutukan dewa terhadap Kampung Tolire.
Awalnya, Tolire adalah sebuah kampung yang aman dan sentosa seperti kampung-kampung lain di kesultanan Ternate pada waktu itu. Pada umumnya masyarakat kampung Tolire sangat menghormati leluhur-leluhur mereka, hingga banyak yang membuat sesajen-sesajen sebagai tanda syukur kepada dewa-dewa yang telah melindungi mereka dari marabahaya.
Pada suatu hari, masyarakat Tolire kembali melakukan persembahan. Segala keperluan yang berhubungan dengan upacara telah disiapkan.
Mereka memakai pakaian yang berwarna-warni untuk lebih menambah semaraknya upacara. Bunyi gong dan tifa mengiringi para penari.
Tuak dan arak pun tidak mereka lupakan. Beberapa di antara mereka sampai tak sadar diri.
Saat upacara, kepala kampung memberitahukan agar selama upacara tidak boleh ada pelanggaran-pelanggaran yang dapat membuat sang dewa murka.
Malam pun tiba, dan upacara berjalan dengan hikmat. Akan tetapi, mujur tak dapat diraih malang tak dapat ditolak, tiba-tiba terjadilah malapetaka yang tidak akan pernah dilupakan oleh siapapun, terutama rakyat Maluku Utara.
Tuak dan arak telah menguasai diri peserta upacara. Hingga di tengah upacara yang meriah kepala kampung tiba-tiba hilang bersama anak gadisnya.
Anak gadis kepala kampung konon memiliki kecantikan yang tak ada bandingannya. Di bawah pengaruh tuak dan arak kepala kampung secara tidak sadar menggauli anak kandungnya tersebut.
Kejadian ini, mengundang kemurkaan dewa. Pada tengah malam, di antara penghuni yang tertidur lelap ada seorang ibu yang terbangun menjelang subuh karena akan menyusui anaknya. Tiba-tiba sang ibu mendengar suara kokok ayam "kukuruyuk tolire gam jaha" yang artinya "kukuruyuk tolire kampungnya akan tenggelam".
Suara kokok ayam ini terdengar lagi sampai tiga kali. Ibu itu tiba-tiba merasa takut mendengar suara kokok ayam tersebut. Ia kemudian menggendong anaknya yang masih kecil dan melarikan diri dari kampung.
Tidak lama kemudian, terdengarlah gemuruh air dan benturan-benturan batu yang keras bunyinya. Sebelum kampung Tolire tenggelam, anak gadis kepala kampung berusaha lari ke pantai untuk menyelamatkan diri dengan perahu sampan.
Namun, baru saja anak gadis itu sampai di tepi pantai mendadak tanah di hadapannya pecah dan di sekitarnya tergenang air dan yang kemudian membentuk Tolire kecil. Tolire itu kira-kira berjarak 50 meter dari laut dan memiliki kedalaman 6-7 meter.
Sementara kepala kampung terkubur di dasar Danau Tolire Besar. Jadi, Danau Tolire besar itu adalah orang tuanya dengan masyarakat yang berbuat dosa yang ada di situ sedangkan Tolire kecil adalah anak gadisnya.