Masjid Raya Makassar, Ikon Sejarah dengan Desain Awal Berbentuk Pesawat

Masjid Raya Makassar, Ikon Sejarah dengan Desain Awal Berbentuk Pesawat

Muh Ishak Agus - detikSulsel
Senin, 11 Apr 2022 06:30 WIB
Masjid Raya Makassar, Ikon Sejarah dengan Desain Awal Berbentuk Pesawat
Masjid Raya Makassar. Foto: (Muh Ishak Agus/detikSulsel)
Makassar -

Masjid Raya Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) menjadi salah satu ikon sejarah Kota Daeng. Masjid yang dibangun pada 1947 silam ini sudah mengalami beberapa kali perubahan dan awalnya berbentuk pesawat.

Sebelum masjid megah ini berdiri, dulunya merupakan sebuah tanah lapang milik orang Belanda pada tahun 1945 sebelum berpindah tangan kepada orang Indonesia. Tuan tanahnya saat itu bernama Het Gouvememet Van Nederlansche.

Pada 1947 kemudian dilakukan rancangan pembangunan masjid untuk pertama kalinya. Pembangunan itu diprakarsai seorang kiyai bernama Ahmad Bone dan diketuai oleh Kiyai Mukhtar Lutfi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Lalu dimusyawarahkan bahwa ketua panitia pertama itu adalah Kiyai Haji Mukhtar Lutfi tahun 1947, dan dirancang bangunannya oleh (arsitek) Muh Soebardjo dan sebagai pemenang dari sayembara pembangunan masjid yang modelnya pesawat awal-awal itu," kata Imam Masjid Raya Makassar H Musakka saat berbincang dengan detikSulsel, Minggu (10/4/2022).

Secara resmi Masjid Raya Makassar mulai dibangun pada 1948 ditandai dengan prosesi peletakan batu pertama. Tidak menunggu waktu lama masjid itu pun rampung dan diresmikan pada 27 Mei 1949 silam.

ADVERTISEMENT

Setelah rampung, Masjid Raya sudah difungsikan sebagai tempat ibadah dengan fasilitas yang cukup memadai. Bahkan Presiden RI pertama Soekarno pernah berkunjung ke masjid ini pada tahun 1957 untuk menyampaikan pesan perdamaian.

"Pesannya adalah bagaimana masyarakat kita Sulsel, melakukan suatu perdamaian atau menjaga perdamaian dan ketertiban bagi bangsa Indonesia," ujar Musakka.

Masjid Raya Makassar, Ikon Sejarah dengan Desain Awal Berbentuk PesawatInterior Masjid Raya Makassar tampak megah. Foto: (Muh Ishak Agus/detikSulsel)

Presiden RI kedua Soeharto sebelum menjabat juga pernah mengunjungi Masjid Raya Makassar. Kala itu ia memberikan bantuan dana pembangunan masjid dengan nilai Rp 50 juta pada tahun 1967.

"Presiden Soeharto juga berkunjung ke Masjid Raya dan saat itu membawa bantuan untuk pembangunan masjid sebanyak Rp50 juta," ungkapnya.

Singkat cerita, setelah 30 tahun berlalu beberapa bagian masjid mulai mengalami kerusakan. Renovasi pun dilakukan pada 1978. Namun renovasi ini hanya mengganti sejumlah bagian masjid yang rusak dimakan usia.

"Karena dimakan usia dan cukup lama sekitar lebih 30 tahun jadi tahun 1978, dilakukan perbaikan dan panitia pembangunan saat itu adalah Dr Kiyai H Muhyiddin Zain. Renovasi ini tidak banyak berubah dari aslinya. Hanya mengganti yang rusak. Termasuk atap genteng," tutur Musakka.

Setelah semuanya selesai, 20 tahun berikutnya atau saat Indonesia mengalami krisis moneter pada 1998, masjid ini mengalami perombakan besar. Dari desain awalnya yang berbentuk pesawat berubah menjadi seperti sekarang.

"Jadi pada 1999, mesjid raya dibongkar lagi dan dilakukan batu pertamanya lagi pada 9 Oktober 1999 oleh Gubernur Sulsel Zainal Basri Palaguna dengan estimasi anggaran Rp 7 miliar dan itu membengkak karena krisis moneter jadi membengkak 3 kali lipat," jelasnya.

Kemudian pada 25 Mei 2005 barulah Masjid Raya diresmikan yang mana kala itu peresmian dilakukan Wakil Presiden RI HM Jusuf Kalla. Desain masjid sejak saat itu pun belum pernah lagi berubah alias masih kokoh sampai saat ini.

"Jadi masjid raya itu sudah seperti sekarang ini dan diresmikan oleh Wapres H Jusuf Kalla pada 25 Mei 2005," tambahnya.

Al-Qur'an Raksasa di Masjid Raya Makassar Mulai Usang

Dengan segala kemewahan pada bangunan masjid yang berlokasi di Jalan Masjid Raya, Kecamatan Bontoala, Makassar ini, ternyata juga terdapat sebuah Al-Qur'an berukuran raksasa. Pengurus masjid menyebutnya sebagai Al-Qur'an Akbar.

Al-Qur'an Akbar itu diberikan oleh salah satu pengusaha ternama di Sulawesi Selatan, yakni Aksa Mahmud pada 2009 lalu. Aksa Mahmud saat itu menjabat sebagai Dewan Pembina Masjid Raya Makassar.

"Sejarahnya adalah sumbangan dari seorang Dewan Pembina Masjid Raya Makassar, Drs H Aksa Mahmud itu didatangkan pada Agustus 2009 dari Wonosobo, Jawa Tengah," tuturnya.

Al-Qur'an Akbar ini memiliki ukuran 1 x 1,5 meter dengan berat 584 kilogram. Menurut Musakka, Al-Qur'an Akbar ini ditulis oleh seorang pembina yayasan asal Wonosobo di Jawa Tengah.

"Al-Qur'an ini ditulis secara langsung oleh Kiyai H Ahmad Faqih Muntaha, yang merupakan pembina Yayasan Al-Asy'ariah ya Al-Asy'ariah, Wonosobo, Jawa Tengah. Setiap mau menulis, harus wudhu dan puasa pada saat menulis Al-Qur'an," jelasnya.

Proses pembuatannya dilakukan secara manual oleh Kiyai Ahmad dan memakan waktu lebih satu tahun. Namun dengan kesabaran, Al-Qur'an ini pun selesai dengan hasil yang sempurna dan membuat para jemaah yang berkunjung di masjid itu terpukau.

"Yang dibuat pertama kali ini adalah enam buah. Termasuk yang ada di Masjid Raya Makassar. Jadi ini adalah salah satu yang menarik di masjid raya yang dikunjungi jemaah Al-Qur'an raksasa ini. Al-Qur'an raksasa ini dibuat selama 15 bulan," jelasnya.

Masjid Raya Makassar, Ikon Sejarah dengan Desain Awal Berbentuk PesawatAl-Qur'an Akbar di Masjid Raya Makassar. Foto: (Muh Ishak Agus/detikSulsel)

Sayangnya, bagian bawah Alquran Akbar ini sudah mulai usang. Olehnya itu, pengurus masjid memajangnya dengan dilapisi kaca bening, sehingga tetap bisa dilihat oleh jemaah tanpa merusak bagian Al-Qur'an.

"Perawatannya tetap kita bersihkan setiap saat. Setiap saat ada petugas yang bersihkan. Termasuk kalau selesai Ramadan, kita masukkan ke dalam kotak khusus yang terbuat dari kayu Jepara asli," jelasnya.




(asm/hmw)

Hide Ads