- Makna Hari Raya Galungan
- Sejarah Hari Raya Galungan
- Rangkaian Perayaan Hari Raya Galungan 1. Tumpek Wariga 2. Sugihan Jawa 3. Sugihan Bali 4. Hari Penyekeban 5. Hari Penyajan 6. Hari Penampahan 7. Hari Raya Galungan 8. Hari Umanis Galungan 9. Hari Pemaridan Guru 10. Ulihan 11. Hari Pemacekan Agung 12. Hari Kuningan 13. Hari Pegat Wakan
- Perbedaan Galungan dan Kuningan
Masyarakat pemeluk agama Hindu akan merayakan Hari Raya Galungan untuk kedua kalinya tahun ini pada 25 September 2024. Sudah tahukah detikers apa makna Hari Raya Galungan itu?
Hari Raya Galungan 25 September 2024 ditetapkan sebagai hari libur di Provinsi Bali. Hal tersebut diatur dalam Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 7 Tahun 2023 tentang Libur Nasional, Cuti Bersama, dan Dispensasi Hari Raya Suci Hindu di Bali Tahun 2024. Namun perlu diingat bahwa Hari Raya Galungan tidak termasuk dalam hari libur nasional sesuai SKB 3 Menteri.
Agar kita lebih memahami Hari Raya Galungan secara mendalam, mari simak penjelasan lengkap yang dihimpun dari laman Pemerintah Kabupaten Buleleng dan Direktorat Jenderal Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi berikut ini!
Makna Hari Raya Galungan
Hari Raya Galungan adalah hari suci yang dirayakan oleh umat Hindu untuk memperingati penciptaan alam semesta beserta isinya. Selain itu, Galungan juga merupakan simbol kemenangan kebaikan (dharma) atas kejahatan (adharma).
Dalam perayaan ini, umat Hindu melakukan berbagai upacara dan persembahyangan sebagai wujud syukur dan pengingat pentingnya menjaga keseimbangan antara dharma dan adharma dalam kehidupan sehari-hari.
Makna Galungan bagi umat Hindu sangatlah mendalam, di mana mereka diingatkan untuk selalu menegakkan dharma, baik secara spiritual maupun dalam tindakan sehari-hari. Kemenangan dharma atas adharma dalam diri manusia diharapkan mampu membawa kebahagiaan, kedamaian, dan ketenangan batin.
Sejarah Hari Raya Galungan
Asal-usul Hari Raya Galungan tidak dapat dipastikan secara tepat kapan pertama kali dirayakan. Namun, berdasarkan lontar Purana Bali Dwipa, Hari Raya Galungan pertama kali dirayakan pada hari Rabu Kliwon, wuku Dungulan, bulan keempat tahun Saka 804, yang bertepatan dengan tahun 882 Masehi. Lontar tersebut mencatat bahwa Pulau Bali saat itu digambarkan seperti Indra Loka, tempat yang penuh kedamaian dan kemakmuran.
Kata 'Galungan' berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berarti 'bertarung', merujuk pada pertempuran antara kebaikan dan kejahatan. Meskipun istilah ini juga dikenal di Jawa dengan penyebutan wuku Galungan, di Bali istilah ini disebut wuku Dungulan, tetapi memiliki arti yang sama.
Menurut berbagai sumber yang dipercaya umat Hindu, termasuk dari lontar dan catatan sejarah lainnya, perayaan Galungan telah ada sejak lama dan dirayakan secara meriah oleh umat Hindu di seluruh Indonesia, khususnya di Bali. Sejak saat itu Galungan menjadi salah satu hari raya terpenting dalam kalender agama Hindu.
Rangkaian Perayaan Hari Raya Galungan
Hari Raya Galungan dirayakan dengan sejumlah rangkaian kegiatan. Mari simak detailnya di bawah ini!
1. Tumpek Wariga
Tumpek Wariga adalah hari pertama dalam rangkaian perayaan Galungan, yang jatuh 25 hari sebelumnya. Pada hari ini, umat Hindu menghaturkan sesaji kepada tumbuh-tumbuhan sebagai wujud cinta kasih dan rasa syukur terhadap alam. Umat memohon kepada Sang Hyang Sangkara, Dewa Kemakmuran, agar tanaman-tanaman dapat tumbuh subur dan memberikan hasil yang baik.
2. Sugihan Jawa
Sugihan Jawa dirayakan enam hari sebelum Galungan dan memiliki makna pembersihan lingkungan luar (Bhuana Agung). Pada hari ini, umat Hindu melaksanakan upacara pembersihan untuk menetralkan segala hal negatif di sekitar mereka, seperti di rumah dan tempat ibadah.
3. Sugihan Bali
Sehari setelah Sugihan Jawa, umat Hindu merayakan Sugihan Bali yang berfokus pada penyucian diri sendiri (Bhuana Alit). Ritualnya meliputi mandi dan memohon air suci dari sulinggih untuk membersihkan jiwa dan raga sebagai persiapan menyambut Galungan.
4. Hari Penyekeban
Hari Penyekeban jatuh pada tiga hari sebelum Galungan. Penyekeban berarti mengekang, yang mengajarkan umat Hindu untuk menahan diri dari godaan yang dapat mengganggu persiapan batin menuju Galungan.
5. Hari Penyajan
Penyajan, dirayakan dua hari sebelum Galungan, memiliki makna keseriusan dalam mempersiapkan diri menghadapi Galungan. Umat Hindu pada hari ini diuji oleh godaan Sang Bhuta Dungulan, simbol kejahatan, untuk melihat sejauh mana mereka mampu menahan diri dan tetap berpegang pada dharma.
6. Hari Penampahan
Sehari sebelum Galungan, umat Hindu melakukan berbagai persiapan, seperti membuat penjor (hiasan bambu) dan menyembelih babi sebagai simbol menyingkirkan sifat-sifat kebinatangan dalam diri. Penampahan juga menjadi saat di mana umat menghormati leluhur yang 'menyambangi' mereka.
7. Hari Raya Galungan
Pada hari Galungan, umat Hindu melakukan persembahyangan di rumah dan pura sekitar, memohon perlindungan serta berkah dari Sang Hyang Widhi. Tradisi pulang kampung juga umum dilakukan pada hari ini, di mana umat kembali ke kampung halaman untuk bersembahyang bersama keluarga.
8. Hari Umanis Galungan
Hari Umanis Galungan dirayakan sehari setelah Galungan, di mana umat Hindu melaksanakan Dharma Santi, saling mengunjungi keluarga dan tetangga, serta melanjutkan persembahyangan. Anak-anak biasanya menggelar tradisi Ngelawang, menarikan barong dari rumah ke rumah untuk membawa berkah.
9. Hari Pemaridan Guru
Hari Pemaridan Guru jatuh pada Sabtu Pon wuku Galungan. Pada hari ini, umat Hindu memohon berkah dan tuntunan dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa agar selalu diberi kebijaksanaan dalam menjalani kehidupan.
10. Ulihan
Ulihan dirayakan pada Minggu Wage wuku Kuningan, yang menandai kembalinya para leluhur ke kahyangan setelah memberikan berkah selama perayaan Galungan. Umat Hindu melakukan persembahyangan sebagai ungkapan syukur.
11. Hari Pemacekan Agung
Hari Pemacekan Agung merupakan simbol keteguhan iman umat Hindu, dirayakan pada Senin Kliwon wuku Kuningan. Umat Hindu diingatkan untuk tetap teguh dalam menghadapi godaan yang mungkin datang setelah Galungan.
12. Hari Kuningan
Hari Kuningan dirayakan sepuluh hari setelah Galungan, pada Sabtu Kliwon wuku Kuningan. Umat Hindu menghaturkan sesaji khusus dan melakukan persembahyangan sebelum tengah hari, mengingat pada waktu tersebut para dewa kembali ke kahyangan. Persembahan pada Kuningan diwarnai dengan penggunaan warna kuning sebagai simbol kebahagiaan dan kesejahteraan.
13. Hari Pegat Wakan
Hari Pegat Wakan adalah penutup rangkaian perayaan Galungan dan Kuningan, jatuh pada Rabu Kliwon wuku Pahang. Pada hari ini, umat Hindu mencabut penjor yang telah dipasang, membakarnya, dan menanam abunya di pekarangan rumah sebagai simbol penutupan perayaan.
Perbedaan Galungan dan Kuningan
Galungan dan Kuningan adalah dua hari raya penting dalam agama Hindu yang memiliki makna dan ritual yang berbeda. Galungan menandai kemenangan dharma atas adharma, sedangkan Kuningan lebih berfokus pada memohon perlindungan dan keselamatan dari para dewa dan leluhur.
Perbedaan utama antara keduanya terletak pada waktu dan simbolisasi. Galungan dirayakan pada hari Rabu Kliwon wuku Dungulan, sementara Kuningan dirayakan 10 hari kemudian, pada Sabtu Kliwon wuku Kuningan. Galungan menitikberatkan pada persiapan spiritual, sedangkan Kuningan lebih kepada penghormatan kepada leluhur dan dewa yang memberikan berkah selama Galungan.
Demikian penjelasan lengkap mengenai makna Hari Raya Galungan. Semoga bermanfaat dan dapat memperkaya pengetahuan kita!
(sto/dil)