Aremania dari wilayah Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, Jawa Timur (Jatim) lolos dari tragedi Kanjuruhan karena keluar stadion lebih awal. Hal itu dilakukan begitu situasi dalam stadion mulai tak terkendali.
Aremania Korwil Bantur The Black Lion Slamet Sanjoko awalnya menjelaskan dua orang suporter meminta foto dengan pemain Arema FC setelah pertandingan.
Namun petugas tidak memberikan izin.
"Awalnya, ada dua orang yang mau berfoto setelah pertandingan bersama pemain Arema FC. Kami sudah menyampaikan ke petugas untuk tidak memberikan izin," kata Sanjoko, dilansir Antara, Senin (3/10/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena dilarang, dua orang Aremania itu terus memaksa untuk diperbolehkan masuk dalam area lapangan. Akhirnya kedua orang itu diizinkan masuk ke lapangan.
Namun yang tak disangka aksi dari kedua suporter yang masuk ke lapangan itu menyebabkan pendukung lainnya ikut masuk ke lapangan. Sanjoko yang menyaksikan hal itu segera tetap meminta rekan-rekannya yang dari wilayah Bantur untuk tidak ikut masuk ke dalam lapangan.
Bahkan saat situasi mulai tak terkendali, Sanjoko bersama rekan-rekannya segera mengemasi bendera yang mereka bawa. Dia bersama sejumlah Aremanita juga bergegas mencari jalan keluar karena khawatir situasi akan memburuk.
"Sekitar tiga menit kami keluar gerbang, itu ada tembakan gas air mata ke arah tribun, kami lolos dan tidak tahu bagaimana kondisi di dalam. Namun ada rekan yang terkena gas air mata," ujarnya.
Seperti diketahui, petugas menggunakan gas air mata untuk membubarkan kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan usai laga antara Arema FC melawan Persebaya. Setelah peluit panjang ditiup, ribuan suporter masuk ke dalam lapangan dan mengejar pemain serta ofisial.
Berdasarkan data terakhir, menyebutkan bahwa korban meninggal dunia akibat tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur sebanyak 125 orang. Selain itu, dilaporkan sebanyak 323 orang mengalami luka.
(hmw/hsr)