Calon Gubernur (Cagub) Sulawesi Selatan (Sulsel) nomor urut 1 Mohammad Ramdhan 'Danny' Pomanto meminta pendukungnya di Kabupaten Luwu menjauhi politik uang. Dia mengatakan politik uang hanya akan membuat sengsara.
"Kalau ada bagi-bagi uang dan sembako, pasti dia tidak punya gagasan. Kita pasti akan sengsara, dia datang bawa uang dia mau beli suara, kita akan sengsara," kata Danny Pomanto kepada pendukungnya di Kelurahan Larompong, Luwu, Sabtu (2/11/2024).
Danny meminta warga berani menghadapi politik uang. Menurutnya, menghadapi politik uang tidak cukup dengan iman, tapi juga kecerdasan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau (hanya dengan) iman, dikasih Rp 100 ribu mohon maaf iman saya kuat, ditambah lagi Rp 100 ribu diam-diam, jadi Rp 300 ribu senyum-senyum, begitu Rp 500 ribu (bisa jadi diterima)," ujarnya.
Menurutnya, uang memiliki dampak yang besar bagi kehidupan manusia. Makanya tidak jarang orang tergiur dalam praktik politik uang.
"Uang ini dahsyat sekali akibatnya, kurang uang setengah mati, disogoki mati setengah," sebutnya.
Lanjutnya, orang-orang yang gemar membeli suara rakyat melalui politik uang atau pun sembako perlu diberi pelajaran. Dia menyebut ajang pilkada ini bukan pemilihan juragan sembako.
"Paccidda ki orang seperti ini, yang main-main (dengan politik uang), paccidda," katanya.
"Jadi seperti itu harus dikasih paccidda itu, kasi tobat karena kita ini bukan pemilihan juragan sembako. Kalau pemilihan juragan sembako, banyak di pasar," sambungnya.
Danny kembali menekankan bahwa politik uang harus dihadapi dengan kecerdasan. Hanya mengandalkan politik uang untuk membeli suara rakyat berarti akan menyia-nyiakan waktu 5 tahun.
"Maka dengan itu, kita harus pakai kecerdasan melawan politik uang. Kalau kita sia-siakan ini, maka kita menunggu 5 tahun. Bagi saya, yang saya masalah kan bagaimana mengubah nasib masyarakat ini," tuturnya.
Danny Ingatak Pilkada Ubah Nasib
Danny Pomanto juga mengedukasi pendukungnya bahwa pilkada menjadi momentum tepat mengubah nasib masyarakat. Pilihan masyarakat dalam memilih kepala daerah turut menentukan nasib 5 tahun ke depan.
"Pilkada itu momen terbaik berubah nasib kita," katanya.
Dia menyinggung kondisi fasilitas umum berupa jalanan yang saat ini mengalami kerusakan. Selain itu, dia juga menyinggung kondisi pertanian yang tidak produktif.
"Di sini banyak jalan rusak, mau terus rusak atau diubah, itu namanya berubah nasib," ujar Danny.
"Banyak pertanian tidak jalan produksinya. Mau ki jalan tani," tambahnya.
Danny menekankan bahwa pilkada adalah sarana untuk memilih pemimpin. Maka dari itu, dia berharap warga dapat memilih pemimpin yang dapat mengubah nasib.
"Hadirnya pemimpin baru membawa harapan dengan kebijakannya pemimpin bersama rakyatnya merubah nasib tambah baik," tuturnya.
(hmw/hsr)