"Kita ini hidup di atas tanah Bontoa. Tanah yang selalu kekeringan, tanah yang selalu jadi komoditas politik dan pemilu kepala daerah kali ini kita akan memilih kotak kosong sebagai bentuk perlawanan," kata Koordinator Barisan Solidaritas Kotak Kosong Bontoa (Basoka), Abdul Azis kepada wartawan, Selasa (29/10/2024).
Deklarasi kotak kosong Pilkada Maros digelar di sebuah kafe di Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Sulsel, Senin (28/10). Azis menuding selama ini warga Bontoa kerap menjadi bahan kampanye politisi untuk menebar janji di masyarakat.
"Mereka cuma mau suara kita. Setelah kita berikan, maka janji-janji kampanye itu dilupakan dan mereka akan kembali kalau pilkada seperti sekarang ini," ujarnya.
Pihaknya pun mengajak warga untuk melawan paslon tunggal, Chaidir Syam-Muetazim Mansyur (CS-TA) yang didukung seluruh parpol di Maros. Menurut Azis, jika kotak kosong maka Pilkada Maros diulang dan ada potensi untuk mencari pemimpin yang lebih baik lagi.
"16 partai berada di kubu CS-TA dan kotak kosong akan diisi orang muda, ibu-ibu dan rakyat kecil lainnya. Memilih kotak kosong adalah pilihan politik sadar untuk memperbaiki Kabupaten Maros menjadi lebih baik," tegas Azis.
Salah seorang tokoh masyarakat, Andi Baso Rahmat Haidir Petta Emba menegaskan, perlawanan mereka melalui kotak kosong ini karena kecewa kepada Bupati Maros, Chaidir Syam. Dia menilai Maros menjadi daerah kumuh selama dipimpin Chaidir.
"Ini bentuk perlawanan. Kita lihat saja sendiri pembangunan di Kabupaten Maros tidak ada perubahan itu-itu saja, Maros kelihatan kumuh," sebut Baso.
Baso berharap pemimpin Maros nanti adalah orang yang berani berkorban untuk masyarakat. Dia mendorong agar Pilkada Maros diulang dengan memenangkan kotak kosong.
"Kita mengharapkan dengan kotak kosong ini kita memilih lagi seorang pemimpin lokal dari dari putra Maros sendiri yang bisa berkontribusi untuk masyarakat, berani berkorban untuk masyarakat kabupaten Maros," pungkasnya.
(sar/asm)