Pasangan calon (paslon) gubernur dan wakil gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) nomor urut 1, Mohammad Ramdhan 'Danny' Pomanto-Azhar Arsyad bicara soal penampilan lawannya Andi Sudirman Sulaiman-Fatmawati Rusdi (ASS-Fatma) usai debat perdana Pilgub Sulsel 2024. Danny menilai ASS-Fatma banyak memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan.
"Alhamdulilah saya kira debat kali ini berlangsung dengan sangat baik, walaupun barangkali perlu MC atau moderator mengoreksi kalau pertanyaannya dijawab tidak sesuai konten supaya terarah. Jangan dibiarkan yang ditanya lain yang dijawab lain sehingga insyaallah debat yang akan datang diharap seperti itu," ujar Danny kepada wartawan usai debat di Hotel Four Points by Sheraton, Makassar, Senin (28/10/2024).
Danny kemudian mengatakan sejak awal dirinya bersama Azhar akan menyampaikan fakta-fakta yang terjadi di lapangan soal kondisi Sulsel. Data yang disampaikan, kata Danny, data statistik dari pengalamannya selama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang kedua soal fakta-fakta, kami dari awal berkomitmen akan menyampaikan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan, ditemukan di statistik dengan fakta-fakta dan pengalaman yang kami alami, seperti itu," katanya.
Cawagub Azhar Arsyad juga menilai pertanyaan dari panelis merupakan fakta yang seharusnya dijawab oleh ASS-Fatma. Namun, kata Azhar, ASS-Fatma menjawab seolah tak ada masalah yang terjadi di lapangan.
"Inikan agak lucu sebenarnya karena pertanyaan itukan dari panelis. Itukan sebenarnya fakta yang ditemukan di lapangan. Jadi ketika beliau (ASS-Fatma) menjelaskan seolah-olah tidak ada masalah. Padahal inikan masalah yang harus dijawab," kata Azhar.
Menurutnya, publik harusnya mendapat pendidikan politik dari debat pilkada ini. Seorang pemimpin, kata Azhar harus tegas dan serius menanggapi atau menjawab masalah yang terjadi.
"Yang kedua, kenapa menjadi penting seperti statemen yang harus dijawab karena inikan political education, ini pendidikan politik, ini ruang publik membaca ruang untuk mengedukasi publik. Bahwa pemimpin butuh ketegasan, butuh keseriusan, butuh jawaban yang tegas dan seterusnya," katanya.
Salah satu hal yang tidak nyambung dari jawaban ASS-Fatma, kata Azhar, adalah saat membahas pendidikan. Menurutnya, harus terjawab penanganan bagi anak-anak yang ada di pelosok yang tidak dapat mengakses pendidikan.
"Misalnya saya tanya soal masalah pendidikan. Saya sebenarnya mengapresiasi jumlah anak SMA yang diterima di perguruan tinggi. Tapi menurut saya, bukan itu masalahnya," katanya.
"Saya kan bertanya disparitas, banyaknya anak-anak kita di desa yang tidak bisa sekolah, yang tidak punya kesempatan untuk menikmati pendidikan, mana itu pemerintah provinsi. Misalnya di gunung, di Bakaru ada beberapa SMP tapi tidak ada SMA. Kenapa selalu cerita smart board, smart board itu anak-anak kaya menikmati, sekolah-sekolah di kota itu," tambah Azhar.
(hsr/asm)