Remaja bernama Hendra (20) di Kota Parepare, Sulawesi Selatan (Sulsel), mengalami kulit melepuh usai mengkonsumsi obat yang diresepkan dokter dari Puskesmas Lapadde. Belakangan terungkap Hendra mengalami alergi obat.
"Awalnya adikku ada penyakitnya sering kejang-kejang dan kemudian dibawa ke puskesmas (Puskesmas Lapadde). Kemudian dia ditensi dan ditimbang. Dikasih mi obat," ujar kakak Hendra, Andi Aisyah Utami kepada wartawan, Jumat (26/7/2024).
Pihak keluarga pun menduga Hendra keracunan obat dari puskesmas. Hendra kemudian dibawa ke RSUD Andi Makkasau Parepare untuk perawatan lebih lanjut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dirangkum detikSulsel, Sabtu (27/7), berikut 5 fakta remaja di Parepare alami kulit melepuh usai konsumsi obat dari puskesmas:
1. Sebulan Hendra Minum Obat dari Puskesmas
Aisyah mengatakan adiknya mengkonsumsi obat dari puskesmas selama kurang lebih satu bulan. Namun kondisi adiknya tak kunjung membaik mala mengeluhkan sakit mata, tenggorokan hingga kulit melepuh.
"(obat dari puskesmas) itu yang dikonsumsi hampir satu bulan. Dia konsumsi itu obat, dia sakit mata, sakit tenggorokan dan muncul bintik merah seperti terbakar dan hari ketiga parah sekali mi dan saya bawa mi ke RS," katanya.
Setelah membawa Hendra ke rumah sakit, pihak keluarga mendatangi Puskesmas Lapadde untuk menuntut pertanggungjawaban. Saat itu, pihak puskesmas memberikan uang Rp 200 ribu untuk membeli obat.
"Bapak saya ke puskesmas dan siap tanggung jawab. Memang tanggung jawab dengan melihat adikku dan diberikan pembeli obat total Rp 200 ribu dan sampai sekarang tidak ada mi pertanggungjawabannya," keluhnya.
2. Hendra Punya Riwayat Epilepsi
Kepala Puskesmas Lapadde, Nurhaidah mengatakan Hendra datang ke puskesmas pada Juli 2024. Saat itu, pihaknya memberikan pelayanan layaknya pasien pada umumnya.
"Awal bulan (bulan Juli) pasien datang. Dia seperti pasien pada umumnya antre dan kemudian diperiksa dan diberikan obat," katanya.
Saat diperiksa, Hendra menyampaikan keluhannya dan mengaku mempunyai riwayat penyakit epilepsi. Dokter yang memeriksa kemudian memberikan obat untuk dikonsumsi.
"Dia pasien ambil nomor antrean dan ada riwayat epilepsi. Itu mi dikasih obat," terangnya.
Namun, Nurhaidah tidak mengetahui secara detail jenis obat apa yang diberikan kepada Hendra. Pasalnya yang mengetahui pihak dokter yang memeriksa.
"Saya kurang tahu kalau soal obatnya, ada dokter yang lebih tahu. Intinya bagi kami prosesnya sudah sesuai SOP semua," tegasnya.
3. Keluarga Tak Lapor Kondisi Pasien
Nurhaidah mengaku pihaknya tidak lagi mengetahui kondisi pasien setelah diberikan obat. Apalagi pihak keluarga langsung membawa Hendra ke RSUD Andi Makkasau tanpa melapor ke puskesmas terkait kondisi pasien.
"Setelah selesai di puskesmas kami tidak tahu reaksi apa setelah dia makan obat. Nanti katanya menunggu dikira orang Bugis bahasanya penyakitnya 'mattuwo-tuwo' (cacar air)," bebernya.
Nurhaidah menuturkan pihaknya baru mengetahui kondisi Hendra setelah dirawat di RSUD Andi Makkasau. Pihaknya kemudian mendatangi rumah sakit untuk mengecek kondisi Hendra.
"Nanti kami ketahui setelah berada di rumah sakit. Sekitar 3-4 hari di sana (rumah sakit) baru kami kunjungi bersama kepala dinas, sekretaris dinas, saya sendiri dan suster kami yang melayani di sini," paparnya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya...
4. Pasien Alergi Obat
Dokter spesialis kulit di RSUD Andi Makkasau Parepare, dr Harfiah turut memberikan penjelasan terkait kondisi pasien. Dia menyebut Hendra mengalami alergi obat dan bukan keracunan seperti dugaan pihak keluarga.
"Bukan keracunan obat. Dari pemeriksaan, kita simpulkan bahwa yang dialami pasien itu akibat reaksi alergi obat dan nama istilahnya di dunia kedokterannya Stevens Johnson Syndrome (SJS)," kata, dr Harfiah kepada wartawan, Jumat (26/7).
Harfiah mengungkap bahwa kulit Hendra melepuh di daerah mata, bibir dan juga kelamin. Dia menyebut gejala tersebut merupakan reaksi dari alergi obat yang diminum.
"SSJ itu reaksi alergi obat termasuk dan itu sangat jarang terjadi," terangnya.
5. Resep Dokter Sudah Benar
Harfiah mengatakan obat yang diberikan di puskesmas memang pilihan utama untuk penderita epilepsi. Namun Hendra ternyata mengalami gejala setelah mengkonsumsi obat tersebut.
"Diberikan regimen atau obat yang memang pilihan utama mereka yang menderita epilepsi," paparnya.
Harfiah mengaku pihaknya juga sempat menanyakan terkait riwayat alergi obat ke pihak keluarga saat awal masuk ke RSUD Andi Makkasau. Pihak keluarga menyebut Hendra tidak ada riwayat alergi obat.
"Saya tanyakan juga apakah ada riwayat alergi obat atau konsumsi obat sebelumnya. Keluarganya sendiri mengatakan tidak ada alergi obat dan itu baru pertama kali diberikan kepada pasien," jelasnya.
Dia mengakui dokter tidak bisa memprediksi pasien alergi obat atau tidak. Sehingga dokter akan bertanya ke pasien saat diperiksa sebelum diresepkan obat.
"Kita (sebagai dokter) tidak memprediksi apakah pasien itu akan alergi, kecuali pasien ada riwayat alergi sebelumnya yang diberikan obat yang sama, itu yang salah," tegasnya.
"Untuk mendeteksi alergi obat khusus untuk obat minum sampai sekarang belum ada tesnya kecuali pemberian antibiotik yang diberikan secara suntikan atau injeksi itu, akan dilakukan skin test ini adalah tes alergi," lanjutnya.
Simak Video "Video: Depresi Ditinggal Istri, Pria di Maros Nekat Bakar Rumah"
[Gambas:Video 20detik]
(hsr/hsr)