Kondisi air di Bendungan Lekopancing, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel), menyusut meski wilayah tersebut sempat diguyur hujan dua hari terakhir. Lokasi yang menjadi sumber air baku PDAM Kota Makassar itu pun belum bisa mengakomodir kebutuhan produksi air bersih untuk warga Maros dan Makassar secara maksimal.
Diketahui, Maros sempat diguyur hujan pada Senin (14/10/2024). Namun curah hujan dilaporkan masih rendah dan tidak berlangsung lama seperti yang kembali terjadi pada Selasa (15/10).
"Sejak kemarin (Maros diguyur hujan) tapi tidak deras," ungkap Pengawas Lapangan Air Baku Bendung Lekopancing, Makmur saat dihubungi detikSulsel, Selasa (15/10/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Makmur menjelaskan, hujan dua terakhir itu baru terjadi setelah Maros cukup lama dilanda musim kemarau. Namun hujan tersebut belum bisa berkontribusi menambah volume air di Bendungan Lekopancing.
Dari pantauannya per 15 Oktober kemarin, kondisi air di Bendungan Lekopancing masih di bawah permukaan mercu. Pada kondisi normal, ketinggian air seharusnya berada minimal 50 cm di atas mercu bendung.
"Ketinggian air masih 300 centimeter di bawah permukaan mercu. Belum ada perubahan (meski sempat terjadi hujan)," paparnya.
Menurut Makmur, kondisi air di bendungan tersebut sudah terjadi sejak 7 Oktober lalu. Situasi itu mengakibatkan saluran Lekopancing yang menjadi aliran air baku terputus, termasuk ke Makassar.
"Sudah putus (ke Makassar), juga aliran di saluran air baku hanya sampai di seksi 8," ungkap Makmur.
Makmur melanjutkan, PDAM Tirta Bantimurung bahkan tidak maksimal memproduksi air lantaran air baku dari Bendungan Lekopancing menurun dratis. Aliran baku tidak sampai ke intake milik PDAM Maros.
"Bahkan intake PDAM Maros juga sudah tidak masuk," tambah Makmur.
Kondisi air Bendungan Lekopancing yang berkurang turut menjadi faktor sehingga Maros ditetapkan berstatus tanggap darurat bencana kekeringan. Kepala BPBD Maros, Towadeng mengatakan dampak kekeringan mulai dirasakan sejak dua bulan terakhir imbas kemarau.
"Kondisi debit air sangat minim. Lekopancing itu sudah di bawah garis normal bahkan baru-baru ini PDAM menyetop sementara pendistribusian melalui jaringan pipa ke dua kecamatan karena minimnya air baku," kata Towadeng, Jumat (11/10).
Pemkab Maros menetapkan status tanggap darurat kekeringan selama sebulan yang dimulai 4 Oktober lalu. Towadeng melaporkan, kebijakan ini juga diterapkan setelah 9 kecamatan terdampak kekeringan, yakni Bontoa, Lau, Maros Baru, Marusu, Mandai, Tanralili, Simbang, Turikale, dan Bantimurung.
"45.000 jiwa, diperkirakan 7.000 KK (kepala keluarga) yang terdampak kekurangan air. Terbesar kekeringan di Kecamatan Lau, Bontoa, Maros Baru dan Marusu," bebernya.
Pihaknya pun sudah menyiapkan anggaran Rp 100 juta dari biaya tidak terduga (BTT) untuk penanganan bencana kekeringan tersebut. Pemerintah juga menggerakkan armada berupa mobil tangki untuk menyalurkan air bersih ke rumah warga terdampak.
"Untuk pertama ini kami ajukan Rp 100 juta yang peruntukannya terdiri dari operasional kendaraan, operasional personel untuk penyaluran air bersih yang akan disebarkan di titik-titik yang membutuhkan air," jelas Towadeng.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya...