Fakta-fakta Siswa SMKN 5 Makassar Keroyok Adik Kelas hingga Babak Belur

Fakta-fakta Siswa SMKN 5 Makassar Keroyok Adik Kelas hingga Babak Belur

Sahrul Alim - detikSulsel
Rabu, 31 Jul 2024 07:00 WIB
Siswa SMKN 5 Makassar diduga keroyok junior di halaman sekolah.
Foto: Viral di media sosial siswa SMKN 5 Makassar diduga keroyok senior di halaman sekolah. (Dok. Istimewa)
Makassar -

Sebanyak 13 siswa SMKN 5 Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), diduga terlibat mengeroyok adik kelasnya di halaman sekolah hingga babak belur. Insiden ini dipicu aksi balas dendam setelah dua remaja masing-masing siswa kelas X dan XII terlibat perkelahian.

Peristiwa itu terjadi di halaman SMKN 5 Makassar, Jalan Sunu, Kecamatan Tallo, Senin (29/7). Dinas Pendidikan (Disdik) Sulsel pun turun tangan mengusut insiden yang viral di media sosial ini.

"Jadi perkelahian antara senior dan junior. Informasinya Pak Kepsek (kepala sekolah) begitu," ungkap Kepala Disdik Sulsel Iqbal Najamuddin kepada detikSulsel, Selasa (30/7/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam video beredar, terdengar siswa berteriak histeris melihat sekelompok siswa lainnya berkumpul di halaman sekolah. Sejumlah guru terlihat melerai siswa yang berselisih.

"Kalau memang ada hal yang melanggar aturan, tentu nanti ada model-model sanksi yang sesuai aturan," tegas Iqbal.

ADVERTISEMENT

Dirangkum detikSulsel, Rabu (31/7), berikut fakta-fakta siswa kelas XII mengeroyok siswa kelas X di SMKN 5 Makassar:

Pengeroyokan Dipicu Aksi Balas Dendam

Kepala SMKN 5 Makassar Amar Bachti menjelaskan, peristiwa ini bermula saat siswa kelas X inisial IM memukul siswa kelas XII inisial IA sepulang sekolah pada Jumat (26/7). Pemukulan itu terjadi lantaran IM emosi usai diserempet motor yang dikendarai oleh IA

"Menurut informasi awal bahwa anak kelas XII itu kebetulan mungkin, karena padatnya (jalan keluar sekolah sehingga) sempat menyerempet anak kelas X itu, kemudian terjadi pemukulan. Anak kelas XII dipukul," ucap Amar.

Amar menuturkan, persoalan itu sempat mau dimediasi namun salah satu pihak yang bertikai tidak hadir. Berselang dua hari setelah pemukulan itu, IA bersama rekan sekelasnya mengeroyok IM di sekolah pada Senin (29/7).

"Istilahnya yah namanya anak muda melihat temannya, yang pasti saya melihat ini bukan direncanakan, spontanitas terjadi melihat temannya ada masalah," jelasnya.

Pihak Sekolah Periksa 13 Siswa Kelas XII

Amar mengatakan, pihaknya memeriksa 13 siswa kelas XII SMKN 5 Makassar yang diduga terlibat mengeroyok adik kelasnya. Mereka yang diperiksa merupakan rekan satu kelas.

"Yang mengaku ada di tempat itu ada 13 orang, meskipun setelah kami interogasi yang mengaku memukul itu ada 3 orang. Tetapi di saat kerumunan ada banyak, tetapi dalam satu kelas ada 13 orang," bebernya.

Dia melanjutkan, pihak sekolah sudah mengundang orang tua kedua belah pihak yang bertikai di SMKN 5 Makassar, Selasa (30/7). Disdik Sulsel pun memfasilitasi upaya mediasi tersebut.

"Kami syukur alhamdulillah masing-masing saling legawa menerima kenyataan untuk sama-sama membina anaknya. Meskipun kondisi anak yang sakit (dikeroyok) ini masih dalam keadaan perlu penanganan," ucap Amar.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya...

Korban Pengeroyokan Alami Sesak Napas

Orang tua siswa korban pengeroyokan, Hamsah Hambali mengaku anaknya saat ini masih istirahat di rumah. Anaknya mengalami sejumlah luka di bagian tubuhnya usai dikeroyok kakak kelas.

"Lukanya itu di bagian mata, robek bagian sini (di pipi) kemudian badannya itu bengkak, ada yang menendang, memukul," ujar Hamsah kepada wartawan.

Hamsah mengatakan, anaknya tidak bisa hadir dalam proses mediasi yang digelar pihak sekolah karena masih pemulihan. Dia menyebut anaknya sesak napas akibat pengeroyokan itu.

"Anak saya tadi pagi mau dipanggil pihak sekolah untuk hadir tapi tidak bisa bangun karena masih sesak napas, mengeluh sakit badannya sebelah kiri," imbuhnya.

Siswa Keroyok Junior Diminta Belajar Daring

Kepala SMKN 5 Makassar Amar Bachti menuturkan, siswa yang mengeroyok juniornya dirumahkan untuk sementara alias diminta mengikuti proses belajar mengajar secara daring. Kebijakan ini berlaku selama sepekan.

"Untuk sementara anak kita ini yang pelaku itu sebagai bentuk pembinaan, anak-anak kita itu kita berlakukan belajar secara daring dulu untuk satu minggu pertama ini. Sambil kita netralisir yang ada di sekolah," ungkapnya.

Amar menegaskan kebijakan itu diputuskan saat proses mediasi di sekolah. Hal ini ditempuh untuk mengantisipasi terjadinya aksi susulan sembari pihak sekolah melakukan pengawasan ketat.

"Kita membina dia salah satu bentuk pembinaan sekolah itu kita belajarkan di rumah dulu satu minggu ini sambil kita netralkan semuanya. Kita tidak mau kecolongan kembali," tambah Amar.

Ortu Patungan Biayai Pengobatan Siswa

Amar memastikan kasus pengeroyokan ini sudah berakhir damai. Orang tua (ortu) siswa yang anaknya terlibat melakukan pengeroyokan pun akan menanggung biaya pengobatan korban.

"Kami sepakat dengan pihak orang tua yang (anaknya) turut memukul bahwa anak yang sakit ini orang tuanya diminta melakukan pengobatan terbaik," beber Amar.

Terpisah, orang tua korban pengeroyokan, Hamsah Hambali turut menegaskan kasus ini tidak akan dilaporkan ke kepolisian. Dia mengaku sudah memaafkan para siswa yang mengeroyok anaknya.

"Saya memaafkan, karena itu tadi alasannya, apa untungnya saya mau terus melakukan hal-hal yang tidak membawa keuntungan buat saya," terang Hamsah.

Halaman 2 dari 2
(sar/hsr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads