Warga yang bermukim di pedalaman Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat (Sulbar), kerap mengonsumsi bahan pangan alternatif pengganti beras yang dikenal dengan nama undo atau sikapa. Tumbuhan ini merupakan jenis umbi-umbian yang beracun.
Meskipun beracun, masyarakat Polman dapat mengolahnya hingga aman dikonsumsi. Bahkan, bahan pangan ini menjadi incaran emak-emak karena dapat dibuat dalam berbagai jenis olahan makanan serta bernilai ekonomis.
"Undo merupakan bahan makanan pengganti beras. Sudah dari dulu kami mengkonsumsi undo," kata salah satu warga, Sahariah kepada wartawan, Minggu (18/6/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Undo tumbuh liar di kawasan hutan dan bisa ditemukan dengan mudah. Bentuknya bulat tidak sempurna dengan permukaan kulit berbulu mirip rambut.
Aktivitas Berburu Undo
Aktivitas berburu undo untuk kebutuhan konsumsi masih banyak dilakukan warga di Desa Tenggelang, Kecamatan Luyo, Polman. Berburu undo umumnya dilakukan para emak-emak saat membantu suami di ladang.
Untuk mendapatkan undo, warga hanya membutuhkan alat sederhana yang dipakai menggali tanah dengan kedalaman bervariasi.
![]() |
"Banyak di hutan dan tumbuh liar. Warga sudah mengenali jenis tanamannya, tinggal kita menggali sedikit sudah bisa mendapatkan undo," ujarnya.
Berburu undo biasanya dilakukan secara berkelompok tiga kali dalam seminggu. Dalam sekali berburu, biasanya warga di daerah ini bisa mendapatkan 80 kilogram undo.
Dalam seminggu, setiap kelompok emak-emak bisa menjual 200 kilogram undo siap olah.
"Undo yang telah diproses sebagian untuk dijual, hasilnya lumayan untuk tambah-tambah membeli kebutuhan dapur. Sisanya untuk dikonsumsi ramai-ramai," jelasnya.
Proses Pengolahan Undo
Sebelum diolah menjadi makanan, undo harus menjalani serangkaian proses terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan kandungan racun yang bisa menyebabkan rasa gatal hingga pusing.
Pertama-tama kulit undo dikupas terlebih dahulu lalu dagingnya diiris tipis. Daging undo kemudian direndam menggunakan air garam lalu ditimbun dalam tanah selama dua malam.
![]() |
Setelah itu daging undo direndam dalam air mengalir selama 5 jam. Selanjutnya undo dijemur, lalu dibentuk menyerupai bola sebelum dijual.
"Semua proses harus dilakukan secara teratur, biar orang tidak merasa pusing atau mabuk saat mengkonsumsinya," terang Sahariah.
Sahariah mengatakan undo ini dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan. Itu sebabnya, masih banyak warga yang meminati bahan pangan alternatif ini meski terkenal mengandung racun.
"Bisa jadi nasi, dibuat kue, kerupuk, tepung dan macam-macam olahan lain. Makanya masih banyak warga yang suka konsumsi undo," terangnya.
Undo Dijual Secara Online
Menurut Sahariah, undo yang sudah siap olah kini banyak diperjualbelikan secara online. Undo siap olah ini dijual seharga Rp 7.500 per kilogram.
"Mulai banyak pemesannya, apalagi harganya murah. Biasanya kami jual secara online," ungkap Sahariah tersenyum.
Warga lain bernama Mahmud mengungkapkan, dulunya undo diburu warga saat musim paceklik tiba.
"Kalau dulu beras lagi susah karena musim paceklik, baru orang mencari undo," ucapnya.
Namun saat ini, undo bukan lagi menjadi bahan pangan alternatif. Sebagian besar warga di daerah ini memilih mengkonsumsi undo sebagai makanan sehari-hari karena rasa dan teksturnya yang unik.
"Sekarang bisa dibilang undo sudah menjadi makanan hari-hari kami. Soalnya ada cita rasa tersendiri, berbeda dengan nasi. Selain itu lebih mengenyangkan dapat cocok dipadukan di lauk apa saja," pungkas Mahmud.
(urw/alk)